Man United yang Tidak Bertele-tele bersama Mourinho

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Man United yang Tidak Bertele-tele bersama Mourinho

Efektivitas dalam bermain adalah kunci dalam sepakbola saat ini. Percuma lama menguasai bola kalau pada akhirnya tidak ada gol yang tercipta. Biasanya kalau sudah begini akan menjadi sebuah rasa frustrasi karena tak kunjung mencetak gol, meski bermain indah. Tapi, yah, argumen ini masih bisa dibantah, tergantung dari tujuan masing-masing tim bermain bola. Entah itu mencari gol atau sekadar bermain indah, atau keduanya (dasar serakah!).

Inilah yang disadari betul oleh manajer baru Manchester United, Jose Mourinho. Ia tahu bahwa menguasai bola lebih banyak, seperti saat United masih diasuh oleh meneer Louis van Gaal, United tidak terlalu menakutkan. Maka, dalam laga Community Shield kemarin (07/08/2016), perlahan ia mulai mengubah paradigma cara bermain The Red Devils; bermain lebih direct.

Dua musim bersama Van Gaal, Manchester United memainkan sebuah permainan possession ball yang bisa dibilang kurang efektif saat menyerang. Meski lama menguasai bola dan mampu mempertahankan bola dengan baik, mereka sulit untuk menciptakan peluang, utamanya pada musim 2015/2016.

Berdasarkan statistik dari Squawka, selama musim 2014/2015 serta musim 2015/2016, Manchester United mencatatkan rataan possession yang cukup tinggi, yakni 57% (2014/2015) dan 55% (2015/2016). Pada musim 2014/2015, permainan possession ball ini masih menuai hasil positif karena dari permainan tersebut, United berhasil mencetak 391 peluang dengan torehan 62 gol dan kemasukan 37 gol, pendukung United pun masih memaafkan karena Setan Merah berhasil masuk ke Liga Champions Eropa.

Namun, musim 2015/2016, permainan possession ball ini mulai menuai kritik karena dianggap membosankan dan tidak menghasilkan apa-apa. Meski banyak menguasai bola, United hanya mencetak 312 peluang dengan torehan hanya 45 gol dan kemasukan 35 gol. Raihan gelar Piala FA di akhir musim pun seolah tidak berarti apa-apa, karena pada akhirnya Setan Merah gagal masuk Liga Champions Eropa untuk musim 2016/2017.

Permainan possession ball yang tidak efektif inilah yang coba diubah oleh Jose Mourinho. Mou memang tidak pernah menerapkan permainan menguasai bola yang terlalu berlama-lama dalam tim yang ia asuh. Mulai dari Porto, Chelsea, Real Madrid, dan Inter Milan, semuanya kentara akan permainan direct saat menyerang, karena Mou sendiri biasanya lebih bermain bertahan, dan menyerang secara langsung dengan mengandalkan kekuatan winger ataupun gelandang yang memiliki umpan akurat.

Dalam permainan United usai mengalahkan Leicester pada laga Community Shield Minggu (7/8) malam, bekas-bekas dari permainan Louis van Gaal memang masih terasa dalam tubuh United. The Red Devils mendominasi permainan dengan perbandingan 58.1% berbanding 41.9%. Meski lebih mendominasi permainan, peluang yang diciptakan oleh tim yang bermarkas di Old Trafford ini lebih sedikit daripada The Foxes.

United mencatatkan sembilan peluang, sedangkan Leicester menorehkan 10 peluang. Tapi, ada hal baik di balik statistik tersebut; serangan United lebih efektif. Efektivitas memang perlahan-lahan mulai diinjeksikan oleh Jose Mourinho ke dalam tubuh Manchester United.

Meski hanya mencatatkan sembilan peluang, United memiliki konversi peluang yang lebih baik dari Leicester, yaitu 22%. Selain itu, total tembakan mengarah ke gawang mereka pun lebih banyak, yakni enam berbanding dua milik Leicester, dengan empat peluang tercipta di dalam kotak penalti. Dari sembilan peluang tersebut, dua berbuah menjadi gol lewat Jesse Lingard dan Zlatan Ibrahimovic.

Meski sudah perlahan menginjeksikan efektivitas ke dalam tubuh Manchester United, tampaknya Mou masih butuh usaha serta waktu yang lebih lama untuk mengubah permainan Setan Merah menjadi lebih direct. Masih banyak nama yang malah menjadi hambatan United untuk bermain efektif, salah satunya adalah Wayne Rooney.

Diplot menjadi pemain dengan peran no. 10, Rooney malah tidak mampu menjadi pengalir bola yang baik bagi Zlatan Ibrahimovic. Ia tidak mampu melepaskan diri dari penjagaan Danny Drinkwater dan Andy King yang begitu dominan di lini tengah Leicester. Rooney yang seharusnya berada di belakang Ibra, malah lebih banyak bergerak ke samping kiri, sehingga mengganggu pergerakan dari Luke Shaw ataupun Anthony Martial.

Heatmap Rooney dalam pertandingan melawan Leicester. Sumber: whoscored.com

Melihat apa yang sudah dipertunjukkan United, berikut dengan hasil yang sudah menyertainya, maka Mou tidak perlu khawatir. Ia masih memiliki waktu sampai bergulirnya Liga Primer Inggris mulai musim depan jika ingin mengubah gaya United yang lebih direct dan tidak bertele-tele.

Apalagi, ia akan kedatangan pemain baru, yaitu Paul Pogba yang kabarnya sudah dijadwalkan untuk melakukan tes medis di Manchester. Kehadiran Pogba akan lebih memperkaya variasi taktik Mou, utamanya untuk lini tengah yang akan memegang peranan penting dalam permainan direct yang Mou terapkan nantinya. Terlebih Pogba memang memiliki umpan-umpan panjang akurat yang menjadi ciri khasnya. Bersama Pogba, bisa jadi Manchester United akan benar-benar bermain lebih direct kala menyerang.

Komentar