Kontrasnya Perjalanan Joe Hart dan De Gea di Manchester

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Kontrasnya Perjalanan Joe Hart dan De Gea di Manchester

Oleh: Afriadi Samuel Sihombing

Kehadiran Pep Guardiola, Jose Mourinho dan Antonio Conte bersama tim baru mereka berhasil membuat Liga Primer Inggris terasa semakin menarik. Sembilan poin dari tiga laga merupakan pencapaian awal yang membuat Manchester City, Manchester United, dan Chelsea pantas diunggulkan sebagai kandidat juara Liga Primer Inggris 2016/2017. Menariknya pada gameweek keempat nanti, City dan United harus saling jegal untuk bertahan di papan atas klasemen sementara Liga Primer Inggris musim ini.

Jelang laga Manchester Derby yang bakal dihelat pada 10 September nanti, United dan City mendapatkan waktu istirahat ekstra karena awal September ini merupakan jadwal diselenggarakannya laga-laga internasional, salah satunya adalah babak kualifikasi Piala Dunia 2018 sehingga pekan ini kompetisi domestik diliburkan.

Tentunya waktu ini mesti dimanfaatkan secara baik oleh pelatih dan sebagian pemain yang tidak dipanggil oleh negaranya masing-masing. Bonus waktu yang lebih banyak dapat digunakan untuk memulihkan kondisi, sekaligus berlatih sebagai persiapan untuk menghadapi laga-laga di liga maupun di kompetisi lainnya.

Sejauh ini beberapa nama baru sudah berhasil didatangkan oleh kedua tim. Zlatan Ibrahimovic, Eric Bailly, dan Henrikh Mkhitaryan adalah nama-nama yang sudah berhasil Mourinho datangkan ke Old Trafford pada musim panas ini. Teruntuk Zlatan, ia sudah menunjukkan kemampuannya bersama United dalam beberapa pertandingan, baik itu ajang Community Shield ataupun Liga Primer Inggris.

Manchester City pun tidak mau kalah dengan tetangganya itu. Mereka juga mendatangkan nama-nama baru seperti Nolito, Ilkay Gündogan, Leroy Sane dan Claudio Bravo. Nama terakhir merupakan rekrutan paling anyar City yang sama sekali tidak diprediksikan akan didatangkan ke Etihad Stadium sebelum Liga Primer Inggris 2016/2017 bergulir. Hart yang diprediksikan (sekaligus katanya diproyeksikan) akan tetap mengisi posisi penjaga gawang mesti rela posisinya diambil alih oleh Bravo.

Laporan dari beberapa media menyebutkan kalau Guardiola merasa Joe Hart tidak begitu cocok dengan gaya bermain yang akan ia terapkan di City sehingga ia mendatangkan Bravo. Alih-alih mencoba melihat Hart beradaptasi dengan filosofinya, Pep justru memercayakan posisi penjaga gawang pada Willy Caballero dalam tiga laga awal Liga Primer Inggris.

Situasi ini membuat Hart diisukan akan meninggalkan City untuk mencari menit bermain di tim lain hingga akhirnya Rabu (30/08), Hart resmi memulai petualangan barunya ke negeri Italia. Torino menjadi tim yang akan ia bela pada musim 2016/2017 ini. Namun, kepergian Hart dari Etihad Stadium ini bukan secara permanen alias ia pergi sebagai pemain pinjaman.

Keluarnya Hart dari sisi biru Manchester membuat perjalanan sepak bolanya terasa kontras bila dibandingkan dengan penjaga gawang United, David De Gea. Kedua penjaga gawang ini sebetulnya memiliki beberapa kesamaan, misalnya mereka menunjukkan bakatnya di tim lain terlebih dahulu sebelum bergabung dengan klub Manchester serta menjadi pilihan utama tim dalam beberapa tahun terakhir.

