Para Gelandang Bertahan yang Hidup dalam Kesederhanaan

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Para Gelandang Bertahan yang Hidup dalam Kesederhanaan

Karya Renalto Setiawan*

Fernando Redondo duduk terdiam. Matanya tak bisa melepaskan pandangan dari buku yang tengah dibacanya. Di tempat lain, Michael Carrick terpaku di depan layar televisi. Ia begitu fokus menyaksikan kejuaraan golf dunia.

Hal berbeda dilakukan Andrea Pirlo. Rutinitasnya dari bangun tidur sampai makan siang adalah bermain game. Seringkali ia berteriak; terkadang kesal dan senang. Pada saat itu, pikirannya pun melayang ke mana-mana, dari mulai berpikir tentang roda yang menurutnya merupakan penemuan terbaik di dunia sampai pikiran untuk menculik Pep Guardiola!

Di luar lapangan, para pemain hebat yang berposisi sebagai gelandang bertahan memang tak suka berbuat macam-macam. Berpesta, pamer mobil mewah, sampai gonta-ganti pasangan seolah menjadi hal tabu buat mereka. Selalu ada renungan dalam setiap kegiatan. Ceritan tentang Carrick, Redondo, dan Pirlo di atas hanyalah contoh dari para gelandang bertahan hebat yang hidup tak macam-macam.

Di tempat lain, dalam dunia DC Comics, Bruce Wayne dengan setelan tuksedo mahalnya memacu kencang mobil sportnya untuk datang ke pesta dansa. Ia begitu antusias untuk segera berpesta dengan gadis-gadis cantik di sekelilingnya.

Bagi orang kaya sepertinya, kebiasaan menghamburkan uang adalah hal yang biasa. Meski sering beramal dalam jumlah besar toh kemewahan selalu menjadi bagian dari hidupnya yang lain. Menariknya, polah tingkahnya berubah saat ia mengenakan kostum Batman. Putaran roda mobil sport Bruce Wayne adalah sebuah ketergesaan, sedangkan satu langkah Batman selalu penuh dengan ketelitian. Bruce Wayne dengan mudahnya mengeluarkan uang sedangkan Batman perlu berpikir dua kali sebelum menggunakan senjatanya. Bruce Wayne adalah pribadi yang sombong sedangkan Batman hidup dikelilingi misteri dan teka-teki.

Apa yang dilakukan Bruce Wayne sebagai Batman tak jauh berbeda dengan para gelandang bertahan hebat saat beraksi di atas lapangan.

***

Batman adalah pribadi yang tak pernah tersenyum pada siapapun, meski ada satu pengecualian saat Batman mesti berhadapan dengan Joker dalam komik Batman: The Killing Joke karya Alan Moore.

Joker adalah musuh utama Batman. Kejahatan yang ia lakukan hanyalah untuk bersenang-senang. Dalam komik tersebut Batman diceritakan tengah menyelamatkan karibnya di Gotham City, James Gordon, yang ditawan Joker. Batman kemudian melakukan sesuatu yang juga “gila” untuk mengalahkan Joker sekaligus menyelamatkan karibnya. Caranya adalah dengan tertawa lepas bersama Joker. Batman pun menjelaskan kalau mereka berdua punya banyak kesamaan dan saling tergantung satu sama lain. Cara ini digunakan untuk mengambil rasa empati dalam diri Joker sebelum berusaha mengalahkannya.

Batman yang penuh misteri dan teka-teki dan tak pernah tertawa, akhirnya memilih untuk tertawa lepas bersama dengan musuhnya Joker. Konon, Batman juga rela membakar seluruh Gotham City jika memang itu harus dilakukan demi terciptanya keadilan.

Apa yang dilakukan Batman tersebut juga sering dilakukan gelandang bertahan hebat. Bahkan demi kemenangan timnya, para gelandang bertahan hebat juga rela bermain di posisi yang tidak semestinya—tanpa mengurangi kehebatannya.

Kolumnis The Guardian, Jonathan Wilson, pernah menjelaskan bahwa transisi baik dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya amat penting untuk menghadapi counter attack. Dengan transisi yang baik, sebuah kesebelasan bisa menghentikan sekaligus melakukan serangan balik. Apa yang dijelaskan Jonathan masuk akal, tetapi Bayern Munich pada awal musim ini mempunyai pendekatan berbeda untuk menghentikan counter attack.

