Memimpikan PSTS Tanjungpinang Tampil Kembali

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Memimpikan PSTS Tanjungpinang Tampil Kembali

Oleh: Mohammad Yayat

Empat tahun saya tinggal di tanah Siliwangi, tepatnya di Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Suka-duka banyak dilewati. Kisah pertemanan yang begitu mengikat erat hingga cinta pun terpaut di sana. Semua suku bangsa, ras dan agama ada disana. Mau yang hitam, yang putih, yang kuning, yang lurus, yang keriting, yang tinggi, yang pendek, yang berisi hingga yang kurus kering juga ada.

Tidak ada perselisihan yang terjadi di antara kami semua. Kami menjalani hidup dengan bahagia dan apa adanya. Saya ingat waktu itu di suatu sore, akan ada pertandingan tim kesayangan masyarakat Jawa Barat, Persib Bandung. Meskipun menggunakan embel-embel Kota Bandung tampaknya masyarakat Jawa Barat sepakat bahwa Persib adalah kebanggaan Jawa Barat, bukan hanya Kota Bandung saja.

Seorang teman yang memang asli orang Sumedang mengajak rekannya yang berasal dari luar daerah untuk menonton Persib bermain di Gelora Bandung Lautan Api yang lokasinya memang tak jauh dari Jatinangor. Pembicaraan-pembicaraan yang terjadi di antara mereka kira-kira seperti ini,

"Nonton Persib yuk ntar sore," ajak pemuda itu.
"Ayo, boleh tuh," jawab lainnya yang memang berasal dari daerah berbeda-beda. Ada yang dari Makassar, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagainya.

Tak lupa pula mereka dengan bangga menceritakan masing-masing tim asal daerahnya. Ada yang dengan bangga menceritakan Persebaya dengan segala konflik yang ada, perkasanya PSM waktu dulu kala, PSIS Semarang, Barito Putera, dan semuanya saling membanggakan klub asal daerah masing-masing.

"Kalau Tanjungpinang apa klubnya, Yat?" tanya mereka dengan keheranan.
"Kalau tak salah ada namanya PSTS Tanjungpinang. Entah ada entah tidak klub itu lagi hahaha..." tertawa saya menjawab pertanyaan mereka.
"Ooohh, tak kirain Persetan, Persatuan Sepakbola Tanjungpinang, hahaha..." jawab si kawan khas dengan logat medoknya. Kemudian kami semua tertawa bersama. Meskipun sebenarnya candaan itu bernada sindiran tapi apa mau dikata memang nama PSTS sangat terasa asing bagi mereka begitupun masyarakat Tanjungpinang sebenarnya.

Ingatan saya kembali ke waktu kecil dulu, entah berapa belas tahun yang lalu. Pengalaman waktu menonton langsung PSTS bermain di Stadion Sulaiman Abdullah, kembali terngiang. Hingga kini stadion itu masih menjadi satu-satunya stadion yang ada di Tanjungpinang, kondisinya memprihatinkan.

Seingat saya waktu itu, PSTS melawan Pupuk Kaltim, salah satu kesebelasan yang berlaga di Liga Indonesia. Tampaknya hanya pertandingan persahabatan biasa. Tapi antusiasme dan semangat masyarakat Tanjungpinang sangat tinggi, entah saya yang terlalu kecil atau memang hari itu sangat ramai masyarakat yang datang menonton.

Ah, mana saya peduli, karena yang saya ingat waktu itu hanya turun dari tribun stadion kemudian membeli air es sirup berwarna merah yang dijual oleh pedagang di belakang stadion. Rasanya ingin saya makan semua yang ada di sana, dan kembali naik lagi ke tribun dengan membawa banyak makanan dan tak lupa air es sirup yang segar itu. Indahnya dunia anak kecil.

Ketidakpedulian saya terhadap pertandingan waktu itu, menjadi sesuatu yang saya sesalkan setelah bertemu dengan teman-teman yang dengan bangganya menceritakan tim asal daerah mereka. Andai saya tahu, setidaknya saya bisa bercerita bahwa Tanjungpinang juga mempunyai tim sepakbola, walaupun kini tak tahu lagi bagaimana perkembangannya.

Menurut PSSI, PSTS Tanjungpinang masih terdaftar resmi sebagai klub anggota PSSI. Kesempatan yang sebenarnya tidak boleh dilewatkan, karena Persebaya, Arema Indonesia, Persipasi, Lampung FC, Persewangi, Persibo, dan Persema harus bersusah payah ikut kongres PSSI supaya keanggotaannya diakui oleh PSSI. Sedangkan PSTS Tanjungpinang hanya perlu sedikit susah saja untuk kembali membentuk PSTS Tanjungpinang.

