Badelj dan Kisah Kuno dari Florence

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Badelj dan Kisah Kuno dari Florence

Ini adalah kisah kuno dari Florence. Seorang pemain datang di Fiorentina, berkembang di sana dan kemudian meninggalkannya. Dalam beberapa musim terakhir ini, kisah seperti itu seolah menjadi nasib yang terguratkan bagi Fiorentina. Pada akhirnya, akan muncul sebuah godaan kepada pemain andalannya untuk hengkang.

Kita bisa mendapatkan kisah itu dari Riccardo Montolivo, Stefan Jovetic, Juan Cuadrado, Matija Nastasic, Noberto Neto, sampai Marcos Alonso. Suatu hari nanti, cepat atau lambat, mungkin kisah yang sama akan terjadi juga pada Milan Badelj.

Pertanyaan tentang transisi gaya permainan sering menjadi masalah yang rumit. Cuadrado misalnya, ia berkembang di Liga Italia kemudian layu di Liga Inggris. Di sisi lain, Alonso justru menjadi andalan di atas lapangan Chelsea. Dan Badelj bisa menjadi salah satu dari daftar itu. Lagi-lagi ini adalah salah satu jawaban yang sulit. Ia mengalami dua musim yang cemerlang di Stadion Artemio Franchi. Tahun pertamanya beradaptasi di Serie-A, Badelj sudah menjadi penyempurna Fiorentina. Wujud permainannya telah berfluktuasi di bawah arahan Vincenzo Montella. Kedatangan Paulo Sousa pun memperlihatkan perkembangannya dengan berduet bersama Matias Vecino di lini tengah.

Kemudian nilai jualnya semakin meroket. Semua pasang mata yang menontonnya tahu bahwa ia bisa meninggalkan rumahnya saat ini untuk pindah ke klub lain bahkan di luar Italia. Sekarang pemain asal Kroasia itu berusia 27 tahun. Usia yang notabene adalah puncak kekuasaannya dan memainkan berbagai jenis permainan sepakbola yang dicintai pelatihnya.

Badelj memang tidak memberikan kontribusi dengan gol yang banyak. Tapi ketika ia ada, Badelj membuat hal yang benar untuk kesebelasannya. Hal itu terlihat karena ia selalu bermain rapi dan dingin di bawah tekanan di depan pertahanan kesebelasannya. Badelj adalah pemain yang pintar membaca permainan lawan, melakukan 1,9 intersepsi perlaga adalah salah satu buktinya. Jumlah itu terbanyak ketiga setelah Davide Astori dan Carlos Salcedo.

Badelj pun selalu siap membangun serangan cepat dan tepat. Setiap pertandingan ia mampu mengoper dengan rataan 57 kali. Terbanyak ketiga setelah Astori dan Salcedo karena Fiorentina saat ini merupakan kesebelasan yang mengandalkan serangan dari lini belakang. Mantan pemain Hamburg SV itu juga yang melepaskan umpan jauh dari belakang ketika tiga bek di belakang buntu. Hal itulah yang membuatnya mampu melepaskan 3,5 umpan panjang di setiap pertandingannya. Akurasi operannya sebesar 87,3% pun menempati peringkat empat di kesebelasannya setelah Borja Valero, Carlos Sanchez dan Gonzalo Rodriguez.

Rasio Badelj kehilangan bola perlaganya pun cuma 0,7 perlaga. Maka dari itulah Badelj disebut sebagai metronom lain permainan Fiorentina selain Valero. Permainannya di Liga Italia memang tidak selalu eye-catchy. Sebab statistik itu tidak begitu menyilaukan jika dibandingkan gelandang-gelandang lain di Serie-A. Tapi ketika Badelj absen, pasti akan terlihat sesuatu yang kurang di Fiorentina. Seperti tidak ada yang mengambil kemudi kesebelasannya layaknya seorang kapten. Ia mampu menjembatani untuk menavigasi jarak antar lini. Kakinya selalu menjadi kunci untuk mengatasi tipuan lawan, kemudian menciptakan ruang dan umpan bagi rekan-rekannya.

Badelj adalah pemimpin yang tenang untuk membantu kejayaan kesebelasannya. Dan permainannya familiar bagi para pendukung Fiorentina. Protes-protes mereka terhadap situasi sulit saat ini bertentangan dengan pemainnya itu yang selalu memberikan terbaik untuk kesebelasannya.

Karenanya tidak heran jika Badelj sedang didekati sebagian besar klub-klub Eropa. Tidak ada keraguan untuknya, bahwa siapapun yang mendatangkan Badelj suatu hari nanti akan menjadi kesebelasan yang istimewa. Apalagi ia begitu mendambakan bisa bermain di Liga Champions. Yang jelas, Kepergiannya akan meninggalkan lubang di jantung pertahanan dan penyerangan Fiorentina.

Jika kepergian itu benar-benar terjadi, para pendukung Fiorentina akan ditinggalkan perasaan seperti ditipu kembali oleh kesetiaan. Kenyataan yang keras seperti itu mungkin harus diterima para pendukung Fiorentina. Sebab Fiorentina adalah kesebelasan elit di Italia maupun Eropa. Mereka selalu berjuang untuk mempertahankan pemain-pemain andalannya ketika klub-klub besar mulai memanggilnya.

Tetapi bagi Fiorentina saat ini, hal tersebut adalah solusi pragmatis. Masalah persepsi di kalangan suporter dan sifat manusia harus tahu kendala untuk mempertahankan pemain dengan gaji besar. Di sisi lain, hal itu terkadang berpotensi menimbulkan masalah.

Di dalam sepakbola, seorang profesional paling sempurna dan berdedikasi pun akan merasa goyah terkait bayaran. Kesebelasan berjuluk Viola itu bukan berarti kurang ambisi. Karena satu-satunya alternatif lain saat ini adalah menahan kemauan pemainnya termasuk Badelj. Dan para pemain andalan Fiorentina harus tahu bahwa rumput hijau terbesar sekalipun tidak selalu membuktikan kemewahan. Neto misalnya, yang kini lebih sering menghabiskan 90 menit pertandingan di bangku cadangan Stadion Juventus. Badelj, dan siapapun pemain andalan Fiorentina lainnya, harus siap akan risiko itu.

Sumber: Football-Italia, Whoscored.

Komentar