Romantisme Sepakbola Mia Hamm dengan Kota Florence

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Romantisme Sepakbola Mia Hamm dengan Kota Florence

Mia Hamm adalah salah satu pesepakbola yang cukup berpengaruh di Amerika Serikat, terutama di kalangan para perempuan. Ia adalah role model pesepakbola perempuan di AS saat ini. Namun, kelak ia harus berterima kasih kepada Italia dan Fiorentina secara khusus.

Lahir pada 17 Maret 1972 di Selma, Alabama, Mia tumbuh menjadi gadis kecil yang tegas dan keras. Sifat keras dan tegasnya ini tak lepas dari didikan yang dibangun oleh sang ayah, Will Hamm, yang memang memiliki latar belakang militer dan berprofesi sebagai tentara. Karakter keras dan tegas dari ayahnya ini pulalah yang pada akhirnya membuat Mia lebih menyukai olahraga dibandingkan dengan menari, profesi yang dijalani ibunya, Stephanie Hamm.

Profesi ayahnya yang berpangkat sebagai kolonel di satuan militer AS membuat perempuan bernama lengkap Mariel Margaret Hamm-Garciaparra harus rela mengikuti ayahnya berpindah-pindah tempat tinggal, mulai dari Alabama, California, Virginia, Texas, bahkan sampai ke Kota Florence, Italia. Tempat tinggal Mia semasa ia kecil mengikuti tempat di mana ayahnya ditugaskan.

Tapi, di Florence, negara Italia itulah, ia menemukan sebuah olahraga bernama sepakbola. Olahraga yang membuatnya menjadi Mia Hamm yang kita kenal sekarang: peraih dua medali emas Olimpiade dan peraih gelar juara Piala Dunia Perempuan.

Masa Kecil Hamm di Florence

Sekira masih balita, Hamm pernah menghabiskan waktu di Florence, Italia, selama dua tahun. Ketika itu ayahnya sedang ditugaskan oleh militer AS di Florence untuk mempelajari tentang politik luar negeri. Mia yang saat itu masih kecil pun sering diajak oleh sang ayah, menonton kesebelasan terkenal asal Florence, Fiorentina, langsung di Stadion Artemio Franchi.

Pengalaman menonton Fiorentina ketika kecil merupakan pengalaman berharga bagi Mia. Kisaran 70-an, Fiorentina adalah salah satu kesebelasan besar Italia dengan gelimang prestasi. Dipimpin oleh Giancarlo Antognoni, La Viola ketika itu kerap menjadi pesaing untuk meraih Scudetto. Mereka juga sukses meraih gelar Coppa Italia pada musim 1974/1975.

"Saya percaya bahwa ketika menghabiskan masa kecil di Italia-lah, saya mulai mencintai permainan ini (sepakbola) melebihi olahraga yang lain," ungkap Mia seperti dilansir majalah Coach and Athletic Director.

Sepulangnya dari Italia, Mia pun langsung menekuni dan mulai banyak bermain sepakbola. Bersama dengan saudara-saudaranya, serta dibimbing langsung oleh sang ayah, Mia pun memulai perjalanannya sebagai pesepakbola ketika ia masih berusia sekira enam tahun. Semua berlanjut, sampai sekarang Mia menjadi pemain sepakbola perempuan panutan Amerika Serikat.

Hubungan Mia Hamm dengan Italia, Sampai Sekarang

Walau hanya menghabiskan waktu di Italia dalam waktu yang tak cukup lama, dua tahun saja, tapi Mia masih menganggap Italia sebagai negara yang cukup berkesan baginya. Oleh karena itu, ia pun masih sering mengunjungi Italia dan berlibur di negara tersebut sampai sekarang. Terlebih ia juga pernah mendapatkan tawaran untuk bekerja di board AS Roma pada 2015 silam dan ia merasa kagum terhadap dukungan masyarakat Roma untuk AS Roma serta mengetahui banyak tentang Roma.

"Lambang AS Roma adalah sesuatu yang sering saya lihat ketika berjalan-jalan di kota Roma. Saya juga tahu banyak tentang Roma, karena saya cukup sering menonton kesebelasan ini di televisi. Bagi saya pribadi, kesebelasan ini adalah kesebelasan yang spesial. Ketika saya mengenang Roma, saya teringat orang tua saya yang pernah tinggal di sana," ujar Hamm dikutip dari Fox News.

Pengetahuannya yang cukup luas tentang sepakbola, berkat pengalaman yang ia dapat selama menjadi pemain (Hamm sudah menjadi anggota timnas perempuan AS sejak ia masih berusia 15 tahun) mengundang pujian dari James Pallotta, presiden kesebelasan AS Roma.

"Ia benar-benar memahami sepakbola, bahkan melebihi pemahaman saya sendiri," ujar Pallotta.

***

Sekarang Mia sudah menjalani hidup yang tenang di Los Angeles, bersama dengan suaminya, Nomar Garciaparra sambil menjalankan Mia Hamm Foundation, organisasi non-profit yang bergerak di bidang penyuluhan mengenai penyakit yang kerap menderita sumsum tulang ataupun urat nadi manusia.

Pembangunan organisasi non-profit tersebut tak lepas dari peristiwa kematian saudara laki-lakinya, Garrett Hamm, yang meninggal karena menderita aplastic anemia (penyakit langka ketika tubuh tidak mampu mereproduksi darah merah sehingga mengakibatkan kerusakan pada sel darah dan sumsum tulang).

Namun, jika ada waktu untuk mengenang sejenak, mungkin Mia akan kembali lagi ke Italia, negara yang pernah ia tinggali semasa kecil. Di sana, ia bisa memandangi laut lepas atau langit biru khas kota Florence, sembari bergumam.

Thanks God, it`s soccer!

foto: @hotsaucepodcast

Komentar