Intip Skuat Persegres Gresik TSC 2016: Mengandalkan Pemain Senior dan Pemain Asing

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Intip Skuat Persegres Gresik TSC 2016: Mengandalkan Pemain Senior dan Pemain Asing

Ada sejarah yang sedikit terlupakan di peta kekuatan utama sepakbola Indonesia saat ini. Mereka lupa jika Kabupaten Gresik punya cerita. Ketika Arema Cronus, Persib Bandung, Persipura Jayapura, Sriwijaya FC dan kesebelasan dari kota besar lainnya bergiliran meraih prestasi, masyarakat lupa tentang jejak rekam yang pernah dibuat sepakbola Gresik.

Sekadar mengingatkan waktu Liga Indonesia pertama digelar pada musim 1994/1995. Siapa lawan yang ditemui Persib pada final saat itu? Tentu saja Petrokimia Putra Gresik. Memang saat itu Petrokimia gagal menjadi juara, namun mereka berhasil menebusnya dengan menjuarai Liga Indonesia 2002.

Tapi sayangnya sampai sekarang sepakbola di Gresik belum mampu mengulangi prestasi Petrokimia. Itu berawal dari kesulitan dana. Klasik memang. Maka dari itulah Petrokimia berubah menjadi Gresik United, kemudian bersatu dengan Peregres, sehingga lahirlah Persegres Gresik United (PGU).

Merger itu membuat para penikmat sepakbola di Gresik berharap menikmati kejayaanya. Setidaknya mereka merindukan sepakbola Gresik yang bertabur pemain bintang, baik hasil perekrutan atau produksi akademi sendiri. Mengingat dulu bintang asing berada di Kota Gresik, seperti seperti Jacksen F Tiago, Carlos de Mello, hingga era Danilo Fernando dan kolega yang membuat sepakbola Gresik lebih bertaring. Nama-nama pemain asing itu juga dilengkapi dengan pemain lokal semacam Suwandi H.S, Sasi Kirono, Widodo C Putro, Agus Indra Kurniawan, Jaenal Ichwan dan lainnya.

Saat ini memang PGU agak sulit kembali ke masa itu. Soal fase, Agus Indra bisa dibilang paling mengerti. Mengingat ialah gelandang yang merasakan kejayaan sepakbola di Gresik pada awal 2000-an. Situasi Agus Indra dulu dan sekarang jelas berbeda. Saat ini ia harus lebih eksra lagi membimbing para pemainya di PGU. Mengingat materi untuk TSC 2016 pun bisa dibilang pas-pasan.

Ya, di TSC 2016 ini PGU lebih mengandalkan bintang-bintang lama, seperti Ambrizal, Supriyono, M Kamri, Agus Indra itu sendiri dan lainnya. Untuk nama lokal lain, mungkin hanya David Faristian yang paling diandalkan PGU saat ini. Ia adalah salah satu pemain yang diharapkan bisa memperkokoh lini belakang PGU. Faristian diharapkan membuat Sandy Firmansyah merasa lebih aman menjaga gawangnya. Apalagi penampilan kiper 32 tahun itu bisa dibilang biasa saja.

Sementara soal transfer TSC 2016, untuk nama lokal hanya menambah Stevanus Bungaran yang direkrut dari Pusamania Borneo FC. Hanya saja Stevanus bukanlah pemain inti PBFC dalam beberapa kompetisi ke belakang.

Kendati demikian, PGU bisa mengandalkan empat pemain asingnya. Setelah memastikan kesetian Sasa Zesevic, PGU menambah tiga pemain asing baru yakni Oh Inkyun, Emile Mbamba dan Eduardo da Conceicao. Tiga nama pertama sudah merasakan pengalaman di sepakbola Indonesia, terutama Sasa yang sudah memperkuat PGU sejak 2012 sampai sekarang (musim 2013/2014 sempat ke Southern Myanmar United FC). Tapi Eduardo da Conceicao adalah pemain asing baru di sepakbola Indonesia ini.

Bahkan Eduardo sempat terancam bakal dicoret dari skuat besutan Liestiadi ini. Eduardo tidak bisa menunjukan kemampuan dan beradaptasi dengan signifikan sebagai penyerang PGU. Tapi Liestiadi selaku Pelatih PGU, berhasil memutar otaknya. Ia menjadikan Eduardo sebagai sayap kiri atau kanan, hingga akhirnya bisa sesuai dengan skema permainannya.

Tapi Liestiadi harus memberi perhatian lebih kepada para pemain asingnya itu. Terutama Inkyun dan Mbamba dikenal sebagai pemain yang tempramental. Inkyun pernah mendapatkan sanksi dilarang bermain selama satu tahun, akibat melakukan penyerangnya kepada wasit Suharto pada 23 Mei 2012 silam. Lalu bagaimana dengan Mbamba? hubungannya dengan wasit tidak pernah harmonis. Emosinya kepada wasit selalu meledak-ledak, terutama selama Liga Indonesia 2007/2008.

Kendati demikian, Mbamba adalah penyerang asing yang berkualitas. Pengalamannya merumput di Eropa adalah modal utamanya. Kendati seiring usia kemampuannya sudah menurun, namun Mbamba masih bisa diandalkan sebagai penyerang utama PGU di TSC 2016 ini. Setidaknya, para pemain asing PGU saat ini bisa mengobati kepergian Matsunaga Shohei ke Persiba Balikpapan.

Komentar