Jika Pedro adalah Robin bagi Messi, Lalu Apa Jadinya Dia di Chelsea?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Jika Pedro adalah Robin bagi Messi, Lalu Apa Jadinya Dia di Chelsea?

Ditulis oleh Anggoro Berkah. P

Yang berjasa menyelamatkan Gotham dari serangan Joker bukan hanya Batman, seharusnya nama Robin pun diperhitungkan sebagai penyelamat kota. Namun sevital apapun pertolongan yang diberikan Robin kepada Batman, kita tetap hanya akan menonton film berjudul Batman Begins, bukannya Robin Begins.

Jika cerita Batman dan Robin adalah karya fiksi, yang terjadi di Katalunya adalah kisah nyata. Jika di Argentina Messi ditemani Di Maria sebagai pemeran Batman dan Robin, yang menjadi pertanyaan, siapakah Robin yang menemani Messi di Barcelona?

***

Pada pertandingan European Super Cup yang mempertemukan juara Liga Champions, Barcelona dan juara Europa League, Sevilla, Luis Suarez menerima umpan terobosan dari Ivan Rakitic di menit 113. Karena dianggap sebagai ancaman, Krohn-Dehli yang berada di belakangnya sampai harus menjegalnya dengan keras. Akibatnya, wasit mau tak mau harus mengganjarnya dengan kartu kuning. Namun kabar buruknya,  pelanggaran tersebut terjadi tepat 22 meter dari gawang. Jarak sependek ini, tentu tak akan sulit untuk ditaklukkan oleh pemain-pemain sekelas Lionel Messi, Luis Suarez ataupun Dani Alves.

Lionel Messi bersama Dani Alves lah yang menyiapkan tendangan bebas tersebut. Bum! Tendangan Lionel Messi membentur pagar betis Sevilla. Bola hasil benturan tersebut kembali ke kaki sang pemain terbaik dunia empat kali. Tanpa menunggu bola jatuh ke tanah, Leo  -sapaan akrab Messi- langsung menendang bola ke arah gawang tanpa ada (lagi) yang menghentikan, selain, Beto.

Untungnya, sapuan Beto mengarah ke kaki pemain yang hari ini resmi hijrah ke Liga Inggris. Dengan kaki kirinya, Pedro tanpa ampun mengoyak gawang Beto.

Gol Pedro tersebut bermakna tak biasa baginya. Bukan hanya karena gol tersebut menjadi penentu kemenangan Barca, tetapi lebih spesial lagi karena bisa jadi itu adalah gol terakhir Pedrito -panggilan Pedro- untuk El Barca.

Pedro lahir di Tenerife, Spanyol pada 28 Juli 1987 dengan nama lengkap Pedro Rodriguez Ledesma. Ia dilahirkan tidak sesempurna yang dikira. Dribble yang tak selincah Neymar, insting mencetak gol yang tak seganas Suarez, passing yang tak seanggun Busquets, dan visi bermainnya tak  bagus-bagus amat jika dibandingkan --tentunya- dengan Lionel Messi.

Simak tulisan-tulisan kami tentang Pedro:

Sebab Memilih adalah Tugas yang Tak Bisa Dihindarkan dari Kehidupan, Pedro!

Pedro, Chicken Wings dan Saatnya Mencari Pengalaman Baru

Menjelang Kepergian Pedro


Pedro tidak mengawali karier sepakbolanya di klub besar. Ia mengawali karier juniornya di CD San Isidiro, sebuah klub lokal di kota kelahirannya. Singkat cerita, pencari bakat Barcelona tertarik untuk memboyongnya ke Katalunya.

Di Barcelona, Pedro ‘hanya’ membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima tahun untuk masuk ke skuat utama. Pedro merupakan bagian dalam skuat Barcelona yang meraih sextuple -meraih enam trofi dalam setahun- pada 2009. Pada European Super Cup kala itu, Pedro menjadi satu-satunya pencetak gol di Stade Louis II, Monaco.

Alih-alih menyebut pencapaian Pedro sebagai keberuntungan, saya lebih cenderung menganggapnya sebagai hasil kerja keras. Pedro bukan pesepakbola sempurna, ia memiliki banyak kekurangan yang sebenarnya berpotensi menjadikannya sebagai pesepakbola yang biasa-biasa saja. Tetapi dibalik semua itu, Pedro memiliki keunggulan yang tak kalah mentereng dengan kemampuan olah bola Neymar ataupun Suarez: kerja keras dan ketekunan. Dan jangan lupa, Pedro bisa berlari sangat cepat dan bisa menggunakan kaki kanan dan kiri sama baiknya.

Meskipun sempat terpinggirkan berkat adidaya trio MSN (Messi Neymar Suarez) musim lalu, Pedro tetap bekerja keras dan menerima dengan lapang dada bahwa ia harus membiasakan diri untuk memulai pertandingan dari bangku cadangan.

“Dia adalah salah satu elemen terpenting dari keberhasilan Barcelona meraih treble pada musim lalu, walaupun hanya menjadi cadangan bagi Messi, Suarez dan Neymar;” kata Henry kepada The Sun.

Kabar hengkangnya Pedro membuat kapten keempat Barcelona, Mascherano buka suara mengenai salah satu pemain, yang menurutnya, berbakat.

“Kami berharap Pedro terus (di sini), dia selalu ada di saat-saat tim membutuhkan, dia telah tersentuh oleh tongkat sihir."

Hengkangnya Pedro ke Chelsea tentu akan menjadi kehilangan yang besar buat Barcelona, walaupun kesebelasan Katalunya ini tidak akan kehilangan kedigdayaannya dengan mengandalkan trio MSN. Tetapi kehilangan pemain yang mau kerja keras dibanding pemain lain tentu akan menjadi titik lemah Barcelona itu sendiri. Karena seperti yang dikatakan Mascherano, Pedro selalu ada di saat Barcelona membutuhkan.

***

Jika Anda sudah menonton serial terakhir dari Batman, The Dark Knight Rises, di situ terlihat jelas bahwa Batman sangat kesulitan menghadapi Bane -musuh barunya- tanpa bantuan Robin. Tentu menarik ditunggu apakah Batman (Messi) bisa mengatasi semuanya tanpa bantuan Robin (Pedro).

Bagi Pedro sendiri, kepindahannya ke Chelsea juga menyodorkan pertanyaan baru. Akan seperti apa perannya di bawah asuhan Mourinho? Apakah dia akan mencicipi status sebagai pemain yang akan sering turun sejak menit pertama? Ataukah dia akhirnya akan kembali lebih sering masuk di tengah pertandingan dari bangku cadangan?

Sudah jelas tidak ada Messi di Chelsea, tak ada Batman di Stamford Bridge. Jika Batman pun kesulitan jika tak ditopang Robin, lalu apa jadinya jika Robin pun jauh dari Batman, sebagaimana Pedro kini berpisah dari Messi?

Penulis biasa beredar di dunia maya dengan akun Twitter @bepe10

Komentar