859 Operan yang Menghancurkan Catenaccio Trapattoni

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi 47719

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

859 Operan yang Menghancurkan Catenaccio Trapattoni

Republik Irlandia berlaga di Piala Eropa 2012 dengan penuh percaya diri. Kala itu, lewat kemampuan taktikal pelatih asal Italia, Giovanni Trapattoni, Irlandia berhasil kembali ke Piala Eropa setelah terakhir kali mereka mengikuti ajang empat tahunan tersebut pada 1988. Hasil tersebut merupakan jerih payah Trapattoni yang sudah melatih Irlandia sejak 2008.

Namun sial bagi Trapattoni, di fase grup, Irlandia tergabung ke dalam grup C. Lawan yang harus mereka hadapi terbilang berat; Kroasia, Spanyol yang berstatus juara Piala Dunia 2010, serta negara asal Trapattoni yaitu Italia. Tak heran skuat asuhan pelatih yang akrab disapa Mr. Trap tersebut diprediksi akan tersingkir lebih dini.

Benar saja, pada laga pertama Irlandia langsung ditumbangkan Kroasia dengan skor 3-1. Pada laga kedua, yang digelar 14 Juni 2012, giliran Spanyol yang mencukur habis Shay Given cs. dengan skor telak 4-0, yang langsung menjadikan Irlandia kesebelasan pertama yang tersingkir. Terakhir, Irlandia kalah 2-0 dari Italia yang membuat mereka menempati posisi juru kunci tanpa satu pun poin serta hanya mampu mencetak satu gol.

Namun dari ketiga laga tersebut, Irlandia menjadi bagian dari sejarah saat menghadapi Spanyol. Hanya saja sejarah tersebut bukanlah cerita yang membanggakan yang bisa diceritakan para pemainnya. Karena pada laga tersebut, Irlandia benar-benar menjadi bulan-bulanan Spanyol. Selain kalah telak empat gol tanpa balas, Spanyol begitu mendominasi permainan dan berhasil mencetak operan terbanyak dalam sejarah Piala Eropa yaitu 859 operan dalam satu laga.

Trapattoni yang menerapkan catenaccio-nya pada Irlandia tak berkutik menghadapi gempuran skuat Spanyol yang kala itu diasuh oleh Vicente Del Bosque. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa penyebab Spanyol bisa leluasa memamerkan "tiki-taka" saat itu karena pendekatan strategi Trapattoni yang bermain direct menggunakan pola 4-5-1. Pola ini dianggap mengisolasi Robbie Keane yang menjadi lone striker. Umpan-umpan panjang dari lini pertahanan atau lini tengah tak bisa membongkar pertahanan Spanyol.


Baca juga: Tiki-Taka Gunung Jiwa


Ketika itu, Spanyol sebenarnya bermain dengan formasi coba-coba. Pada laga pertama, mereka hanya bermain imbang 1-1 menghadapi Italia. Lini depan Spanyol tumpul, apalagi ketika itu Del Bosque mencoba formasi 4-6-0 dengan memainkan Cesc Fabregas sebagai false nine. Melawan Irlandia, formasi 4-3-3 dimainkan dengan Fernando Torres sebagai penyerang tengah. Fabregas sendiri baru bermain pada babak kedua.

Tapi Torres langsung membuktikan diri dengan mencetak gol pada menit ke-4, setelah ia mencuri bola dari Richard Dunne yang hendak membuang bola. Setelah itu, pertahanan grendel Trapattoni sempat membuat Spanyol tak berkutik. Skor 1-0 pun bertahan hingga turun minum.

Namun babak kedua, umpan-umpan pendek khas Spanyol mulai menemukan alur untuk memorak-porandakan pertahanan rapat Irlandia. Trio gelandang yang diisi Sergio Busquets, Xavi Hernandez dan Xabi Alonso/Javi Martinez mampu menciptakan banyak peluang untuk lini depan Spanyol.

