Dokter Tim sebagai Orang Penting di Balik Timnas Indonesia

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Dokter Tim sebagai Orang Penting di Balik Timnas Indonesia

Dari 12 staf tim nasional Indonesia, ada satu dokter tim yaitu Dr. Syari Alwi. Ia bekerja dengan didukung oleh satu orang fisioterapis dan dua orang pemijat (masseur). Kehadiran seorang dokter di timnas Indonesia sudah banyak membantu. Bahkan pada kenyataannya, hampir seluruh kesebelasan profesional di dunia pasti memiliki dokter tim.

Mendampingi para pemain dan staf lainnya, Alwi dinilai sebagai salah satu sosok senior di jajaran staf Indonesia saat ini. Sudah berusia 67 tahun, ia sudah 40 tahun berkecimpung di kedokteran olahraga.

Latihan Indonesia pagi ini di Karawaci diwarnai dengan cederanya Irfan Bachdim. Pemain naturalisasi ini menderita cedera pergelangan kaki, yang kebetulan, menurut Alwi adalah salah satu dari tiga cedera yang umumnya terjadi saat bermain sepakbola.

“[Cedera] yang paling sering itu hamstring. Setelah itu, engkel dan cedera-cedera lutut. Itu yang paling sering,” kata Alwi.

Alwi menambahkan kambuhan atau tidaknya cedera akan tergantung bagaimana perawatan dan pencegahan ke depannnya. “Jika mereka tahu bagaimana me-maintain, maka [cedera] mereka tidak akan relapse.”

Soal cedera pergelangan kaki atau engkel, kesadaran melalui pencegahan adalah hal terpenting bagi pemain. “Kadang pemain belum sadar. Contohnya engkel. Mereka harus mengamankan engkel mereka itu. Mungkin pakai tensocrab.”

Ia mengatakan bahwa cedera, terutama pergelangan kaki, banyak terjadi karena faktor lapangan alih-alih karena kontak fisik.

“Yang banyak itu, kan, kalau [cedera] engkelnya karena umpamanya lapangan kurang bagus, nggak rata, ketika lagi lari, [pergelangan kaki] mereka masuk [ke permukaan lapaagan yang lebih rendah]. [Cederanya] bukan karena ditekel.”

Namun soal lapangan, Alwi menyatakan bahwa lapangan pemusatan latihan timnas Indonesia di Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Tangerang, Banten, dinilai sudah sangat memuaskan.

Baca kembali: Pengaruh Lapangan dan Cuaca di Latihan atau Pertandingan Timnas Indonesia

Masih mengomentari soal cedera, Alwi menyatakan bahwa ia selalu melakukan koordinasi ke pihak klub. “Kita mau panggil [pemain], kita telepon dokter timnya, kita tanya gimana [riwayat cedera dan kondisi] dia. Begitu juga kalau mereka sakit di sini, kita akan beri tahu dokter timnya. Kenapa kita tidak mainkan mereka dan kondisinya sekarang gimana.”

Selain ketiga cedera di atas, ada juga banyak cedera ringan atau cedera minor yang sering terjadi kepada pemain sepakbola. Tapi untuk mendeteksi cedera minor ini memang agak sulit.

“Kita lihat mereka bermain, nanti, kan, mereka mengeluh. Kita harus ajarkan buat mereka untuk memberi keterangan yang benar dan jelas,” kata dokter berusia 67 tahun tersebut.

“Itu dapat membantu [cedera minor] mereka, untuk mencegah cedera lebih lanjut yang lebih parah. Harus ada komunikasi dua arah. Tidak mungkin, kan, kalau ada orang nggak sakit tapi kita mau periksa dia.”

Pemain akan beristirahat jika menderita cedera, tapi jika cederanya hanya cedera minor, mereka tetap boleh berlatih meskipun latihannya akan lebih ringan. “Jika pemain agak cedera, kita akan kasih tahu [ke pelatih] kalau mereka harus latihan lebih ringan dulu. Coach juga suka bertanya kalau pemain cedera, dia butuh waktu berapa hari untuk bisa sembuh. Kita kasih garansi.”