Menyoal penguasaan bola, Bayern masih menjadi yang terbaik di jajaran top liga-liga di Eropa. Berdasarkan Whoscored dalam satu pertandingan penguasaan bola Bayern rata-rata mencapai 68%. Gaya tersebut memang gaya khas Pep Guardiola, pelatih mereka. Menariknya, mengingat rentannya tim yang bermain dangan penguasaan bola ketika menghadapi counter attack, Bayern hanya kemasukkan tiga gol di kancah liga domestik, terbaik di jajaran top liga-liga di Eropa.

Saat menang atas Bayer Leverkusen tiga gol tanpa balas beberapa waktu lalu, salah satu gol Bayern hanya dilakukan dengan dua kali umpan. Berawal dari umpan  panjang Xabi Alonso dari lini belakang yang mengarah tepat ke kaki Douglas Costa, pemain asal Brasil tersebut kemudian memberikan umpan silang yang mampu diselesaikan dengan apik oleh Thomas Muller.

Gol tersebut mampu sedikit menjelaskan cara Bayern menghadapi counter attack yang dilakukan oleh lawan. Mereka tak mengandalkan transisi cepat dari menyerang ke bertahan untuk mengatasi counter attack. Mereka berusaha meniadakannya. Saat mereka menguasai bola dan lawan mengira mereka akan memainkan bola dari sisi ke sisi, Bayern tiba-tiba melakukan serangan cepat, direct, yang mematikan sekaligus membuat lawan tidak memungkinkan untuk melakukan counter attack.

Xabi Alonso yang saat itu bermain sebagai seorang center-back—bukan posisi aslinya—menjadi kunci permainan Bayern. Dari posisi yang paling dalam, dia tahu betul bagaimana cara memulai serangan. Kecerdasan yang dimilikinya mampu memainkan isi pikiran pemain-pemain Leverkusen. Saat mereka mengira dia akan mengirimkan umpan pendek, tiba-tiba bola sudah sampai ke kaki Thomas Muller yang berdiri bebas di depan gawang Leverkusen.

Meski berperan sebagai “anti-teror” Alonso juga bisa menciptakan teror. Tanpa peran Xabi, baik di jantung pertahan maupun di depan garis pertahanan, “gaya baru” Bayern Munich tak akan mampu berjalan secara maksimal.

Beberapa Minggu setelah Bayern mengalahkan Leverkusen, Wolfsburg datang ke Allianz Arena, markas Bayern. Babak pertama berjalan baik bagi Wolfsburg. mereka berhasil unggul 1-0. Luis Gustavo, gelandang bertahan Wolfsburg, seperti seorang penjaga pantai yang mengamati anak-anak kecil bermain air di bibir pantai, berhasil mengamankan lini pertahanan Wolfsburg dari serangan pemain-pemain Bayern. Mario Goetze yang sering bergerak ke wilayahnya tampak kalah akal. Gustavo membuatnya kerepotan, baik saat dia menguasai bola maupun tidak. Tetapi pada babak kedua, semuanya menjadi serba sulit bagi Luis Gustavo.

Pep Guardiola mengubah formasi Bayern. Thomas Muller yang pada babak pertama berperan sebagai penyerang ditarik sedikit ke belakang menjadi gelandang serang. Karena keahliannya dalam mencari dan menciptakan ruang, pergerakan Mueller sulit diawasi oleh Gustavo. Pemain asal Brasil tersebut tampak bingung. Positioning-nya tidak pernah tepat. Ruang di depan garis pertahanan Wolfsburg menjadi terbuka lebar dan berhasil dieksploitasi pemain-pemain Bayern.

Baru 15 menit babak kedua berjalan, Bayern sudah membalikkan kedudukan menjadi 5-1. Untuk memperbaiki keadaan, Luis Gustavo ditarik keluar oleh Dieter Hecking, pelatih Wolfburg.

Siapa pun pemain lawan yang berlawanan posisi dengannya, seharusnya seorang gelandang bertahan tidak boleh panik dan kalah akal. Saat itu Gustavo yang kalah kelas  juga terlihat kalah akal dari Thomas Muller.

Dari sesama anggota Justice League lainnya, secara kasat mata Batman adalah anggota yang paling lemah. Dia hanya manusia biasa dan tidak memiliki kekuatan super. Tapi menurut Superman, Batman adalah manusia yang paling berbahaya di dunia dan dia meyakini bahwa Batman mampu mengalahkan seluruh anggota Justice League sendirian. Salah satu hal yang membuat Superman berpikir seperti itu adalah kecerdasan yang dimiliki Batman. Bahkan, pahlawan Kota Gotham tersebut mampu menggunakan kecerdasannya untuk menyiasati rasa takut yang dimilikinya.

