Keruwetan Segitiga Madrid, London, dan Southampton

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Keruwetan Segitiga Madrid, London, dan Southampton

Masukkan kata kunci “Alderweireld” di kotak pencarian Guardian dan Anda akan menemukan bahwa lima hari lalu Southampton, tempat Toby Alderweireld menghabiskan musim 2014/15 sebagai pemain pinjaman, sedang menjalin pembicaraan dengan kesebelasan pemilik Alderweireld, Atlético Madrid. Dua hari lalu muncul pemberitaan Southampton akan menempuh jalur hukum jika Alderweireld tidak menjadi milik mereka. Kemarin, sumber yang sama mewartakan Alderweireld telah menyepakati tawaran Tottenham Hotspur. Kusut. Tapi memang seperti itulah suasana pasar pemain.

Pada 2013, kepala pemandu bakat Everton Kevin Reeves terbang ke Belanda untuk menyaksikan pertandingan Johan Cruijff Schaal (setara dengan Community Shield-nya Inggris) di Amsteram. Satu pemain yang hendak ia amati dari dekat saat itu adalah pemain belakang Ajax, Toby Alderweireld, yang baru saja menolak tawaran Norwich City.

“Benar bahwa Everton datang untuk Alderweireld,” ujar agen sang pemain, Soren Lerby. “Walau ada arah yang lebih konkret, Toby kini harus memilih kesebelasan mana yang paling menantang.” Diyakini saat itu Liverpool juga sedang melakukan pendekatan. Pada akhirnya, Alderweireld tidak memilih kesebelasan Merseyside manapun: ia menerima tawaran Atlético Madrid di bulan September pada tahun yang sama.

Di Spanyol Alderweireld kesulitan bersaing. Ia hanya bermain sebanyak 12 kali di La Liga hingga akhirnya tawaran datang dari Southampton. Bergabunglah Alderweireld dengan The Saints pada 1 September 2014. Menghabiskan satu musim penuh Hampshire membuat Alderweireld menjalani jam terbang yang lebih banyak. Sementara bersama Atlético Alderweireld hanya bermain sebanyak 1.669 menit, di Southampton ia bermain selama 2.279 menit.

Alderweireld senang. Southampton pun sama. Pihak kesebelasan akhirnya mengambil keputusan untuk menjadikan Alderweireld sebagai pemain mereka. Dalam kesepakatan peminjaman memang disebutkan bahwa setelah masa pinjaman berakhir, Southampton dapat membawa Alderweireld keluar dari Vicente Calderón dengan mahar sebesar 6,8 juta pound sterling saja.

Jika dibandingkan dengan para pemain Inggris yang harganya sangat mahal, Alderweireld jelas murah. Dan ia sudah terbukti dapat diandalkan selama satu musim masa pinjaman. Masuk akal jika kemudian Southampton sangat menginginkan jasa Alderweireld, terlebih lagi karena mereka baru saja melepas Nathaniel Clyne ke Liverpool.

Namun hubungan antara Southampton dan Atlético memanas ketika muncul klaim (per Jeremy Wilson dari Telegraph dan David Hytner dari Guardian) Totteham Hotspur sudah mencapai kesepakatan transfer Alderweireld dengan Atlético. Tawaran yang diajukan Tottenham, 11,4 juta pound sterling, memang lebih besar dari keuntungan yang dapat Atlético raih jika melepas Alderweireld ke Southampton.

The Saints menolak tinggal diam. Menurut Darren Lewis dari Mirror, Southampton berencana membawa kasus ini ke pengadilan. Bagaimanapun mereka memiliki hak untuk menjadi pihak pertama yang mengajukan tawaran transfer Alderweireld dan tawaran tersebut tidak boleh ditolak kecuali Atlético membatalkan perjanjian dan membayar kompensasi sebesar 1,5 juta pound sterling.

Persoalannya, Atlético tidak membayar kompensasi tersebut dan dengan kondisi kesebelasan saat ini, Southampton pasti lebih rela mengeluarkan biaya transfer sebesar 6,8 juta pound sterling ketimbang menerima kompensasi sebesar 1,5 juta pound sterling. Mereka memiliki tiga bek kiri (Bertrand, Matt Targett, dan Cuco Martina) sementara posisi bek kanan hanya ditempati seorang pemain baru, Cédric Soares. Kehadiran Alderweireld sangat berarti.

“Sang pemain (Alderweireld) ingin bertahan,” ujar Ronald Koeman, manajer Southampton. “Kami ingin mempertahankan sang pemain namun situasi dengan Atlético Madrid saat ini agak rumit. Saya harap ia bertahan di Southampton.”

Namun harapan tinggal harapan karena Alderweireld tampaknya lebih memilih London ketimbang Southampton. Selain karena di dapat bermain bersama Jan Vertonghen dan keduanya dapat membuktikan diri mampu tampil cukup baik di posisi bek tengah (sepanjang gelaran Piala Dunia keduanya dimainkan sebagai bek sayap oleh Marc Wilmots, pelatih kepala Tim Nasional Belgia, untuk memberi tempat kepada Vincent Kompany dan Daniel van Buyten), Alderweireld merasa bahwa musim 2015/16 Tottenham mampu mengakhiri musim di tempat yang lebih tinggi ketimbang Southampton.

Lain hal, tinggal di London juga akan mempermudah Alderweireld mencapai rumah. Dari London ia dapat terbang langsung ke Bandara Deurne di kampung halamannya, Antwerp, sementara di Southampton ia tidak mendapatkan jasa serupa.

Jika benar Alderweireld pada akhirnya memilih Tottenham ketimbang Southampton, ini menjadi bukti bahwa kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Pada 2012, Tottenham dikabarkan pernah mendekati Alderweireld, yang saat itu bermain untuk Ajax, dengan menjadikan keberadaan Verrtonghen dan Moussa Dembélé, dua kompatriotnya.

Komentar