Kekecewaaan dalam Hidup Daniel Alves

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 141001

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kekecewaaan dalam Hidup Daniel Alves

Tak banyak pemain belakang yang bisa menorehkan banyak trofi, khususnya di Liga Champions UEFA. Namun, Daniel Alves adalah pengecualian. Bek kanan asal Brasil ini sudah mengoleksi tiga trofi Liga Champions. Alves sendiri total sudah meraih 36 trofi sepanjang membela Bahia, Sevilla, dan Barcelona.

Kini Alves membela raksasa Italia, Juventus. Upayanya untuk menambah medali juara Liga Champions akan mendapatkan hambatan dari mantan timnya, Barcelona. Lebih dari sekadar mantan tim, Barcelona adalah kesebelasan yang membuat Alves merasakan tiga gelar juara Liga Champions, ditambah gelar bergengsi lain seperti enam trofi La Liga, empat Copa del Rey, empat Piala Super Spanyol, tiga Piala Super Eropa, dan tiga gelar Piala Dunia Antarklub. Trofi-trofi tersebut didapatnya dalam tempo delapan tahun berseragam Barcelona.

Delapan tahun kebersamaan bukan waktu yang sebentar. Loyalitas Alves pada Barcelona tak perlu diragukan lagi. Hanya saja, cerita pemain kelahiran 6 Mei 1983 ini bersama Barcelona tak diakhiri dengan begitu manis. Sebelum hengkang dan bergabung Juventus, Alves dikait-kaitkan dengan isu tak sedap.

Pada 2016, Alves mengunggah sebuah video pada Instagram miliknya untuk merespon kekalahan Barcelona dari Atletico Madrid di babak perempat-final. Bersama sang istri, Alves seolah mengolok-olok hasil yang diderita timnya dengan menggunakan wig dan impresi-impresi negatif lainnya. Atas hal ini, pelatih Barcelona, Luis Enrique, langsung menghukum Alves dengan tidak memainkannya pada laga melawan Valencia, beberapa hari setelah dikalahkan Madrid.

Entah ada pengaruhnya atau tidak, di akhir musim tersebut Alves diumumkan akan segera hengkang meski kontraknya masih tersisa satu tahun lagi bersama Barcelona. Bahkan Barcelona seolah memang ingin segera Alves hengkang karena Juventus berhasil mendapatkannya dengan gratis alias tanpa biaya transfer.

Baru-baru ini ia buka suara mengenai keputusan hengkangnya dari Barca yang sudah ia bela selama delapan musim. Menurutnya, ia kecewa dengan sikap manajemen Barcelona padanya. Lebih jauh, Alves menyebut manajemen Barca tidak menghormati dirinya.

"Meninggalkan Barcelona secara gratis adalah langkah cerdas. Di tiga musim terakhir saya, saya selalu mendengar `Dani Alves akan pergi`, tapi jajaran direktur tak mengatakan apa-apa," kata Alves pada Februari lalu seperti yang dikutip ABC. "Mereka sangat [memberikan harapan] palsu dan tidak bersyukur, mereka tidak menghormati saya. Mereka hanya memberi saya kontrak baru ketika mendapatkan sanksi FIFA."

"Karena itulah saya menerapkan permainan mereka dan menandatangani kontrak baru dengan klausul penjualan. Mereka yang memimpin Barcelona sekarang tidak tahu bagaimana memperlakukan pemainnya," sambung Alves.

Secara permainan, meski saat itu Alves sudah berusia 33 tahun, Alves belum terlihat menurun kemampuannya. Pada musim terakhirnya di Barcelona, ia pun mencatatkan 48 penampilan di segala ajang, terbanyak dalam empat musim terakhirnya bersama Barcelona. Saat hijrah ke Juventus pun Alves membuktikan kemampuannya walau harus berbagi tempat dengan Stephan Lichtsteiner.

Menyejahterakan Keluarga Lewat Sepakbola

Sebagai bek kanan, Alves memiliki kemampuan menyerang yang cukup mumpuni. Transfermarkt mencatatkan Alves sudah mengoleksi 136 asis dari 645 penampilan. Permainannya memang mengingatkan banyak orang pada sosok legenda Brasil yang juga aktif menyerang meski berposisi bek kanan, yaitu Cafu.

Kemampuan menyerang Alves sejatinya sudah ada sejak ia masih berkarier di Brasil. Saat bermain untuk kesebelasan pertamanya di usia 10 tahun, Juazeiro, Alves bermain sebagai penyerang sayap kanan. Namun karena kemampuan mencetak golnya tak terlalu bagus, ayahnya menyarankan agar Alves bermain sebagai bek kanan saja. Saran tersebut diberikan agar Alves bisa mewujudkan impiannya, yakni mengubah nasib dirinya beserta keluarganya.

"Dia (Alves) tidak pernah berpikir untuk tinggal di sini (Juazeiro), tempat di mana ia lahir dan tumbuh," kata sang ibu, Dona Lucia, seperti yang dikutip BBC. "Tuhan punya rencana yang lebih baik untuknya. Ia sendiri tidak pernah melihat ke belakang (kehidupannya yang serba susah). Ia justru berkata, `Saya ingin mengubah hidup saya, saya ingin mengubah nasib orang tua saya`."

Alves memang menjalani kehidupan kanak-kanak dengan cukup berat. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu sang ayah yang merupakan seorang petani. Di Juazeiro, sebuah kota kecil di Bahia, bertani adalah kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Juazeiro sendiri termasuk wilayah miskin.

"Daniel [Alves] selalu bekerja di ladang. Ia terbiasa membawa machete (seperti parang) di pundaknya," ujar Antonio Damiao Oliveira da Silva, tetangga Alves, dalam liputan langsung BBC. "Banyak orang di sini yang bekerja di ladang. Ketika orang-orang berpikir tentang Timur Laut Brasil, yang terbayang oleh mereka adalah kekeringan dan kemiskinan."

Saat kemampuan sepakbola Alves membawanya ke Sevilla, kehidupan Alves dan keluarga pun mulai berubah, sebagaimana keinginan Alves kecil. Bahkan meski ia sudah menjadi pemain besar di Sevilla maupun Barcelona, ia selalu mengunjungi kampung halamannya. Alves juga membantu hobi sang ayah dalam bertani dan bercocok tanam.

"Empat bulan setelah pindah ke Sevilla, ia memberi saya sebuah rumah," kata ibunya. "Sebelumnya, kami membangun rumah kami sendiri. Dan rumah tersebut sangat kecil. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa perjuangan kami semua membuahkan hasil yang lebih besar."

"Di samping kesuksesan Alves dan kesukaannya jalan-jalan, ia masih sering mengunjungi ladang ayahnya kapanpun ia pulang ke rumahnya," tulis Olivieira Gomes dari BBC yang meliput langsung kehidupan keluarga Alves di Juazeiro. "Seu Domingos, ayah Alves, bekerja di bidang agrikultura sejak kanak-kanak. Sekarang ia menanam kelapa, mangga, dan buah-buahan lain di ladangnya."

Tempat tidur Daniel Alves di rumahnya terdahulu di Juazeiro (via: bbc.co.uk)

Bersambung ke halaman selanjutnya, tentang kegagalannya membela Liverpool dan Chelsea

Komentar