Pada zamannya dulu, PSTS Tanjungpinang pernah mengikuti Soeratin Cup. Menurut berita yang dilansir Tanjungpinang Pos, Bupati Bintan (kabupaten yang berbatasan langsung dengan Tanjungpinang), Apri Sujadi, adalah seorang bek PSTS Tanjungpinang pada masanya, yang berduet bersama anggota marinir.

Tanpa kita ketahui, ternyata PSTS Tanjungpinang menyimpan begitu banyak cerita, yang tentunya tak semua orang tau termasuk saya yang termotivasi untuk membantu membangkitkan gairah persepakbolaan di Tanjungpinang. Karena saya selalu percaya bahwa sepakbola bukan hanya sekedar menendang bola, sepakbola tak berhenti hanya dalam 90 menit. Sepakbola hadir di seluruh elemen masyarakat dan menyentuh sendi-sendi kehidupan.

Bayangkan jika aktifnya PSTS Tanjungpinang meskipun hanya di Liga Nusantara (Divisi 3) persepakbolaan Indonesia. Keikutsertaan PSTS Tanjungpinang bisa membantu perekonomian masyarakat, bisa berjualan apa saja di sekitar stadion seperti merchandise PSTS, makanan, minuman, dan berbagai barang kreatif lainnya, membuat masyarakat terbantu dengan adanya PSTS Tanjungpinang.

Hal ini juga akan memberikan efek positif bagi official tim PSTS Tanjungpinang. Lapangan pekerjaan semakin meluas, seperti kitman yang bertugas menyiapkan keperluan para pemain mulai dari pakaian, sepatu, dan segala aksesoris pemain. Seorang fisioterapi yang mengatur kebugaran pemain, hingga ballboy anak kecil yang mengambil bola di pinggir lapangan dan masih banyak lagi, tentulah ini menjadi sesuatu yang baik buat masyarakat Tanjungpinang.

Kedatangan lawan dari tim luar juga bisa menambah pengetahuan orang luar tentang indahnya Tanjungpinang. Karena tim lawan yang bertandang ke Tanjungpinang tidak hanya membawa tim namun pasti beserta suporternya, ini tentu sangat baik untuk meningkatkan sektor pariwisata Kota Tanjungpinang dan membuat Tanjungpinang semakin dikenal.

Mungkin yang menjadi persoalan terbesar adalah mengenai dana operasional, karena sebuah klub sepakbola dilarang menggunakan APBD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2011. Jika mau diambil contoh, Persib Bandung, klub juara ISL 2014 mendapat kucuran dana dari para sponsor sebesar 35 M.

Ya, memang PSTS Tanjungpinang bukan Persib Bandung yang dengan mudahnya menjadi magnet sponsor karena Persib adalah klub besar dan berprestasi. Saya pun tidak berhak mengira-ngira mengenai cara mengoperasikan sebuah klub sepakbola karena memang saya bukan siapa-siapa dan yang saya tahu cuma bermain game simulasi sepakbola, Football Manager.

Saya hanya seorang pemuda yang peduli dan ingin menggugah rasa kecintaan terhadap kota Tanjungpinang melalui media sepakbola, karena kelak akan ada kebanggaan yang muncul ketika kita berjalan menggunakan jersey PSTS Tanjungpinang. Anak cucu kita yang merantau ke luar daerah pun nantinya mampu dengan bangga menceritakan tentang PSTS Tanjungpinang.

Cukuplah saya yang merasakan tawaan dari orang di luar sana tentang ketidaktahuan mereka mengenai PSTS Tanjungpinang dan bukan Persetan, Persatuan Sepakbola Tanjungpinang seperti apa yang mereka ucapkan. Harapan saya, mungkin juga ini jadi harapan yang selalu terpendam di hati masyarakat kota Tanjungpinang, yang ingin sekali menonton pertandingan sepakbola secara langsung di stadion, merasakan atmosfer pertandingan yang hanya ditemukan di dalam stadion bukan di layar kaca.

Penulis adalah orang yang mencintai Kota kelahirannya Tanjungpinang, tempat tinggal dan mencari rezeki, sedang berusaha membangkitkan gairah persepakbolaan di kota Tanjungpinang dan bisaa berkicau di akun @mohdyayat


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, meramaikan kembali sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Segala isi dan opini dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

foto: keprinet.com

Komentar