Juan Carlos Unzue dan Tito Vilanova, Dua Jejak yang (Mungkin) Sama

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Juan Carlos Unzue dan Tito Vilanova, Dua Jejak yang (Mungkin) Sama

Oleh: Pradhana Adimukti

Luis Enrique resmi takkan menangani Barcelona lagi musim depan. Ia tidak memperpanjang kontraknya yang akan berakhir pada Juni 2017 nanti. Mantan gelandang Real Madrid dan Barcelona itu sudah membicarakannya dengan para petinggi Barca dan mengumumkan secara resmi pada 1 Maret 2017.

Selama melatih Barcelona, Enrique sudah memberi treble pada musim 2014/2015 dengan memborong gelar La Liga, Liga Champions, dan Piala Raja sekaligus. Sebuah sejarah bagi Barcelona. Enrique adalah pelatih pertama yang meraih tiga gelar sekaligus pada musim perdana.

Di musim keduanya, 2015/2016, Enrique memberi gelar domestik ganda, La Liga dan Piala Raja. Musim ini, Barcelona masih dalam lintasan balap Liga Champions, La Liga, dan Piala Raja sekalipun permainan mereka kerap dikritik telah menurun musim ini. Pertanyaan selanjutnya, siapakah pengganti yang sesuai menjadi pelatih Barcelona setelah Enrique pergi?

Di antara sekian banyak nama, Jorge Sampaoli, Ernesto Valverde, Massimiliano Allegri, dan Juan Carlos Unzue adalah kandidat yang paling santer beredar. Tapi apakah mereka semua sesuai dengan kriteria Barcelona?

Kriteria Pelatih Barcelona

Pengalaman bersama Pep Guardiola, Tito Vilanova, dan Luis Enrique di satu sisi dengan Gerardo Martino di sisi lain telah memberi Barcelona referensi serius. Calon pelatih Barcelona adalah orang yang harus memahami klub.

Memahami klub berarti memahami filosofi permainan sepakbola Barcelona, mempromosikan pemain akademi, menjalin hubungan baik dengan para bintang Barcelona, terutama para alumni La Masia dan menyadari memenangkan gelar tiap musim hanya menjadi kebiasaan di Barcelona.

Barcelona mempunyai tradisi memenangkan gelar dengan sepakbola menghibur. Meraih gelar atau bermain menghibur saja tidak cukup buat standar Barcelona. Gaya menyerang umpan pendek dari kaki ke kaki telah terinternalisasi sejak zaman total football Rinus Michels dan Johan Cruyff hingga tiki-taka Pep Guardiola.

Sejak era Guilermo Amor, Albert Ferrer, Pep Guardiola hingga masa Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez, Barca punya tradisi kuat mempromosikan pemain-pemain dari akademi sepakbola mereka sendiri. Para pemain yang sudah menjadi bagian integral dari filosofi permainan Barcelona.

Pep Guardiola sangat memahami Barcelona. Ia menerapkan sepakbola menyerang indah tiki-taka dan memenangkan gelar berbasiskan pemain-pemain La Masia. Tito Vilanova, asisten Guardiola saat itu, melanjutkan estafet Pep. Vilanova memberi gelar La Liga 2012/2013 untuk Barca.

Setelah Vilanova mundur karena kanker, penyakit yang merenggut nyawanya, Barca mengontrak “orang luar” Barcelona. Pelatih asal Argentina, Gerardo “Tata” Martino. Filosofi permainan Tata memang menyerang menekan lawan dengan umpan-umpan pendek cepat. Namun semusim bersama Barcelona (2013/2014), Tata gagal memaksimalkan kumpulan bintang Barcelona. Musim itu Barca tak meraih satu pun trofi.

Setelah Tata Martino mundur, Barcelona menunjuk Luis Enrique. Sebelum melatih AS Roma dan Celta Vigo, mantan gelandang Barcelona itu pernah melatih Barcelona B. Pemahaman dalam pada klub, menjadi modal penting Enrique memberikan banyak gelar pada Barca.

Berdasarkan perbandingan tersebut, sangat rasional jika Juan Carlos Unzue muncul sebagai salah satu kandidat pengganti Enrique. Unzue adalah asisten Enrique sejak di Celta Vigo hingga Barcelona saat ini. Unzue memahami Barcelona secara mendalam.

Siapakah Unzue?

Unzue pernah bermain sebagai kiper Barcelona di awal era 1990an. Mantan pemain Sevilla tersebut adalah pelatih kiper Frank Rijkaard saat pria Belanda itu melatih Barcelona. Pep Guardiola, ketika mengambil alih Barca dari Rijkaard, tetap mempertahankan Unzue.

