Angelo Peruzzi, Si Hebat yang Terlupakan dari Italia

Advetorial

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Angelo Peruzzi, Si Hebat yang Terlupakan dari Italia

Kebanyakan orang pasti berpikir jika seorang kiper harus memiliki perawakan yang tinggi dan proporsional. Jika berpikir soal proporsional, mungkin pikiran itu tertuju pada sosok Kasper Schmeichel, Kevin Trapp, Manuel Neuer, Marc-Andre ter Stegen, Samir Handanovic, dan lainnya. Deretan nama-nama itu adalah para kiper hebat di sepakbola saat ini. Namun jika bicara persepsi, sesungguhnya tidaklah seperti itu. Pada 1990-an, Italia memiliki kiper dengan tubuh yang jauh dari kata proporsional, namun ia bisa menjadi salah satu kiper terbaik di dunia saat itu.

Sebelum generasi Gianluigi Buffon, Morgan De Sanctis, dan lainnya, Italia memiliki kiper hebat bernama Angelo Peruzzi. Dan jika berbicara soal proporsional, tubuhnya jauh dari kriteria yang sempurna itu bagi seorang penjaga gawang. Peruzzi merupakan kiper dengan tubuh gempal. Ia punya tinggi 181 cm, yang tentunya masih kalah dari Neuer yang memiliki tinggi 193 cm.

Kendati demikian, Peruzzi tidak kalah hebatnya dengan Neuer ketika masih aktif bermain. Peruzzi berhasil menutupi pandangan miring tentang proporsi badannya dengan refleks yang baik saat menjaga gawang. Selain itu, tubuh gempalnya membuat ia kuat ketika beradu badan saat mengantisipasi umpan silang. Tubuhnya itu pula yang menyempurnakan Peruzzi ketika menjatuhkan diri ke tanah setelah menjinakkan si kulit bundar.

Membicarakan Peruzzi, tidak bisa lepas dari kesuksesannya bersama Juventus. Tapi sebelum ia sukses bersama klub tersebut, Peruzzi mulai meniti kariernya bersama AS Roma. Tapi, ia jarang mendapatkan kesempatan bermain banyak di sana, mengingat usianya masih sangat muda. Ia baru bisa tampil banyak ketika dipinjamkan ke Hellas Verona pada 1989. Saat itu, Peruzzi tampil sebanyak 29 kali sebelum pulang ke Ibu Kota Italia. Hasil pembelajarannya bersama Verona, tetap belum mendapatkan kepercayaan dari Roma. Ia cuma diberikan kesempatan tiga kali tampil di Serie-A 1990/1991.

Tapi entah apa yang dicium Juventus dari sosok Peruzzi. Mereka merekrutnya pada bursa transfer musim panas 1991. Memang pada musim perdananya, Peruzzi belum menjadi kiper utama Juventus, mengingat kesebelasan berjuluk Si Nyonya Tua itu masih memiliki Stefano Tacconi yang hebat pada waktu itu. Tapi Peruzzi tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk menjadi kiper utama Juventus. Rupanya kesebelasannya itu berani mengambil risiko dengan melepas Tacconi ke Genoa pada musim berikutnya, sehingga mulai Serie-A 1992/1993, Peruzzi sudah menjadi kiper utama Juventus. Bahkan, pada musim itu ia berhasil mengantarkan Juventus meraih gelar Piala UEFA.

Seterusnya, Peruzzi berhasil meraih berbagai gelar dalam kariernya bersama Juventus. Ia berhasil meraih tiga Scudetto, satu Coppa Italia, dua Supercopa Italia, Piala Super UEFA, Piala Intercontinental, dan satu Liga Champions! Maka tidak bisa dipungkiri jika Peruzzi adalah salah satu kiper terbaik di dunia pada era 1990-an.

Tapi lagi-lagi Peruzzi diacuhkan kesebelasannya. Ia mulai tersisih ketika Edwin van der Sar bergabung dengan Juventus pada musim panas 1999. Peruzzi pun lebih memilih hengkang ke Internazionale Milan saat Van der Sar datang. Namun kariernya bersama Inter tidak secemerlang waktu memperkuat Juventus. Ia cuma bertahan satu musim di sana dan tidak mempersembahkan gelar apapun untuk Inter. Ia pun memilih hengkang ke Lazio pada bursa transfer musim panas 2000.

Bersama Lazio, karier Peruzzi lebih baik daripada membela Inter. Di ,usim perdananya, ia berhasil meraih Supercoppa Italiana dan menjuarai Copa Italia 2003/20004. Pada akhirnya ia memilih Lazio sebagai kesebelasan terakhirnya dengan pensiun di sana. Peruzzi memulai dan mengakhiri kariernya di kota yang sama, namun di kesebelasan yang berbeda.

Sementara itu, perjalanannya di Tim Nasional (Timnas) Italia tidak semulus ketika memperkuat sebuah klub. Peruzzi memang selalu mendapat panggilan untuk memperkuat negaranya, namun ia selalu apes. Peruzzi selalu terkendala dengan cedera ketika ada panggilan untuk turnamen besar seperti Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Tapi pada akhirnya, Peruzzi berhasil merasakan kesuksesan bersama negaranya tersebut. Walau bukan sebagai kiper utama, tapi ia terdaftar dalam skuat Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006 di Jerman.

Atas gelar Piala Dunia itu, kriteria Peruzzi sebagai pesepakbola Eropa sudah lengkap. Ia sudah menjuarai berbagai ajang bergengsi bersama klub profesional dan negara kelahirannya. Tapi namanya sudah terlupakan seiring dengan kesuksesan Gianluigi Buffon di Italia dan dunia. Tapi untuk kembali mengingatnya, pada Sabtu (21/5) pekan ini, bisa menjadi ajang untuk melihat aksinya kembali di rumput hijau. Peruzzi bergabung bersama Lippi Best XI yang akan melawan Indonesia eks Primavera Baretti di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Kendati refleksnya tidak secepat dulu, setidaknya penampilan Peruzzi nanti bisa menjadi obat rindu bagi para penggemar yang masih mengingatnya.

ADVERTORIAL

ed: fva

Komentar