Kali Ini, Manchester Berwarna Merah!

Analisis

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kali Ini, Manchester Berwarna Merah!

Derby Manchester berakhir untuk kemenangan Manchester United 1-0. Gol MU dicetak oleh Marcus Rashford pada menit ke-16 memanfaatkan umpan terobosan Juan Mata.

Kemenangan ini membuat MU semakin dekat dengan Zona Eropa, sementara peluang Manchester City untuk menjuarai liga kian berat. MU kini masih bertengger di peringkat keenam dengan 50 poin, sama dengan West Ham, hanya kalah selisih gol. Sementara itu, City tetap di peringkat keempat dengan 51 poin.

Berikut catatan empat hal dari pertandingan yang dihelat di Stadion Etihad tersebut.

Lebarnya Jarak Antar Bek

Sebelum laga, Manajer MU, Louis van Gaal, sesumbar. Ia mengaku telah menganalisis performa dua bek City, Eliaquim Mangala dan Martin Demichelis, dan merasa telah mendapatkan kelemahan keduanya. Ia menyebut untuk mengalahkan City, para pemainnya perlu mengacak-acak lini pertahanan The Citizens. Secara tidak langsung, ia merasa kalau ketidakhadiran Nicolas Otamendi dan Vincent Kompany adalah sebuah keuntungan buat MU.

Van Gaal sejatinya tidak sekadar sesumbar. Apa yang ditampilkan di atas lapangan adalah kenyataan. Trio lini serang MU,  Anthony Martial, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard, bermain maksimal dan memenuhi instruksi Van Gaal: mengacak-acak pertahanan City!

Kelemahan yang dimaksud Van Gaal adalah jarak antar bek tengah City maupun bek tengah dengan fullback yang kelewat lebar. Belum lagi agresifnya Gael Clichy dan Bacary Sagna dalam membantu serangan, membuat keduanya berpotensi untuk terlambat dalam bertahan.

Hal ini terlihat benar dalam proses gol pertama MU. Bermula dari umpan di lini tengah, Mata melihat adanya ruang antara Sagna dengan Demichelis. Rashford yang berdiri di depan Demichelis punya peluang melewati bek Argentina tersebut, atau bergerak ke sisi kanan pertahanan City yang ditinggalkan Sagna. Pilihan berani pun dilakukan Rashford dengan melewati Demichelis dan melepaskan tendangan yang berbuah gol.

Sepanjang babak pertama, seringkali terlihat adanya kesalahan koordinasi di lini pertahanan City. Belum lagi performa Fernandinho dan Fernando yang tidak sebaik seperti biasanya.  Dalam bertahan, kontribusi keduanya terbilang minim.

PS: Back pass Demichelis pula yang membuat Joe Hart ditarik keluar karena cedera.

City Tanpa Kreativitas

City yang dihadapi MU barusan, bukanlah City yang sama pada musim 2011/2012 saat pertama kali mereka merengkuh gelar juara di era Premier League. City pada 2012 memang tidak begitu kreatif di lini tengah. Namun, hal tersebut ditutupi dengan kemampuan pressing yang begitu baik. Ini juga diimbangi dengan “kebiasaan” pemain City yang selalu melakukan body charge saat duel dengan pemain lawan.

Pada pertandingan semalam, tidak terlihat sosok kokoh perebut bola dalam diri Yaya Toure. Karena beberapa kali “kesepian” di lini serang, Toure justru lebih sering turun membantu pertahanan. Trio gelandang City pun bermain lebih dekat dengan bek.

Hal ini justru menjadi santapan lezat buat para pemain MU yang begitu mengidolakan permainan dengan penguasaan bola. Michael Carrick dan kolega beberapa kali terlihat begitu tengah saat mengalirkan bola dari lini tengah. Ditambah lagi, baik Sergio Aguero, David Silva, ataupun Jesus Navas tidak begitu aktif dalam melakukan pressing.

PS: Ketimbang body charge, Fernando dan Fernandinho lebih senang mencari ribut dengan mendorong bocah macam Rashford dan Lingard.

Padunya Trio Lini Serang MU (pada Babak Pertama)

Bisa jadi karena buruknya permainan City secara keseluruhan yang membuat trio lini serang MU terlihat begitu bersinar. Ini dibuktikan dengan kian seringnya Martial, Lingard, dan Rashford, terlibat dalam serangan, ditambah lagi kehadiran Mata sebagai penyalur umpan matang.

Pada babak kedua, “penyakit” MU kambuh: berlama-lama dengan bola. Hampir jarang terlihat umpan-umpan Juan Mata yang langsung mengarah ke depan. Bola umumnya diputar-putar di tengah sebelum dikirimkan ke-entah-siapa di lini serang.

MU Tak Istimewa

Meskipun lini serang MU bisa dibilang bermain baik, tapi hal serupa tidak bisa dibilang demikian dengan lini pertahanan. Berulang kali City berhasil mengancam utamanya lewat serangan dari sayap. Duet Smalling dan Blind pun terlihat begitu rapuh dan rawan untuk dipatahkan.

Kalau Anda penggemar MU, mungkin sudah tak terhitung beberapa kali jantung berdegup lebih kencang karena City yang berhasil menembus pertahanan, utamanya pada babak kedua. Beruntung tak satupun gol yang tercipta.

Salah satu contohnya adalah dua peluang City dalam rentang waktu tiga menit mulai dari menit ke-63. Umpan silang dari sisi kiri pertahanan MU, tidak bisa diantisipasi sehingga bola berhasil menuju sasaran. Sayangnya, peluang tersebut tidak bisa dimaksimalkan masing-masing oleh Wilfried Bony dan Sergio Aguero.

Ke-tidak-istimewa-an MU bisa terlihat dari cara mereka membangun serangan. “Pola-pola lama” dengan membawa bola dengan durasi yang begitu lama, membuat lini pertahanan City mampu mengatasi sejumlah serangan tersebut. Beruntung karena MU sudah mencetak gol sementara City kepayahan mencetak gol ke gawang De Gea.

Lihat saja perbandingan jumlah attemps kedua kesebelasan. City melepaskan 26 attemps sementara MU cuma lima. Namun, apa artinya jumlah attemps kalau yang tepat ke sasaran cuma tiga kali? Bandingkan dengan MU yang lebih "efektif" dengan empat attemps yang mencapai sasaran.

Derby Manchester kali ini mungkin tak sepanas pada Januari 2012, ataupun tak sedestruktif (baca: 6-1) pada Oktober 2011. Namun, mengutip komentator di SCTV, pertandingan semalam digambarkan sebagai  “sekelompok anak muda yang mengerjai orang yang lebih tua”.

foto: theguardian.com

Komentar