Pep Guardiola, De Bruyne, dan Kunci Keberhasilan City Kalahkan Barcelona

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pep Guardiola, De Bruyne, dan Kunci Keberhasilan City Kalahkan Barcelona

Pada lanjutan Liga Champions 2016/2017 pekan keempat yang digelar Rabu (2/11/2016) dini hari WIB, terjadi sebuah kejutan. Manchester City dengan gagah menjungkalkan Barcelona dengan skor 3-1, padahal pada pertemuan pertama dua minggu lalu Camp Nou, kandang Barca, City tampil inferior dengan kalah telak 0-4.

Lebih hebatnya lagi, kemenangan City diraih meski Barca sempat unggul terlebih dahulu lewat gol Lionel Messi pada menit ke-21. Bahkan pada babak pertama, permainan City terlihat canggung sehingga membuat Barcelona tampil mendominasi permainan selama 45 menit pertama.

Pada 20 menit pertama, meski kedua kesebelasan tampak berhati-hati dalam membangun serangan, Barca lebih mendominasi permainan. Gol Messi sendiri lahir dari upaya tembakan pertama yang didapatkan Barca pada laga ini. Serangan balik yang terorganisir, terlihat dari posisi Neymar Jr. dan Messi berada sebelum menerima bola, menunjukkan kualitas serangan balik Barca yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya.

Kebobolan inilah yang membuat manajer Manchester City, Pep Guardiola, memutar otaknya lebih keras. Apalagi di 20 menit pertama, City juga tak mampu menciptakan peluang. Bahkan untuk mencapai kotak penalti Barca pun City cukup sulit.

Selagi Pep mencari cara untuk keluar dari pressing Barca, pressing City berhasil membuahkan satu gol. Hal itu terjadi ketika pada menit ke-38 Sergi Roberto melakukan kesalahan umpan di daerah pertahanan sendiri. Operan Sergi tersebut justru mengarah pada Sergio Aguero yang berada di depan kotak penalti. Penyerang asal Argentina tersebut kemudian meneruskan bola pada Sterling, yang dilanjutkan umpan daerah pada Ilkay Guendogan yang tanpa pengawalan di tiang jauh.

Usai turun minum, Pep kemudian menunjukkan magisnya. Gaya bermain City berubah. Ia menemukan cara untuk keluar dari tekanan yang dilancarkan Barca, yakni dengan tidak memfungsikan kiper City saat itu, Willy Caballero, sebagai Claudio Bravo, yang biasa memberikan umpan-umpan pendek. Caballero ditugaskan untuk mengirim umpan-umpan panjang setiap menguasai bola.

Mayoritas umpan panjang Caballero sebenarnya gagal. Hanya saja dengan cara ini, lini pertahanan City menjadi lebih siap ketika kehilangan bola. Situasinya akan berbeda jika para pemain bertahan City yang kehilangan bola, yang membuat terciptanya lubang-lubang seperti momen Luis Suarez mendapatkan peluang di sisi kiri pertahanan setelah Barca berhasil merebut bola dari kaki Fernandinho.

Selain itu, ada perubahan gaya bermain pula dari Kevin De Bruyne. Jika pada babak pertama ia terisolasi di sisi kiri penyerangan City, pada babak kedua ia diwajibkan untuk terus mendekati bola yang berada dalam penguasaan City. Karenanya tak heran pada babak kedua De Bruyne sering terlihat berada di tengah atau pun di sisi kanan penyerangan (hal ini tak berlaku bagi Sterling).

Pada babak pertama, De Bruyne memang seolah menghilang karena jarang mendapatkan bola (babak pertama hanya mencatatkan 10 operan). Perubahan peran ini membuat De Bruyne lebih sering terlibat dalam permainan. Pada babak kedua, gelandang asal Belgia ini total memiliki 32 operan (mendapatkan tambahan 22 operan dari babak pertama).

Opsi pemain City yang menguasai bola pun semakin bervariasi dengan adanya De Bruyne. Seperti ketika pada menit ke-62, di mana Aleksandr Kolarov memberikan umpan silang yang gagal disambut De Bruyne di mulut gawang atau pada menit ke-65 saat De Bruyne nyaris mencetak gol ketika tembakannya tipis menyamping (menerima umpan Sterling).

Serangan balik juga menjadi lebih sering dilancarkan City. City tak lagi berupaya mendapatkan penguasaan bola sebanyak-banyaknya pada babak kedua. Di akhir laga, penguasaan bola pun Barca unggul jauh 35% berbanding 65%.

Serangan balik juga yang menjadi proses terciptanya gol ketiga. Berawal dari sepak pojok Barca yang gagal, Aguero dan De Bruyne berkombinasi di area middle third hingga depan kotak penalti. De Bruyne sendiri bermain di area tengah saat itu, Aguero di sisi kiri. De Bruyne jugalah yang memberikan umpan daerah pada Jesus Navas (masuk menggantikan Sterling pada menit ke-71) yang kemudian menghasilkan gol kedua Guendogan.

Perubahan inilah yang membuat City tampil lebih baik pada babak kedua. Jika pada babak pertama City hanya mencatatkan lima tembakan saja, pada babak kedua 10 tembakan berhasil diciptakan City. Dengan umpan panjang dari belakang yang lebih sering, ditambah De Bruyne yang lebih sering terlibat dalam serangan, membuat City lebih banyak menguasai bola di daerah pertahanan Barcelona. Belum lagi serangan balik berbahaya City, Barcelona tampak tak siap dengan skema City seperti ini (di mana pada babak kedua mereka hanya menciptakan tiga tembakan saja).

Komentar