Hart yang bergabung dengan City sejak 2006 tercatat sudah dipinjamkan selama tiga kali ke kesebelasan-kesebelasan Inggris lainnya, sebelum musim ini kembali menjalani masa peminjaman. Masa peminjaman ke Birmingham City musim 2009/2010 menjadi batu loncatan yang mengantarkan Hart menghuni pos utama penjaga gawang Manchester City dari 2010 hingga 2016. Serupa dengan Hart, De Gea menunjukan kegemilangannya di Atletico Madrid sebelum akhirnya didaulat sebagai penerus Edwin van der Sar.

Kendati memiliki beberapa kesamaan, perjalanan sepak bola Hart dan De Gea di Manchester bersama City dan MU dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kontras. Awal karier Hart bersama The Citizens dapat dikatakan berjalan begitu mulus. Di awal kariernya bersama Manchester City, kiper timnas Inggris ini berhasil meraih gelar Sarung Tangan Emas pada musim perdananya (musim 2010/2011) dengan catatan 18 clean sheets. Pada musim selanjutnya, Hart kembali meraih gelar yang sama.

Dianggap tidak sekokoh Van Der Sar oleh sebagian suporter United menjadi cerita awal De Gea pada masa-masa awalnya membela United, berlawanan dengan perjalanan awal Hart bersama City. Ekspektasi besar yang datang dan juga proses adaptasi yang memerlukan cukup banyak waktu diduga menjadi penghambat karier De Gea di Old Trafford. Kendati menjalani musim perdana yang sulit, De Gea semakin berkembang dan menjelma menjadi kiper tangguh MU.

Perbedaan lain yang mewarnai perjalanan kedua kiper ini adalah keberadaan kiper cadangan di tim masing – masing. Dalam enam tahun terakhir, posisi Joe Hart sebagai kiper utama nyaris tak tergantikan. Kualitas pelapis – pelapisnya dapat dikatakan masih jauh berada di bawah Hart. Hanya nama Willy Caballero yang berpotensi mampu menggeser Hart, dan hal itu baru terjadi awal musim ini.

Lain halnya dengan yang dialami oleh De Gea. Perjalanan De Gea untuk menjadi kiper utama turut didorong oleh adanya persaingan yang ditimbulkan oleh kehadiran kiper – kiper cadangan United. Dari Anders Lindegaard, Victor Valdes hingga Sergio Romero menjadi pelapis yang siap kapan saja menggusur De Gea dari posisi kiper utama MU.

Komitmen untuk bertahan dengan tim menjadi kekontrasan lain perjalanan Hart dan De Gea. Masih teringat jelas dalam ingatan para pecinta sepakbola dunia perihal saga transfer De Gea musim panas lalu. Pembelian De Gea oleh Real Madrid hampir saja terlaksana andai dokumen – dokumen terkait penjualan De Gea mampu diselesaikan tepat waktu. Batalnya transfer ini dikabarkan sempat membuat De Gea marah kepada United, karena secara pribadi dirinya ingin kembali ke Spanyol untuk membela Real Madrid.

Berbeda 180 derajat dengan De Gea, Joe Hart justru berkomitmen untuk membela City selama mungkin. Pada 2014 lalu, ia memperpanjang kontraknya bersama City hingga 2019 mendatang. Namun, kehadiran Guardiola ternyata membuat dirinya harus tersingkir dari tim dengan menjalani masa peminjaman sepanjang musim ini.

Masa peminjaman yang akan dilalui Hart di Italia dan Premier League musim 2016/2017 yang akan dijalani oleh De Gea bisa saja menambah warna baru dalam perjalanan sepak bola mereka. Kesamaan lain ataupun kekontrasan bisa saja tercipta dari perjalanan musim 2016/ 2017 ini, sehingga menarik untuk ditunggu bagaimana perkembangan perjalan sepak bola kedua kiper duo Manchester ini selama musim ini.

Penulis adalah seorang mahasiswa yang berdomisili di Bandung. Dapat ditemui di @afrisamuel

Komentar