Sebagai anti-teror, Batman bukannya tanpa rasa takut. Justru sebaliknya, dia selalu ketakukan. Tapi rasa takut tersebut sering berdampak positif baginya. Batman menggunakan rasa takutnya untuk mengantisipasi kelebihan dan kekurangan lawan-lawannya. Sehingga saat dia berhadapan langsung dengan lawannya, dia tahu bagaimana cara mengalahkannya. Dengan cara tersebut dia ingin memastikan bahwa dia tidak bimbang atau ragu  dan tetap menggunakan akal sehatnya meskipun dia tahu bahwa lawan yang dihadapinya lebih kuat dari dirinya.

Dalam serial komik Batman: Death of Family (The New 52), ada satu monolog Batman tentang Joker—sebuah  renungan yang berawal dari rasa takutnya terhadap Joker yang dia gunakan untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Joker bisa dikalahkan.

Dalam monolog tersebut Batman mengatakan: Lihat pada matanya dan yakinkan dirimu sendiri dia hanya manusia. Katakan pada dirimu sendiri bahwa dia tidak tahu segalanya. Dia tidak tahu ketakukanmu. Tapi dia memiliki Alferd. Dia memiliki temanmu. Dan matanya… Jika kamu belajar tentang mata manusia. Mereka memiliki enam motif pergerakan. Dan setiap motif memiliki enam belas variasi. Di wajah setiap orang—penjahat kelas berat sekalipun—pupil (biji mata) bereaksi bergantung pada emosi. Kebahagiaan, tawa, dan kasih sayang akan membuat pupil terbuka. Ketakukan, rasa marah, dan kebencian akan membuat pupil tertutup. Tapi tidak dengannya. Pupilnya selalu tetap, mungil dan penuh kegelapan. Sebuah mata seseorang yang membenci segalanya, semua orang. Tidak ada cahaya di matanya, semuanya dibalut oleh kegelapan. Saat menatapmu, matanya dipenuhi oleh mutiara hitam. Itu sangat mengejutkan, mata itu menjelaskan kepadamu bahwa dia bukan manusia biasa dan dia tahu segalanya tentangmu. Tidak… Kamu tahu siapa dia. Katakan pada dirimu yang sebenarnya. Dia hanya manusia yang jatuh ke dalam limbah kimia. Dia hanya manusia…

Apa boleh bikin. Luis Gustavo tidak bisa bertingkah seperti Batman karena dia hanyalah gelandang bertahan biasa saja.

Sebelum bertindak, Batman juga tak pernah lalai untuk melakukan analisis terlebih dahulu. Dari jumlah musuh hingga tempat di mana dia harus bersembunyi selalu diperhutangkannya dengan matang—dalam komik The Dark Knight Return hal ini diperlihatkan secara jelas. Batman sadar betul bahwa dia tidak mempunyai kekuatan super. Ceroboh sedikit saja itu bisa berakibat buruk baginya. Pun demikian dengan para gelandang bertahan hebat baik saat mereka menguasai bola maupun tidak.

Penempatan posisi yang baik, saat menyerang maupun bertahan, merupakan hal mutlak bagi seorang gelandang bertahan. Mereka harus antisipatif. Sebelum serangan timnya gagal, mereka harus tahu terlebih dahulu di daerah mana lawan akan mulai menyerang. Dan sesaat sebelum serangan lawan berhasil digagalkan, mereka harus tahu ke mana bola harus diarahkan untuk memulai serangan balasan.

Jika kita melihat umpan-umpan pendek yang sering dilakukan Sergio Busquets atau Michael Carrick, secara kasat mata umpan tersebut terlihat biasa saja. Tidak ada trik hebat dari umpan-umpan pendek mereka. Tapi jika kita melihatnya secara mendalam, seperti sebuah nada awal musik-musik Mozart, umpan yang sering mereka lakukan bukanlah sembarang umpan karena tak jarang menghasilkan sebuah mahakarya. Ada hitung-hitungan rumit yang terkandung di dalam umpan pendek sederhana yang sering mereka lakukan.

Johan Cruyff, legenda hidup sepakbola Belanda, pernah mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan sederhana, tapi bermain sepakbola dengan cara sederhana merupakan cara yang sangat sulit untuk dilakukan. Sepertinya, Batman dan para gelandang hebat paham betul makna ucapan Cyruff tersebut.

*Penggemar sepakbola yang lebih suka mengejar bola daripada menendangnya. Berakun twitter @Theceputhul.

foto: giantbomb.com

Komentar