Setelah lima tahun di Barcelona, Unzue menjalani tantangan baru sebagai pelatih kepala Numancia di divisi dua Liga Spanyol pada 2010. Tahun 2012, ia menangani Racing Santander sebelum bekerja sebagai tangan kanan Enrique di Celta Vigo dan Barca.

Secara teknis, Unzue dikenal memperbaiki kelemahan Barcelona dalam bola mati. Barca yang dulu sering kebobolan dan jarang mencetak gol lewat bola mati diubah oleh Unzue menjadi tim yang kuat dalam bola mati, baik dalam bertahan maupun mencetak gol. Secara psikologis, Unzue memainkan peran sebagai “si baik hati” untuk mengimbangi ketegasan Enrique. Tidak heran jika para pemain sangat nyaman dan mengisyaratkan dukungan penuh bila ia secara resmi ditunjuk menggantikan Enrique.

Catatan untuk Unzue ada pada kurangnya pengalaman menjadi pelatih kepala di klub besar. Namun melihat jejak Tito Vilanova, pengalaman Unzue bekerja untuk pelatih besar dan mengelola pemain-pemain bintang Barcelona tampaknya cukup untuk menutup kekurangan tersebut. Pep Guardiola bahkan belum pernah melatih tim senior saat ditunjuk menggantikan Rijkaard.

Kandidat Lain

Jorge Sampaoli yang digadang-gadang menjadi pengganti Luis Enrique ternyata tidak terlalu meyakinkan. Sevilla yang pada awal musim bermain dengan mengesankan, ternyata melempem akhir-akhir ini. Sevilla disingkarkan Leicester City pada fase 16 besar Liga Champions. Padahal Sevilla adalah langganan juara Liga Europa sementara ini adalah pengalaman pertama Leicester bermain di kompetisi elit antar klub Eropa.

Kekalahan 3-1 dari Atletico Madrid (19/3/17) melengkapi hasil buruk dalam rentetan tiga pertandingan sejak 6 Maret lalu. Sevilla berturut-turut seri melawan Alaves (6/3/17 dan Leganes (11/3/17). Barcelona membutuhkan pelatih yang mampu memastikan tim konsisten memenangkan pertandingan untuk meraih gelar tiap musim.

Ernesto Valverde memang punya jam terbang lebih sebagai pelatih kepala dibanding Unzue. Dia pernah juara liga bersama Olympiakos Piraeus. Mengantar Espanyol ke final Liga Europa (2006/2007). Ia juga pernah bermain untuk Barcelona. Kontraknya bersama Athletic Bilbao pun berakhir pada 30 Juni nanti.

Namun para alumni La Masia di tim utama Barca saat ini belum mengenal dekat Valverde. Valverde belum pernah melatih Iniesta dan kawan-kawan di level manapun sedekat mereka mengenal Pep Guardiola, Tito Vilanova, Luis Enrique, dan Juan Carlos Unzue. Empat nama terakhir tersebut adalah mantan pelatih La Masia dan atau mantan asisten pelatih Barcelona.

Valverde juga belum pernah melatih tim besar penuh bintang. Kemampuannya mengendalikan ego pemain juara belum teruji. Kegagalan Tata Martino mengoptimalkan potensi pemian bintang Barcelona dapat menjadi referensi berharga dalam menimbang Valverde.

Massimiliano Allegri adalah pelatih juara. Catatan gelarnya jauh lebih baik ketimbang Sampaoli, Valverde bahkan Unzue. Allegri terbiasa mengelola tekanan juara di klub besar. Kontraknya pun akan berakhir tahun 2018. Namun Allegri jelas bukan figur yang sudah meresapi filosofi dan tradisi Barcelona.

“Orang Dalam” Barcelona

Bila melihat rekam jejak sejauh ini, Barcelona tidak bisa dikatakan gagal. Mereka masih terlibat perlombaan sengit dengan Real Madrid untuk merebut La Liga. Barca juga masih bisa meraih Liga Champions. Di Piala Raja pun mereka masih berpeluang juara. Pendeknya, mengulang treble winners seperti musim 2014/2015 masih realistis buat Barcelona.

Kalaupun Barca puasa gelar musim ini, Luis Enrique tidak perlu mundur. Apa yang dialami Barca di bawah Enrique musim ini hanya siklus yang normal. Nirgelar dalam semusim juga pernah dialami MU dalam masa 27 tahun kepelatihan Sir Alex Ferguson. Pengunduran diri Enrique sebenarnya lebih condong pada alasan pribadi.

Enrique sudah terlalu lelah dan jenuh menghadapi tekanan target dan pers Barcelona tiap musim. Melatih Barcelona berarti tidak ada waktu istirahat karena harus mengembangkan dan mencari solusi masalah untuk tim. Itu semua menguras waktu Enrique.

