Timnas Indonesia Masih Perlu Banyak Berbenah, Luis Milla

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Timnas Indonesia Masih Perlu Banyak Berbenah, Luis Milla

Sudah dua pertandingan uji tanding Luis Milla jalani bersama timnas Indonesia yang diisi oleh pemain U22, dan dua-duanya berakhir dengan hasil yang minor. Dikalahkan oleh Myanmar 1-3, dan ditahan imbang oleh Persija Jakarta dengan skor 0-0. Timnas masih ada kekurangan.

Namun dalam konferensi pers setelah pertandingan, Luis Milla malah mengatakan hal yang sebaliknya. Meski mengakui bahwa ia melawan tim yang bagus, Milla membantah bahwa timnya mengalami kemunduran. Ia malah mengungkapkan ada kemajuan yang dicapai oleh para pemainnya. Salah satunya adalah tidak bobolnya gawang timnas dalam 90 menit pertandingan.

"Satu hal yang berubah sejak melawan Myanmar adalah kami bisa bermain baik selama 90 menit. Gawang tidak kebobolan serta kami pun bisa mengancam selama 90 menit, itu adalah perkembangan untuk kami. Persija adalah tim bagus, dan kami dapat banyak pelajaran dari mereka," ujar Milla.

"Bagi saya, tim saya bermain bagus. Mungkin yang kurang menurut Anda adalah karena tim kami cepat kehilangan bola. Mungkin saya masih butuh waktu untuk beradaptasi. Semua pemain saya bagus, dan kalau saya bermain jelek, mungkin tim saya akan kalah dengan skor mencolok," tambahnya.

Ucapan yang sebenarnya tidak merepresentasikan apa yang terjadi di lapangan sesungguhnya.

Pola Penyerangan yang Itu-Itu Saja

Dalam laga melawan Myanmar di Stadion Pakansari beberapa waktu silam, timnas begitu sering mengandalkan penyerangan lewat kedua sisi sayap mereka. Febri Haryadi dan Saddil Ramdani yang diplot sebagai wing kanan dan wing kiri begitu dominan memegang bola, dan banyak melakukan dribel di sisi lapangan.

Hal tersebut ternyata malah menjadi kelemahan tersendiri dari timnas. Serangan-serangan mereka mudah dipatahkan dan dihentikan oleh para pemain Myanmar. Satu gol yang tercipta pun bukan karena organisasi penyerangan yang rapi, melainkan karena adanya chemistry tersendiri antara Saddil dan Ahmad Nur Hardianto yang satu tim di Persela sehingga bola bisa masuk ke gawang Myanmar. Hal yang sama terjadi kembali dalam pertandingan kali ini.

Febri dan Saddil begitu dominan dalam menyerang. Bola-bola dari area sepertiga akhir banyak dialirkan kepada mereka berdua, terutama kepada Febri di sisi kanan. Hal ini menjadikan serangan timnas lebih mudah dipatahkan oleh barisan pertahanan Persija, yang memilih untuk menumpuk pemain di kotak penalti sehingga umpan silang yang kerap dilepaskan Febri maupun Saddil bisa dihalau oleh para pemain Persija.

Pola penyerangan ini terus berlanjut dan terjadi sejak babak pertama hingga babak kedua. Alhasil tim nasional Indonesia pun begitu kesulitan dalam mencetak gol, bahkan menciptakan peluang dalam pertandingan ini.

Lemah Dalam Antisipasi Umpan Silang, Set Piece, dan Umpan Terobosan

Dari sisi pertahanan, lini pertahanan timnas cukup diuji dalam pertandingan kali ini. Kemampuan Rohit Chand dalam mengalirkan bola ke depan dari lini tengah menjadi ujian bagi Hansamu dan Bagas Adi. Terkhusus untuk Bagas, bahkan beberapa kali ia kalah adu lari dengan Luis Junior dan Mbai ketika menghalau serangan Persija lewat umpan terobosan Rohit Chand.

Selain lemah dalam antisipasi umpan terobosan, lini pertahanan timnas pun lemah dalam antisipasi umpan silang dan set piece. Beberapa kali Hansamu (yang digantikan oleh Andi Setyo Nugroho) dan Bagas gagal memenangi duel udara dengan para penyerang Persija serta dengan Maman Abdurahman ataupun William Pacheco yang kerap maju ke depan dalam situasi set piece.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Milla. Apalagi jika timnas Indonesia kelak berhadapan dengan tim yang memiliki penyerang jangkung yang dapat mengalirkan bola ataupun menciptakan peluang lewat sundulan kepalanya.

Persija yang Sudah Berubah

Jika timnas tidak menunjukkan perubahan, lain hal dengan Persija. Sejak gagal dalam ajang Piala Presiden 2017 lalu, Stefano Cugurra Teco selaku pelatih Persija pun melakukan beberapa perubahan. Pemain-pemain asing yang ada di dalam skuat, plus pemain U23 yang dimasukkan ke dalam tim, memberikan pengaruh tersendiri.

Rezaldi Hehanusa yang berposisi sebagai fullback kiri kerap bisa menghentikan gerak dari Febri, pun dengan Ismed Sofyan di sisi kanan yang kerap bisa menghalau laju dari Saddil. Rohit Chand menjadi pengalir bola, ditambah dengan Mbai dan Luis Junior yang pandai mencari ruang serta mengeksekusi peluang di kotak penalti, walau semua peluang yang diciptakan oleh Persija dalam pertandingan tersebut tak ada yang berbuah menjadi gol.

Selain dari segi pemain yang memberikan pengaruh, pemahaman taktik para pemain Persija pun lumayan meningkat. Ini terlihat dari kepandaian mereka dalam menghalau serangan timnas yang berpusat pada poros Febri-Saddil, dan transisi mereka yang cukup baik dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya.

Pembenahan yang dilakukan oleh skuat Persija ini membuat mereka menjadi lebih siap dalam mengarungi Liga 1. Perubahan yang dilakukan Persija pun, di sisi lain, menunjukkan bahwa Tim Nasional Indonesia masih belum baik-baik saja dan menyisakan banyak masalah yang harus segera dibenahi Luis Milla.

Komentar