Empat menit usai turun minum, lini belakang Irlandia tak berdaya menghadapi sihir David Silva. Memanfaatkan bola muntah sepakan keras Andres Iniesta, gelandang Manchester City tersebut sempat menahan bola untuk mengelabui tiga pemain Irlandia. Kemudian dengan tenang, Silva melepaskan tembakan menyusur tanah yang tak mampu digapai Given. Meski tendangannya pelan, namun tendangan tersebut mampu mengelabui para pemain Irlandia.

Kebobolan dua gol, Trapattoni menginstruksikan anak asuhnya untuk menaikkan garis pertahanan mereka, berusaha meningkatkan pressing agar Spanyol tak leluasa memainkan bola. Namun ternyata hal tersebut malah menjadi petaka. Pada menit ke-70, Torres mendapatkan umpan daerah yang membuatnya mempunyai situasi satu lawan satu menghadapi Given. Tanpa kesulitan, mantan penyerang Liverpool dan Chelsea tersebut mencetak gol keduanya.

Tiga menit setelah mencetak gol kedua, Torres ditarik keluar, Spanyol pun kembali bermain dengan skema 4-6-0 dengan memasukkan Fabregas. Perubahan ini ternyata menambah keunggulan Spanyol setelah mantan pemain Arsenal ini mengonversi peluang lewat tendangan jarak dekat yang tak mampu dibendung Given.

Spanyol memang benar-benar mendominasi sekaligus menguasai jalannya pertandingan ini. Dengan mencatatkan 859 operan, La Furia Roja menorehkan 66% penguasaan bola. Total 26 tembakan dengan 20 di antaranya mengarah ke gawang, sementara Irlandia hanya melepaskan empat tembakan saja.




Ä°spanya 4 - 0 Ä°rlanda (Maç Özeti) oleh takvimhaber

Selain rekor sebagai kesebelasan dengan operan terbanyak dalam satu laga di Piala Eropa, rekor lain pun tercipta. Xavi Hernandez yang bermain 90 menit pada laga ini mencatatkan 136 operan dengan akurasi operan mencapai 93%. Jumlah tersebut mengalahkan rekor operan terbanyak per laga Piala Eropa yang sebelumnya dicatatkan Ronald Koeman (Belanda) pada 1992.

Spanyol sendiri kemudian berhasil menjadi juara pada Piala Eropa 2012 ini. Di partai puncak, catenaccio timnas Italia pun tak berdaya di tangan Spanyol. Pada laga yang digelar di Olympic Stadium, Kiev, tersebut, Spanyol menghantam Italia dengan skor 4-0. Italia sendiri sempat memberikan perlawanan pada Spanyol, sebelum akhirnya gol Jordi Alba (2-0) meruntuhkan mental Italia dan kemudian Torres serta Juan Mata memperbesar keadaan pada menit ke-84 dan 88.

Meskipun begitu, Piala Eropa 2012 ini menjadi penanda akhir dominasi Spanyol baik di Eropa maupun dunia. Pada Piala Dunia 2014, raja sepakbola di ambil alih oleh timnas Jerman. Sementara itu pada Piala Eropa 2016 giliran timnas Portugal yang menahbiskan diri sebagai jawara Eropa baru.

Kini, permainan khas Spanyol dengan umpan-umpan pendeknya tak begitu ditakuti lagi oleh lawan-lawannya. "Tiki-taka" yang sempat diidentikkan dengan Spanyol, juga dengan Barcelona yang menjadi sumber permainan utama Spanyol kala itu, sudah bisa diantisipasi lawan-lawannya.


Baca juga: Mengenal Barcelona Triangles


Catenaccio pun kini kembali menjadi lawan tangguh bagi "tiki-taka". Dimulai dari dikalahkannya Spanyol oleh Italia pada babak 16 besar Piala Eropa 2016, hingga terbaru ketika kesebelasan asal Italia, Juventus, menyingkirkan Barcelona di ajang Liga Champions. Sementara itu, Real Madrid yang menjadi juara Liga Champions, juga Portugal yang menjadi juara Piala Eropa 2016, memainkan sepakbola direct nan cepat; permainan umpan-umpan pendek tak lagi menjadi primadona untuk digunakan oleh kesebelasan juara.


Baca juga: Akhir dari Sebuah LegendaBernamaTiki-Taka


Komentar