Filosofi sepakbola Barcelona tentu belum merasuk ke dalam pikiran “orang luar” Barcelona. “Orang luar” tersebut justru berpeluang menerapkan taktik dan filosofi permainannya sendiri ke dalam tim. “Orang luar” juga perlu waktu mengenal dan menjalin hubungan baik dengan para pemain Barcelona. Terutama para alumni La Masia.

Menerapkan filosofi permainan baru dan menjalin komunikasi yang baik dengan pemain Barcelona, tentu membutuhkan waktu. Tidak semua pelatih bisa beradaptasi dengan cepat. Antonio Conte sejauh ini sukses beradaptasi dengan cepat bersama Chelsea.

Namun Jurgen Klopp masih belum memberi gelar untuk Liverpool selama sekitar dua musim melatih Liverpool. Filosofi gegenpressing Klopp memang berhasil dalam menyerang tapi masih gagal dalam bertahan. Barcelona pernah gagal bersama “orang luar” bernama Tata Martino.

Barcelona kini hanya butuh penyegaran. Mereka belum membutuhkan perombakan. Untuk menyegarkan tim, dibutuhkan pelatih dengan filosofi permainan yang sama dan sudah menjadi bagian integral tim tapi punya sentuhan personal yang baru. Keputusan mengalihkan jabatan pelatih dari Enrique kepada “orang dalam” seperti Unzue, akan tepat.

Dukungan Pemain

Iniesta memuji Unzue sebagai pelatih yang mampu menyiapkan tim dengan baik. Unzue sudah memahami rinician tugas sebagai pelatih Barca. Dia juga tipe pelatih yang ambisius meraih target juara di akhir musim. Dengan pengalaman menjadi pelatih kepala Racing Santander beberapa musim lalu, Iniesta meyakini kemampuan Unzue melatih Barca.

Gerard Pique menyatakan Unzue adalah kandidat yang mampu melatih Barcelona. Alasannya, Unzue pernah bermain untuk Barcelona dan pernah menjadi pelatih kiper di bawah Pep Guardiola. Unzue sudah bertahun-tahun menjadi bagian integral Barcelona.
Ivan Rakitic juga mengapresiasi Unzue. Mantan gelandang Schalke 04 itu secara pribadi punya hubungan sangat baik dengan Unzue. Ia punya ide permainan sepakbola yang sama dengan Enrique.

Pada akhirnya Iniesta dan Pique memang menyerahkan keputusan pelatih baru Barcelona pada dewan direksi. Iniesta menyatakan setiap pemain Barcelona akan mendukung pelatih baru yang dipilih nanti.

Namun dari apresiasi mereka pada Unzue, tersirat dukungan besar kepada Unzue menggantikan Enrique musim depan. Iniesta dan Pique adalah pemain-pemain senior Barcelona. Mereka pemain “pribumi” Barcelona, produk sekolah sepakbola La Masia. Suara mereka sangat berpengaruh pada tim. Sinyal positif mereka pada Unzue bisa diartikan seluruh pemain akan menerima Unzue jika ditunjuk nanti.

Sinyal Enrique dan Direksi

Pada sesi latihan Sabtu kemarin (18/3/17), Luis Enrique mendelegasikan tugasnya pada Unzue. Unzue dikelilingi oleh para asisten pelatih Barcelona lainnya. Tampak, Luis Enrique sudah mengisyaratkan akan memindahkan tongkat kepemimpinan kepada Unzue. Pada konferensi pers sebelum pertandingan melawan Valencia (18/3/17), Enrique menyatakan tidak mungkin marah jika Unzue yang melanjutkan estafet kepelatihan Barcelona dari tangannya musim depan.

Josep Vives, juru bicara Barcelona, memuji Unzue sebagai profesional yang hebat. Hal itu dinyatakannya ketika ditanya pers tentang spekulasi pengganti Enrique. Vives menyatakan dewan direksi gembira dengan cara Unzue bekerja. Robert Fernandez, direktur olahraga Barcelona, menyatakan seluruh direksi sangat familiar dengan Unzue.

Ia sendiri nampak berhasrat menghadapi tantangan baru sebagai pelatih Barcelona. Dalam sebuah wawancara, Unzue memberi petunjuk bahwa ia berharap musim depan tak dapat menjalankan hobinya bersepeda lagi. Ketika menjadi pelatih kepala, tak ada waktu lagi untuk menikmati hobi.

Berdasarkan kecocokan kriteria pelatih Barcelona serta sinyal-sinyal kuat yang ditunjukkan para pemain senior, direksi dan Luis Enrique, tampaknya Unzue akan menapaki jejak almarhum Tito Vilanova. Dari asisten menjadi pelatih kepala Barcelona. Walaupun semua masih bisa berubah sampai ada pengumuman resmi Barcelona.

foto: @BarcaSpiral

Penulis adalah seorang Legal Officer. Biasa bercuit di @Pradhana_Adi


Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penulis

Komentar