Keseimbangan Permainan Napoli yang Harus Diperbaiki Maurizio Sarri

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Keseimbangan Permainan Napoli yang Harus Diperbaiki Maurizio Sarri

Jika melihat keadaan saat ini, Napoli sudah bisa dianggap sukses di sepanjang paruh pertama musim 2016/2017. Mereka tetap bisa bertahan di tiga besar Serie-A dan maju ke 16 besar Liga Champions dari grup yang sulit. Lini depan menunjukkan perubahan cukup kentara. Sejauh ini Napoli tidak hanya mengandalkan satu penyerang seperti ketika masih ada Gonzalo Higuain pada musim lalu. Saat ini bukan persoalan ada atau tidak adanya Higuain.

Nyatanya Maruzio Sarri yang menjadi pelatih Napoli mampu mencetak pemain lainnya meskipun bukan skuat yang sama dengan musim lalu. Dries Mertens adalah salah satu contohnya. Ia sedang berada di penampilan yang baik dan lebih berkembang sebagai false nine pada formasi 4-3-3.

Awalnya Mertens cuma diplot sebagai penyerang darurat karena cedera ligamen lutut Arkadiusz Milik. Tapi Mertens mampu mencetak 20 gol dan empat asis dari 26 pertandingan Serie-A. Ia membuat taktik Sarri lebih kohesif melalui sistem false nine yang diperagakannya.

Sarri pun menambah amunisinya di lini depan dengan mendatangkan Leonardo Pavoletti pada bursa transfer Januari lalu. Kedatangan Pavoletti membuat Sarri memiliki pilihan baru di lini depan setelah hengkangnya Manolo Gabbiadini. Peran Mertens membantu Sarri yang ingin lebih agresif menekan di jalur tengah agar mendapatkan bola lebih cepat. Luasnya pergerakan Mertens membuatnya mendapatkan bola lebih cepat di lini depan ketika Napoli melancarkan pressing.

Tekanan di jalur tengah itu juga mencegah distribusi bola lawan. Taktik itu membuat lawan semakin sulit membebaskan tekanan di wilayahnya sendiri. Hal itu bisa dilihat dari aksi di tengah dan depan Napoli yang lebih besar ketimbang di belakang. Aktivitas Napoli di lini tengah mencapai 48% dan lini depan 30%. Rataan itu cukup menjadi kesimpulan bahwa Napoli mengutamakan penguasaan bola di wilayah lawannya.

Apalagi Sarri merupakan salah satu pelatih terbaik di Eropa soal menerapkan penguasaan bola. Musim ini, penguasaan bola di setiap pertandingannya mencapai 58,9 persen. Rataan itu yang terbaik di Serie-A dan peringkat ke enam di Eropa pada musim ini. Ditambah dengan taktik barunya, Napoli bisa melancarkan serangannya tidak kalah efisien seperti musim lalu. Napoli pun merupakan kesebelasan paling banyak melepaskan tembakan tepat sasaran di Eropa mengalahkan Barcelona dan Real Madrid.

Maka bukan tanpa alasan permainan menyerang Sarri ini serupa dengan sistem milik Arrigo Sachi, yaitu sama-sama memainkan sepakbola indah. Namun masalah baru bagi Sarri adalah fokus serangannya tampak menggoyahkan keseimbangan di lini belakangnya. Jumlah kebobolan Napoli sejauh musim ini lebih banyak daripada Internazionale Milan dan Lazio yang berada di bawah mereka dalam papan klasemen.

Napoli sudah kebobolan 32 gol dari 29 pertandingan, sementara Inter kebobolan 31 kali dan Lazio 30 kali. Lini belakang Sarri membutuhkan pembaharuan sistem. Raul Albiol tampak sudah melamban dan sering dihantam cedera. Padahal Sarri memiliki bek tengah yang lebih segar dalam diri Lorenzo Tonelli dan Nikola Maksimovic untuk diduetkan dengan Kalidou Koulibaly. Bahkan Tonelli dan Maksimovic sama-sama sudah menyumbangkan gol untuk Napoli.

Apalagi ketika Napoli ditinggalkan Faouzi Ghoulam dan Koulibaly yang memperkuat Piala Afrika 2017, bobroknya pertahanan mereka begitu kentara karena minimal selalu kebobolan satu gol selama bulan Januari, kecuali ketika menghadapi Palermo. Pengambilan keputusan Pepe Reina dalam menyelamatkan gawangnya pun harus dipertanyakan. Salah satunya ketika kesalahan mengantisipasi umpan silang Juan Cuadrado sehingga kebobolan ketika melawan Juventus di Coppa Italia.

Reina pun terus dimainkan Napoli tanpa henti, bahkan untuk ajang turnamen seperti Coppa Italia dan Liga Champions. Padahal kesebelasan-kesebelasan besar lainnya mempercayakan kiper lain pada ajang turnamen. Tapi Sarri seolah tidak percaya kepada kemampuan Luigi Sepe dan Rafael sebagai pelapis Reina. Mungkin itulah salah satu alasan Napoli mengincar Koen Sateels dan Marco Sportiello pada bursa transfer musim panas nanti. Apalagi Napoli sendiri sudah tersingkir dari Coppa Italia dan Liga Champions.

Di sisi lain, tersingkirnya dari dua ajang tersebut akan menjadi kebaikan bagi Sarri agar fokus mengakhiri Serie-A 2016/2017 di peringkat dua agar langsung lolos ke Liga Champions musim depan. Sebab kegagalan mencapai kompetisi elit di Eropa akan menempatkan Napoli di sebuah tanda tanya yang serius. Konsekuensinya jelas akan membentuk dan memengaruhi masa depan para pemainnya.

Hilangnya para pemain bintang pada musim panas nanti akan selalu membutuhkan beberapa penyesuaian. Apalagi Napoli berkesempatan lagi tampil di kompetisi Italia dan Eropa pada musim depan. Rasa percaya diri adalah hal yang paling dibutuhkan secara mendasar di skuat Napoli saat ini. Sebab Napoli belum punya kekuatan mental untuk melakukan yang terbaik di panggung internasional. Itulah yang membuat Napoli kalah di tandang maupun kandang dari Madrid di Liga Champions musim ini.

Komentar