Dengan Segala Kesalahannya, Karius Tetaplah Masa Depan Liverpool

Taktik

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dengan Segala Kesalahannya, Karius Tetaplah Masa Depan Liverpool

Loris Karius mungkin sekarang sedang mengalami tekanan yang cukup berat dalam karier sepakbolanya. Dua kali mengalami pertandingan yang buruk ketika menghadapi Bournemouth dan West Ham United, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil akhir yang Liverpool dapat, seolah menunjukkan anggapan bahwa ia memang belum teruji sepenuhnya.

Ketika pertandingan melawan Bournemouth, tercatat dua kali ia melakukan kesalahan yang berujung kepada terciptanya gol Ryan Fraser dan Nathan Ake. Dalam laga melawan West Ham, lagi-lagi ia mendapatkan kritik setelah mengambil posisi yang kelewat jauh sehingga akhirnya tidak bisa menangkap tendangan bebas Dimitri Payet, serta ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk maju yang membuat Michail Antonio mampu menceploskan bola ke gawangnya.

Akibat dari kesalahan-kesalahannya ini, mulai banyak yang meragukan kemampuan Karius. Salah satunya adalah pemain yang pernah membela Liverpool dan sekarang bekerja sebagai pandit, Jamie Carragher. Ia bahkan mengungkapkan secara terang-terangan lebih memilih Simon Mignolet ketimbang Karius.

"Jika saya pelatihnya, saya akan menggantinya dengan Mignolet saja," ujar Carra seperti dilansir ESPN FC.

Walau banyak yang memberikan kritik kepada Karius akhir-akhir ini, tapi ada juga beberapa orang yang masih membela Karius, termasuk sang manajer, Jürgen Klopp. Klopp adalah orang yang memilih Karius untuk menjaga gawang Liverpool menggantikan Mignolet. Ia juga pernah menjanjikan akan tetap memberikan posisi utama di bawah mistar gawang The Reds kepada Karius.

Lagi pula, hasil-hasil buruk yang Liverpool raih dalam beberapa pertandingan terakhir, bukan sepenuhnya kesalahan Karius

**

Klopp, seperti halnya Guardiola, membutuhkan penjaga gawang yang dapat mengontrol bola serta menjadi orang pertama yang memulai serangan. Ketika mendatangkan Karius, ia mengharapkan penjaga gawang ini dapat memenuhi segala atribut penjaga gawang yang diinginkan oleh Klopp. Karius juga diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi para bek-bek The Reds, rasa aman yang pernah ada ketika Pepe Reina menjadi penjaga gawang Liverpool.

Namun yang terjadi dalam beberapa pertandingan menunjukkan hal yang sebaliknya. Memang Karius sempat beberapa kali menciptakan clean sheet, seperti ketika melawan Southampton, Sunderland, juga ketika melawan Manchester United. Tapi dalam pertandingan lain, ia jarang sekali menciptakan clean sheet. Bahkan ketika melawan Bournemouth, gawang Karius sampai kebobolan empat kali.

Kesalahan tentu tidak bisa dialamatkan kepada Karius seorang. Ada peran serta para bek yang gagal menggalang pertahanan dengan baik sehingga lawan lebih mudah menyerang Liverpool. Joel Matip, meski mampu menjadi pemimpin di lini pertahanan Liverpool, beberapa kali juga kerap melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Ia juga sering kali gagal menghalau umpan-umpan terobosan lawan yang mengakibatkan bola dengan mudah masuk pertahanan The Reds.

Enam gol dari dua pertandingan terakhir yang terjadi ke gawang Liverpool bukan semata kesalahan Karius saja. Itu adalah kesalahan unit pertahanan Liverpool yang sebenarnya harus dibenahi, dan menjadi pekerjaan rumah sejak awal Liga Primer bergulir. Tapi Karius pun tidak harus menjadi orang yang anti-kritik, karena memang sebagai penjaga gawang, masih ada aspek-aspek yang belum terlihat dari dirinya.

Ketenangan adalah hal yang belum terlihat dari diri Karius. Memang dengan permainan gegenpressing yang diterapkan oleh Liverpool, sulit bagi lawan untuk masuk ke pertahanan. Tapi ketika lawan mereka mulai berani menekan balik, seperti yang dilakukan oleh Bournemouth, di situlah sebenarnya ujian untuk Karius sebagai penjaga gawang. Ia seharusnya mampu mengatur lini pertahanan Liverpool sedemikian rupa. Nyatanya ia malah ikut panik sehingga menciptakan beberapa blunder.

Penempatan posisi juga menjadi hal yang harus dibenahi Karius. Seperti terlihat dalam gol pertama yang West Ham cetak, ia mengambil posisi terlalu jauh sehingga memberikan Payet ruang yang besar untuk dieksploitasi. Tinjunya yang lemah pun akhirnya membuat bola bersarang ke gawang Liverpool. Setidaknya jika Karius mampu menempatkan diri dengan lebih pas, ia masih punya kesempatan untuk mempersempit ruang tembak Payet sekaligus menghalau tendangan Payet.

Dua aspek di atas lah yang membuat para pemain bertahan Liverpool menjadi sedikit tidak nyaman. Segala ketegangan yang Karius tunjukkan membuat mereka serasa tidak memiliki pelindung di depan gawang, berujung kepada kesalahan-kesalahan di lini pertahanan yang berbuah gol.

Tapi satu hal yang mesti diingat, Karius masihlah muda. Lagi pula ia adalah orang yang dipercaya langsung oleh Klopp untuk mengawal gawang Liverpool.

**

Dengan usianya yang masih 23 tahun, masih banyak kesempatan bagi Karius untuk meningkatkan kemampuannya sebagai penjaga gawang dan beradaptasi dengan sepakbola Inggris. Jika ia mampu melewati fase ini, ia akan menjadi penjaga gawang yang tangguh untuk Liverpool di masa depan, dan permasalahan penjaga gawang Liverpool selepas Pepe Reina dapat terselesaikan.

Namun jika Karius tidak mampu melewati fase ini, bukan tidak mungkin hal ini akan berpengaruh terhadap karier sepakbolanya di kemudian hari. Oleh karena itu, Karius harus bisa meyakinkan suporter dan manajernya, bahwa ia memang masa depan Liverpool, meski ia juga tak luput selamanya dari kesalahan.

foto: @Squawka

Komentar