Kisah Kayza Massey: Ghana, Kanada, Lalu Bermain di Piala Dunia

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kisah Kayza Massey: Ghana, Kanada, Lalu Bermain di Piala Dunia

Anak-anak dari Afrika, apalagi yang masih berusia muda, rentan untuk menjadi korban penjualan manusia. Meski dilimpahi sumber daya manusia yang memadai, ketidakmampuan mereka dalam mengelola banyaknya sumber daya tersebut, apalagi ditambah kemiskinan yang memang sudah lama mendera Afrika membuat negara ini rentan menjadi sasaran perdagangan dan perbudakan manusia.

Iming-iming mendapatkan uang lebih banyak, serta menjadi pemain terkenal, membuat para remaja dari Afrika dengan mudahnya tergoda dengan ajakan dan rayuan untuk bermain di Eropa. Ajakan dan rayuan inilah yang acap membuat para remaja dari Afrika itu terlunta-lunta di Eropa tanpa orang-orang terdekat yang berada di sampingnya.

Baca Juga: Mengendus Perbudakan dan Perdagangan Manusia dari Sepakbola Afrika

Beruntung Kayza Massey, penjaga gawang timnas U-17 perempuan Ghana tidak mengalami hal yang demikian buruknya. Jika banyak di antara rekan-rekannya yang mungkin saja menjadi korban perdagangan manusia, ia tidak mengalami hal tersebut. Semenjak masih kecil, ia sudah diasuh oleh orang Kanada (orang yang bekerja untuk UNICEF saat itu) yang membawanya ke Kanada.

"Saya dilahirkan di Ghana, tapi saya berada di panti asuhan ketika itu karena kedua orang tua saya telah tiada. Beruntungnya saya, suatu hari ada orang yang kelak jadi ibu saya, mengadopsi saya lalu membawa saya ke Kanada," ujar Massey seperti dilansir situs resmi FIFA.

Kehidupan di Kanada ini, adalah awal mula dari kehidupan Massey untuk menjadi pesepakbola.

Hidup di Kanada Lalu Bermain di Piala Dunia

Sejak kecil hingga sekarang berusia 15 tahun, Kayza hidup bersama dengan orang tua angkatnya di Kanada. Di negara yang terletak di sebelah utara Amerika Serikat ini, ia hidup berkecukupan, diasuh secara baik, juga diberikan pendampingan yang baik oleh orang tua angkatnya itu. Inilah yang membuat ia mampu tumbuh menjadi remaja yang baik pula.

"Saya ingat ada komunitas orang Ghana di Ottawa. Sedari saya kecil, ibu saya sudah memasukkan saya dalam komunitas tersebut agar saya dapat memahami budaya dan kebiasaan orang Ghana. Setelah beberapa lama bergaul di sana, akhirnya saya malah jatuh cinta pada budaya Ghana. Ini yang menjadi kunci bagaimana saya menyatu dengan anggota tim lain," aku Massey.

Kayza pun mengenal sepakbola ketika tinggal di Kanada. Ia banyak bermain untuk tim lokal Ottawa. Lalu, berawal dari perbincangan singkatnya dengan ibu angkatnya, tiba-tiba saja sekarang ia bermain di Piala Dunia U-17 bersama dengan timnas Ghana.

"Saya biasa bermain dengan tim lokal di Ottawa. Lalu saya mendengar bahwa Piala Dunia U-17 akan diadakan di Yordania. Saya pun berbincang-bincang dengan ibu saya, dan ia berkata bahwa jika saya mampu bermain di Piala Dunia, itu adalah hal yang hebat dan membanggakan. Dari sekadar bercanda, ternyata pada akhirnya menjadi sebuah hal yang serius."

"Ibu saya pun menelepon federasi sepakbola Ghana. Ia bertanya kepada mereka apakah mereka sedang mencari kiper tambahan? Saat mereka bilang iya, akhirnya ibu saya pun mengantar saya ke Accra (ibukota Ghana). Ia ingin saya bermain di depan para pelatih timnas Ghana. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya saya dapat bermain di timnas U-17 ini," ungkap Massey.

Saat ini, Massey sedang berada di Yordania, membela timnas U-17 Ghana dalam ajang Piala Dunia Perempuan U-17.

Mencocokkan Diri Bersama Timnas Ghana, Lalu Meraih Posisi Kiper Utama

Setelah mampu menembus skuat timnas U-17 perempuan Ghana, rintangan Kayza Massey belum berhenti sampai situ. Tim pelatih timnas U-17 perempuan Ghana membawanya sebagai kiper cadangan, bukan kiper utama. Ada nama Martha Koffie Annan, yang berusia sama dengannya (15 tahun), sebagai kiper utama timnas U-17 perempuan Ghana.

Entah keberuntungan atau memang ia sudah ditakdirkan untuk bermain di Yordania, Anna menderita cedera sehingga Massey pun naik pangkat menjadi kiper utama. Ia pun berkesempatan untuk main di Piala Dunia, sesuai dengan ia dan ibunya perbincangkan. Tapi tampil di Piala Dunia memang tidak semudah membalik telapak tangan. Dalam pertandingan pertama, mereka takluk oleh Jepang dengan skor 0-5. Alih-alih bersedih, Massey malah berterima kasih kepada Jepang.

"Kami menjadi lebih menyatu setelah kalah dari Jepang. Kami juga sadar bahwa kalau kami bermain sendiri-sendiri, kami tidak akan pernah pergi ke manapun," ujarnya.

Ucapannya ini bukan main-main semata. Pada pertandingan kedua melawan Amerika Serikat, Massey mampu melakukan beberapa penyelamatan gemilang yang membuat Ghana menang 1-2. Pertandingan ketiga melawan Paraguay pun menjadi panggungnya untuk beraksi dan sukses mengantarkan Ghana menang dengan skor 1-0.

Ini pun tidak lepas dari usaha Massey untuk menyatu dengan tim. Meski sempat mengalami kendala bahasa [Massey sedari kecil sudah tinggal di Kanada dan terbiasa menggunakan Bahasa Inggris], perlahan ia mulai mampu mengatasi kendala bahasa tersebut dengan sedikit demi sedikit mempelajari bahasa Ghana ketika berlatih ataupun memberikan komando kepada pemain bertahan.

"Kebanyakan para pemain di sini berbicara Bahasa Ghana. Awalnya itu sempat menjadi kesulitan bagi saya. Meski kebanyakan dari mereka tidak mengerti Bahasa Inggris, tapi selalu ada orang yang menerjemahkan komando saya kepada pemain bertahan. Tapi saya pun tidak tinggal diam."

"Sedikit demi sedikit, saya mempelajari Bahasa Ghana. Segalanya pun menjadi mudah bagi saya. Ini tak lepas dari dukungan rekan setim yang begitu hangat dan baik kepada saya. Saya yakin kami dapat melakukan sesuatu dalam ajang ini," ucapnya dengan sangat yakin.

**

Kisah dari Kayza Massey ini adalah sekelumit kisah bagaimana seorang pemain asal Afrika yang dibimbing secara baik, sehingga akhirnya ia mampu bermain dalam ajang Piala Dunia. Semoga kisah dari Massey ini dapat menginspirasi pemain dari Afrika yang lain, bahwa di tangan orang yang tepat, mereka bisa menjadi pemain kelas dunia.

Disadur dari situs resmi FIFA

foto: @ghanafaofficial

Komentar