Saat Koreografi Soenes Memeriahkan Kitalararasi Derbi di Istambul

PanditSharing

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Saat Koreografi Soenes Memeriahkan Kitalararasi Derbi di Istambul

Selalu ada cerita menarik dalam “Kitalararasi Derbi” Galatasaray versus Fenerbahce. Derbi ini sering disebut sebagai derby antarbenua karena dua klub yang saling bersaing  berada di satu kota tapi berbeda benua. Seperti diketahui Istambul terpisah menjadi dua bagian, yakni sisi Eropa dan sisi Asia. Pemisahan ini terjadi akibat Selat Bosphorus yang membelah kota itu.

Itu artinya, salah satu klub ada yang bermarkas di Istanbul  bagian Asia dan ada yang bermarkas di Istanbul bagian Eropa. Galatasaray tim yang bermarkas di Istanbul bagian Eropa, sedangkan Fenerbahce sebaliknya.

Atmosfer Stadion di setiap laga Kitalalarasi Derbi terasa luar biasa. Bahkan di kandang Galatasaray di Stadion Turk Telekom Arena akan tersaji koreografi apik dari para pendukung Galatasaray dan akan dipenuhi dengan flare-flare yang membuat suasana di stadion memerah seperti neraka.

Tak heran jika muncul istilah “Welcom to The Hell!” dari para pendukung Galatasaray untuk menyambut tamunya. Bahkan Eric Gerets, mantan pelatih Galatasaray masa itu, pernah berujar, “ketika akan mengunjungi markas galatasaray, tolong beri tahu bahwa mereka akan datang ke ‘neraka’!” Ia juga mengatakan atmosfer di pertandingan derby ini luar biasa dan membuat dirinya merinding dari awal kick off sampai peluit panjang ditiup.

Komentar Eric Gerets itu memang benar adanya karena memang Galatasaray memiliki pendukung paling riuh di dataran Eropa. Bahkan dalam derby yang terjadi pada bulan maret tahun 2011, Stadion kebanggaan Galatasaray tercatat di buku rekor dunia sebagai Stadion dengan gemuruh paling berisik di dunia. Tingkat kebisingan stadion tersebut sampai 131,76 desibel (dB). Bayangkan jika anda berada di dalam stadion tersebut jangankan penonton para pemain yang bermain pun akan sulit untuk berkonsenterasi dan berkomunikasi ketika bertanding.

Fanatisme para supporter Galatasaray tak bisa dipisahkan dari kelompok pendukung mereka yang bernama UltrAslan. Jika di artikan UltrAslan  merupakan ultras singan atau the lion’s ultras. Reputasi mereka di dunia bisa dibilang mentereng walaupun kadang kericuhan dan kekerasan sering menghiasi perjalanan mereka.

Fans yang loyal terhadap klubnya tersebut pernah membantu menyelamatkan keuangan klubnya ketika hamper mengalami kebangkrutan dengan mengumpulkan dana lebih dari 4 juta dolla AS, bukan perkara mudah untuk menyelamatkan klub dari jurang kebangkrutan tapi mereka membuka mata para supporter lain akan arti kesetian kepada sebuah klub yang mereka banggakan dan cintai.

Fenerbahce juga mempunyai basis pendukung di Istanbul, mereka mendapat dukungan dari rakyat dan para buruh di Turki . Mereka juga mempunyai tradisi menjamu klub tamu dengan suguhan koreografi di Stadion Sukru Saracoglu. Walau tak seberisik UltrAslan  tetapi kreatifitas mereka sungguh ciamik dengan dominasi warna kuning dan biru tua ditambah dengan smoke bomb dan flare yang mereka bakar di sudut-sudut Stadion sungguh terasa euphoria di dalam pertandingan.

Pada laga yang terjadi semalam (18/10/2014) di Kitalararasi Derbi terdapat satu koreografi yang unik dari para pendukung Galatasaray yang hadir mereka membuat koreografi 3D yang membuat kita ingat akan kejadian “Bendera Souness”. Kejadian yang terjadi pada tahun 1996 itu terjadi pada saat Galatasaray menghadapi Fenerbahce yang menyandang pemuncak Liga Turki di Final Piala Turki. Partai final yang dilakukan 2 leg ini dimenangkan Galatasaray ketika bermain di kandang mereka (leg pertama) dengan skor tipis 1-0.

Ketika leg kedua digelar di kandang dari Fenerbahce pertandingan berjalan begitu alot dan skor pun berakhir sama kuat 1-1 untuk kedua tim. Skor imbang itu cukup membuat Galatasaray menjuarai Piala Turki di kandang sang rival abadi, Fenerbahce. Sang pelatih Graeme Souness yang sudah sangat senang dengan hasil tersebut melakukan selebrasi yang paling controversial dan berani di depan para pendukung Fenerbahce. Dia membawa bendera Galatasaray yang besar lalu menancapkannya di tengah lapangan Stadion Fenerbahce.

Tersulut emosi, seorang pendukung Fenerbahce melompati pagar pembatas dan berlari penuh emosi ke arah Souness. Namun, aksinya tertahan oleh anjing polisi. Untuk mengamankan Souness pun dilarikan ketempat yang aman.

Hal tersebut menjadi inspirasi di laga semalam dengan kreatifitas yang tinggi mereka membangkitkan memori indah nan kontroversial yang sudah lama dilupakan.

*Ditulis oleh Wildan Raenaldy berakun Twitter @wldnry

Komentar