Pelajaran dari Trio Magical Magyars untuk MSN

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pelajaran dari Trio Magical Magyars untuk MSN

Dikirim oleh Kahfi Ananda Giatama


Siapa yang tak kenal dengan Magical Magyars? Ini sebutan timnas Hungaria pada medio tahun 1950-an yang kala itu menghebohkan persepakbolaan Eropa bahkan Dunia dengan kekuatan dan kekompakkan yang luar biasa.

Pertanyaannya adalah siapa yang mengumpulkan 11 pemain luar biasa itu? Jawabannya adalah Gustav Sebes, pelatih berkebangsaan Hungaria yang karir kepelatihannya belum dikenal sama sekali, namun semenjak menangani timnas Hungaria popularitasnya sebagai pelatih jempolan pun akhirnya berkibar. Sisanya? Sejarah.

Cerita manis antara Gustav Sebes dan Magical Magyars bermula ketika mereka berhasil memenangkan medali emas sepakbola di Olimpiade 1952 yang berlangsung di Helsinki, Finlandia. Menjuarai Olimpiade 1952 cabang sepakbola seakan mengisyaratkan bahwa Hungaria pada saat itu sedikit demi sedikit merintis kejayaan dengan formasi 4-2-4 yang diniilai banyak pihak sebagai pakem dari beberapa formasi di masa-masa berikutnya.

Setelah itu cerita manis berlanjut dengan mempermalukan Inggris dalam pertandingan persahabatan yang dibuat secara home and away. Inggris yang kala itu berisikan Sir Stanley Matthews dan Sir Tom Finney (tentu saja keduanya kala itu belum bergelar “Sir”) berhasil dipermalukan dengan skor mencolok di Wembley dan di Budapest.

Dunia terkejut, Inggris terpukau. Bagi Inggris, kekalahan itu mengingatkan mereka untuk tidak lagi pongah. Mereka boleh saja mengaku sebagai penemu sepakbola modern, tapi status sebagai penemu tak akan pernah memberikan gelar apapun jika mereka tak memperbiki diri. Sebab sepakbola di luaran sana ternyata berkembang sangat pesat.

Kiprah impresif itu kembali berlanjut pada Piala Dunia 1954 yang berlangsung di Swiss. Magical Magyars yang kala itu berada satu grup dengan Jerman Barat, yang dengan gampangnya mereka libas dengan skor mencolok 6-3, melaju dengan kemenangan demi kemenangan. Brazil yang menjadi salah satu kandidat juara pun dibantai dengan skor 4-2 di semifinal. Di final, mereka bertemu kembali dengan Jerman Barat yang pernah dikalahkannya di babak penyisihan.

Pencapaian Magical Magyars hingga final Piala Dunia 1954 tentu bukan hal mudah. Terdapat setidaknya tiga pemain (trio) yang memberikan kontribusi besar ketimbang anggota yang lain. Trio tersebut adalah Ferenc Puskas, Sandor Kocsis dan Nandor Hidegkuti.

trio hungaria

Sebenarnya Hungaria menggunakan formasi 4-2-4 di Piala Dunia Swiss 1954 ini dan menggunakan empat striker di barisan penyerangan, namun Puskas, Kocsis dan Hidegkuti yang sering menjadi pembeda ketika Hungaria bermain. Tanpa mengesampingkan hormat kepada Zoltan Czibor, yang mungkin seperti Kurokocchi Tetsuya pada anime Jepang yang berjudul Kuroko no Basuke. Tetsuya pada anime tersebut diposisikan sebagai pemain bayangan yang diakui kemampuannya oleh tiga striker yang lain, sama seperti Czibor.

Sayangnya, antiklimaks harus ditelan oleh Hungaria. Pada final Piala Dunia 1954 mereka dikalahkan Jerman Barat dengan skor 3-2. Ini hasil mengejutkan. Selain Jerman Barat belum sepenuhnya pulih dari rasa malu karena kekalahan di Perang Dunia ke-II, saat itu Jerman Barat juga belum memiliki liga profesional. Mayoritas pemainnya masih berstatus amatir.

Salah satu faktor internal penyebab kekalahan Hungaria adalah memaksakan Puskas tampil dalam pertandingan tersebut meskipun sedang cedera. Ini merupakan keputusan yang sangat fatal.

Cerita ini hampir mirip dengan Trio MSN (Messi, Suarez, Neymar) milik FC Barcelona. Baru bisa bermain bersama pada El Clasico jilid pertama di Estadio Santiago Bernabeu, tak menjadi halangan bagi trio ini untuk bermain impresif seperti trio Magical Magyars ini. Alhasil di akhir cerita, gelar treble berhasil dipersembahkan kepada publik Catalan berkat penampilan impresif trio MSN itu.

MSN yang kini sedang menikmati kejayaan, seperti yang dulu pernah dihadapi oleh trio Magical Magyards, pun harus berhati-hati agar cerita manis ini tidak berakhir antiklimaks seperti timnas Hungaria dengan segala kecerobohan di balik kegemilangan tersebut. Tentu untuk mencegah hal ini MSN perlu mendapatkan bantuan dari sang entrenador, Luis Enrique, yang harus sering-sering merotasi ketiga striker ini agar bisa selalu tampil impresif di partai penting.

Ditambah lagi dengan banyaknya kompetisi yang harus dimainkan FC Barcelona di musim depan, jelas itu akan menguras stamina yang tak sedikit. Jika ingin kejadian Puskas tak terulang pada Messi, Suarez ataupun Neymar, maka Luis Enrique harus cerdas dalam merotasi pemain tanpa mengurangi kekompakan trio ini. Tapi bagaimana?

Solusi dari permasalahan ini agar kasus Puskas tidak terjadi adalah lebih sering memainkan Pedro yang dalam dua musim ini memang harus diakui kurang mendapatkan menit bermain di tim utama akibat kehadiran Neymar dan Luis Suarez. Kehadiran Pedro bisa mengurangi beban trio MSN dan memberikan opsi penyerangan yang lebih banyak pada Luis Enrique.

trio MSN

Satu hal yang perlu diyakinkan kepada Enrique adalah trio MSN ini tidak akan berkurang kemampuan mencetak golnya apabila tidak dimainkan dalam satu atau dua pertandingan saja. Jeda dan rehat yang tepat malah bisa membuat ketiganya tampil lebih baik karena kondisi badan lebih bugar dan bisa disiapkan dalam pertandingan yang tingkatnya lebih prestisius.

Contohnya pun sudah terlihat pada Luis Suarez. Dia tidak bisa bermain dalam 10 pertandingan awal namun bisa menunjukkan aksi yang memukau bahkan berhasil menduduki daftar pemberi assist terbanyak kedua bagi Barcelona setelah Leo Messi.

Daripada terlalu dan terus-menerus mengandalkan trio MSN, yang bukan tidak mungkin nantinya akan bernasib sama dengan trio Magical Magyards karena selalu dipaksakan sekalipun dalam kondisi tidak fit, kebijakan rotasi mungkin memang perlu disiapkan oleh Enrique. Ketiganya manusia, walau sangat terlatih sekali pun. Ketiganya bukan mesin, padahal mesin pun bisa rusak apabila pemakaiannya tidak dilakukan dengan tepat.

Penulis adalah masih studi di jurusan sejarah di Universitas Negeri di Semarang, sangat menyukai sepakbola terutama yang berbau sejarah. Dapat dihubungi melalui akun twitter:  @kahfiananda8

Sumber image: https://footysphere.com/post/39636928366/magical-magyars-1953

Komentar