Banyak Cinta dari George Best-nya Australia

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Banyak Cinta dari George Best-nya Australia

"Aku tidak akan pernah lupa rasanya berdiri di antara para pendukung Hellas bersama ayahku," ujar Ralph Barbra, analis sepakbola SEN Radio. "Aku telah menyaksikan ribuan pertandingan di Australia dan tidak ada satu orang pun, termasuk Kewell atau Cahill atau Viduka, mendapat lebih banyak pujian dari Ulysses."

Barbra tidak sedang membicarakan Hellas Verona, tetapi South Melbourne Hellas. Dan Ulysses yang ia sebut namanya adalah Ulysses Kokkinos, seorang Yunani yang lahir di Istanbul namun memilih Melbourne sebagai rumahnya. Meminjam pemikiran Peter Kokotis dari Neos Kosmos, Ulysses Kokkinos adalah George Best-nya Australia. Seorang playboy dan party-goer. Bukan karena alasan itu para pendukung Hellas mencintainya.

Kokkinos yang lahir di Istanbul pada 1949 terpaksa meninggalkan kota kelahirannya pada usia 15 tahun karena hubungan antara Turki dan Yunani memburuk. Ia dan keluarganya pulang ke Athena, namun Kokkinos tidak kerasan. Kokkinos pun mencari kehidupan yang ia dambakan dengan menjadi penumpang gelap di kapal migran Patris, tanpa bekal dan tanpa baju ganti. Setelah menyelinap keluar kapal di Fremantle, Kokkinos menemukan jalan menuju Melbourne. Ia tidak memiliki keluarga di Australia. Tidak pula ia datang ke negara tersebut dengan sebuah rencana.

Di Melbourne, pada 1966, ia bergabung dengan South Melbourne Hellas sebagai pemain kesebelasan muda. Debutnya ia jalani setahun kemudian, ketika Kostas Nestoridis, kapten kesebelasan merangkap pelatih kepala, pulang ke Yunani untuk menemui keluarga. John Anderson, pelatih kepala sementara, memberi kesempatan kepada Kokkinos dan sang pemain tidak mengecewakan.

Ketika Nestoridis pulang Kokkinos kembali duduk di bangku cadangan. Bukan karena tidak cukup baik untuk kesebelasan utama, namun karena Nestoridis tidak ingin ada pemain yang tidak rapi di kesebelasannya. Kokkinos diperintahkan mencukur rapi rambut afronya namun menolak. Pada sebuah pertandingan melawan Melbourne Hungaria Kokkinos duduk di bangku cadangan sepanjang babak pertama, terpaksa menuruti perintah Nestoridis saat jeda, dan mencetak dua gol di babak kedua.

Setajam itu Kokkinos sebagai seorang penyerang. Malah, Kokkinos cukup hebat untuk menjadi bagian dari kesebelasan Panathinaikos di era kejayaan mereka. Nestoridis membawa Kokkinos ke Panathinaikos pada 1969. Kokkinos menjalani tur Amerika bersama Panathinaikos namun dipulangkan ke Yunani setelah pelatih kepala, Laki Petropoulos, menangkap basah Kokkinos dan Vasilis Konstantinou pulang ke hotel pukul 05.30 setelah semalaman berpesta.

Pada 1971 saat Panathinaikos dilatih Ferenc Puskas, Kokkinos berpeluang menjalani pertandingan terbesar dalam karier sepakbola profesionalnya: final European Cup (atau Liga Champions jika disetarakan dengan saat ini) melawan Ajax Amsterdam di Wembley. Kokkinos tidak tampil di pertandingan ini karena tidak mau dimainkan sebagai bek kiri. Mengingat Kokkinos dikenal memiliki kecepatan yang baik, keputusan Puskas terbilang masuk akal. Kokkinos menolak karena hanya ingin bermain sebagai penyerang. Ia memilih kembali ke Australia.

"Ulysses berbeda," ujar Jim Pyrgolios, bekas rekan satu kesebelasan Kokkinos. "Ia mesin kesenangan. Tuhan memberi semua yang diinginkan pesepakbola kepadanya. Ia favorit penggemar dan para wanita menyukainya di dalam dan di luar lapangan. Ia pemain bintang dan aku percaya jika ia lebih disiplin dengan gaya hidupnya ia pasti akan menikmati karier yang lebih baik namun bukan seperti itu cara hidupnya."

Dari Panathinaikos, Kokkinos tidak kembali ke Hellas. Tidak tercapai kata sepakat mengenai nilai kontrak antara dirinya dan manajemen Hellas sehingga Kokkinos memilih bermain untuk Fitzroy Alexander, kesebelasan saingan. Para pendukung Hellas mempertanyakan keputusan Kokkinos, dan ia berkata bahwa sebagai seorang profesional ia bermain untuk kesebelasan yang mampu membayar harga yang ia minta.

Alih-alih murka, para pendukung Hellas tetap cinta. Kokkinos diterima dengan tangan terbuka ketika meninggalkan Fitzroy Alexander dan kembali bermain untuk Hellas. Para pendukung mencintai Kokkinos. Bukan hanya karena ia mencintai Hellas dan bermain baik untuk Hellas, namun karena Kokkinos juga mencintai para pendukung kesebelasannya.

"Aku mencintai orang-orang South Melbourne, mereka di hatiku," ujar Kokkinos. "Sering rekan-rekanku bertanya mengapa aku berjalan 20 meter untuk berbicara dengan seorang pendukung dan aku selalu berkata kepada mereka, ÂÃ?â??dapatkah kamu bayangkan stadion tanpa mereka?ÂÃ?â?? Orang-orang ini yang membentuk Ulysses Kokkinos. Aku tidak akan menjadi apa-apa tanpa mereka!"

Komentar