Hati-hati "Jebakan Batman" Marquee Player

Editorial

by Dex Glenniza 281906

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Hati-hati "Jebakan Batman" Marquee Player

Setelah PSSI mengumumkan soal regulasi baru untuk kompeisi Liga 1 Indonesia, ada satu topik yang menjadi buah bibir, yaitu soal marquee player. Istilah ini masih baru, bahkan sampai saat ini saja saya belum bisa menemukan istilah Bahasa Indonesia-nya.

Melalui sistem ‘2+1+1’, PSSI menetapkan setiap kesebelasan boleh memiliki empat pemain asing dengan rincian dua pemain non-Asia, satu pemain Asia, dan satu pemain lagi adalah marquee player.

Pertama-tama, kita harus melihat bagaimana PSSI meregulasi pemain asing di atas. PSSI, melalui Ketua Umumnya, Edy Rahmayadi, mengatakan bahwa 18 kesebelasan peserta Liga 1 “diperbolehkan” memiliki pemain asing, termasuk marquee player. Maka dari itu, ini tidak bersifat wajib.

Untuk marquee player sendiri, PSSI menyatakan syaratnya adalah: seorang pemain yang pernah bermain di Piala Dunia selama tiga kali putaran terakhir atau liga top dunia, serta berumur di bawah 35 tahun.

Contoh marquee player di belahan dunia lain

Pengertian marquee player ini sendiri memang sedikit rancu. Beberapa liga di dunia sudah menerapkan peraturan serupa, sebut saja peraturan marquee player di India, baik I-League maupun Indian Super League (ISL). Sedangkan Liga Australia (A-League) memiliki istilah salary cap. Kemudian ada juga Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat yang memiliki istilah designated player.

Seluruh istilah di atas penyebutannya memang berbeda, tetapi memiliki arti yang mirip-mirip.

Di A-League misalnya, setiap kesebelasan diperbolehkan memiliki dua marquee player yang gajinya berada di atas batas gaji (salary cap) liga tersebut. Pemain ini tidak harus pemain asing. Contohnya adalah Tim Cahill (Melbourne City), Besart Berisha (Melbourne Victory), Nicolás Martínez (Western Sydney Wanderers), Thomas Broich (Brisbane Roar), dan 12 pemain lainnya.

Jika kita melihat nama-nama di atas, mereka tidak selalu “pernah bermain di Piala Dunia selama tiga kali putaran terakhir atau liga top dunia”. Broich (Jerman) dan Martínez (Argentina) bahkan belum pernah dipanggil ke tim nasional mereka masing-masing.

Bagi FFA (federas sepakbola Australia), marquee player ini adalah pemain yang bergaji di atas rata-rata, tidak peduli mereka itu siapa.

Hal yang sama juga berlaku di Amerika Serikat. MLS menyatakan jika designated player adalah mereka-mereka yang, sama seperti di Australia, digaji di atas batas gaji (salary cap), tidak peduli dari mana negara asal mereka.

Contoh designated player di MLS beragam, mulai dari nama tenar seperti Andrea Pirlo (New York City FC), Sebastian Giovinco (Toronto FC), Tim Howard (Colorado Rapids), sampai nama-nama yang belum pernah membela timnas mereka seperti Aníbal Chalá (FC Dallas), Romain Alessandrini (Los Angeles Galaxy), dan masih banyak lagi.

Hal yang agak sama dengan di Indonesia terjadi di India. AIFF (federasi sepakbola India) mendefinisikan marquee player untuk I-League sebagai pemain asing yang pernah membela negara mereka dalam salah satu kejuaraan internasional.

Marquee player di I-League ini hanya diperbolehkan satu, sama seperti di Indonesia. Nama-nama yang muncul juga sebenarnya tidak mencerminkan definisi marquee player dari AIFF di atas. Simak nama-nama berikut: Kingsley Obumneme, Marjan Jugović, Marcos Thank, Aser Pierrick Dipanda... Apa ada yang kamu kenali?

Sedangkan ISL, liga lainnya di India yang lebih glamor, memiliki marquee player yang lebih mentereng. Tengok saja daftar nama-nama di ISL 2016 berikut: Hélder Postiga (Atlético de Kolkata), John Arne Riise (Chennaiyin), Florent Malouda (Delhi Dynamos), Lúcio (Goa), Aaron Hughes (Kerala Blasters), Diego Forlán (Mumbai City), Didier Zokora (NorthEast United), dan Mohamed Sissoko (Pune City).

Tidak sampai di situ, pihak liga juga mewajibkan (ingat, ini wajib) kedelapan kesebelasan ISL mengontrak setidaknya delapan pemain asing dengan caps maksimal 10 di timnas mereka masing-masing.

Hasilnya, ISL 2016 berhasil mendatangkan pemain-pemain tambahan, selain marquee player mereka, seperti Borja Fernández, Bernard Mendy, Michael Chopra, dan banyak pemain lainnya.

Bahkan di ISL 2014 yang merupakan edisi perdana ISL, mereka berhasil membujuk pemain tenar untuk kembali bermain dari masa pensiun mereka, seperti Freddie Ljungberg, David James, dan Robert Pirès.

Manfaat marquee player untuk Indonesia

Dari tadi kita hanya membicarakan marquee player secara umum. Kemudian kita sampai kepada pertanyaan pamungkasnya: Sebenarnya apa dampak marquee player untuk Indonesia?

Bersambung ke halaman selanjutnya

Komentar