Juga mengurusi nutrisi

Selain soal cedera, perawatan, dan pemulihan, dokter tim juga mengurusi soal nutrisi untuk para pemainnya. “Di sini (hotel tempat timnas menginap) kokinya kita kasih tahu bagaimana membuat makanan untuk atlet. Makan siang, makan pagi, makan malam, semuanya sudah diprogram.”

Tapi meskipun sudah terprogram, ternyata itu tidak menutup kemungkinan pemain akan jajan sembarangan di luar jam makan. “Kita mengusahakan protect mereka. Tapi kita, kan, nggak bisa jaga mereka 24 jam. Tapi iya, pasti [jajan sembarangan].”

Sebenarnya jika pemain lapar atau haus dan ingin jajan, mereka bisa meminta kepada pihak hotel alih-alih jajan ke luar. “Kalau pemain lapar, pesan aja di sini, makan, ambil, daripada makan di luar. Kalau makan di luar, kita nggak tahu, makan bersih, bahan bakunya bagus, kita nggak tahu.”

“[Mengontrol nutrisi] itu tugas dan tanggung jawab saya,” katanya.

Menurut Alwi, pemain sepakbola dan atlet olahraga lainnya di Indonesia belum terbiasa dengan penerapan nutrisi yang baik. “Nutrisi itu buat atlet, mereka belum terbiasa semenjak masa-masa pembinaan usi muda. Itu PR untuk pengurus yang akan datang agar anak-anak usia muda, usia 14, 15, 16 [tahun] harus dimasukkan materi sports nutrition dan sports injuries. Itu harus.”

Kami juga sempat bertanya soal kebiasaan merokok pemain sepakbola di Indonesia. Ia sangat melarang atlet-atlet asuhannya untuk merokok. “Kalau saya, (sambil menunjukkan gestur seperti menyayat leher sendiri) tidak boleh.”

Soal alkohol juga Alwi melarang para pemainnya untuk mengonsumsinya. Namun hal ini tidak berlaku jika pelatih kepala tidak melarangnya juga.

“Saya nggak bisa tahu [pemain ada yang merokok atau minum alkohol]. Kita bilang tidak, tapi kadang pelatih bilang boleh. Saya nggak bisa apa-apa kalau sudah gitu,” lanjutnya.

“Sebenarnya bukan hanya atlet, bagi saya, orang hidup itu tidak boleh merokok, tidak minum alkohol, tidak minum [air] berkarbonasi, tidak makan pedas, tidak makan kerupuk-kerupuk.”

Bertindak laiknya dokter di klinik

Keberadaan dokter di timnas Indonesia juga bermanfaat jika ada pemain yang sakit atau merasa tidak enak badan. Di sini ia bisa bertindak laiknya dokter di klinik atau rumah sakit. Lagipula pemain juga tidak boleh minum obat sembarangan karena berpotensi terdeteksi sebagai doping.

Baca juga: Awas Salah Minum Obat!

“Di sini, setiap pemain yang ingin minum obat dari luar, harus kasih tahu saya. Sebab saya tidak jamin kalau obat yang dia beli dari luar itu tidak mengandung doping,” kata Alwi.

Musim hujan seperti sekarang ini membuat banyak pemain rentan terhadap penyakit seperti flu. “Hujan tentu kita kasih tahu mereka, jangan minum es, makan makanan sehat, istirahat yang cukup. Orang bisa jatuh sakit karena makan, istirahat, dan aktivitas tidak seimbang.”

Kebetulan cuaca di Filipina sama dengan cuaca di Indonesia saat ini, yaitu hujan setiap hari. “Kalau hujan, sama saja. Hujan, becek, sama saja. Jadi nggak ada persiapan khusus.”

Meskipun kata Dr. Alwi faktor cuaca ini bukan masalah, tapi beberapa pemain masih belum terbiasa dengan cuaca di Asia Tenggara, seperti Stefano Lilipaly yang terbiasa bermain di Belanda bersama Telstar.

***

Kehadiran seorang dokter di timnas Indonesia ternyata banyak membantu persiapan dan pelaksanaan ketika timnas berada di Filipina nanti. Dengan dibantu satu fisioterapis dan dua masseur, mereka adalah orang-orang yang sama pentingnya dengan para pemain, pelatih, dan juga tentunya, suporter.

Komentar