Eksploitasi Timnas Inggris Pada Ross Barkley

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Eksploitasi Timnas Inggris Pada Ross Barkley

Saat jeda internasional, nama Harry Kane begitu ramai diperbincangkan di Inggris. Penampilan gemilangnya bersama Tottenham Hotspur membuatnya mendapat kesempatan untuk menjalani debutnya bersama timnas Inggis.

Roy Hodgson sepertinya akan mewujudkan hal tersebut lewat secarik kertas yang ia pegang saat timnas Inggris menjalani sesi latihan. Dalam kertas tersebut, ia menuliskan nama Kane dan kapten Inggris, Wayne Rooney, untuk menjadi tandem di lini depan saat menghadapi babak kualifikasi Piala Eropa 2016 melawan Lithuania.

Namun di samping ramainya pemberitaan mengenai debutnya Kane bersama timnas, terdapat sosok lain yang cukup menjadi perbincangan. Ia adalah gelandang asal Everton, Ross Barkley. Barkley dianggap tak layak mendapat panggilan timnas karena penampilannya musim ini yang cenderung mengalami penurunan.

Everton, kesebelasan yang dibela Barkley, menjalani musim yang kurang baik. Barkley dkk saat ini hanya menempati posisi 14 klasemen Liga Primer. Dari 30 pertandingan, Everton hanya meraih delapan kemenangan dan 10 hasil imbang. Tak mengherankan jika gelandang berusia 21 tahun yang menjadi tulang punggung permainan Everton tersebut mendapatkan sorotan.

“Musim ini sangat sulit,” ujar Phil Jagielka, rekan setim Barkley di Everton dan timnas Inggris. “Ia [Barkley] bermain untuk kesebelasan yang sangat mengharapkan golnya lebih banyak dari musim lalu. Apakah ia terpojokkan? Saya rasa ia tak seburuk itu sehingga berpenampilan jelek. Ini hanya perihal ekspektasi besar orang-orang padanya.”

Ya, Barkley memang memiliki talenta menjanjikan untuk ukuran pemain berusia 21 tahun sehingga banyak orang menaruh harapan besar padanya. Martinez pernah berpendapat bahwa Barkley adalah pemain terbaik yang pernah dimiliki Inggris. Bosnya di Everton tersebut mengatakan bahwa Barkley memang terlahir untuk bermain sepakbola.

Tak berlebihan memang, apalagi jika melihat perjuangannya terus berkarir di sepakbola meski pernah divonis tak bisa lagi bermain sepakbola saat mengalami cedera ketika remaja.

Rekan setimnya di timnas pun berpendapat bahwa kemampuan Barkley setara dengan legenda Inggris, Paul Gascoigne. Manchester City, Chelsea, Manchester United pun tertarik untuk mendatangkannya. Tapi Everton dikabarkan hanya mau melepasnya jika ada tawaran sebesar 50 juta poundsterling. Harga semahal ini tentu saja membuat para peminat Barkley mundur perlahan.

Baca juga:

Selalu Meraup Untung, Everton Tak Akan Pernah Juara?


Tak heran memang bakat Barkley diakui oleh publik Inggris. Potensi yang dimilikinya sudah terlihat sejak ia berusia 14 tahun dan membela timnas U-16. Dengan kemampuan yang dimilikinya, publik Inggris berharap lebih pada pemuda yang memiliki darah Nigeria ini.

Dengan kehebatan yang ia miliki, timnas U-16, U-17, U-19, U-20, U-21, hingga timnas senior secara bergantian menggunakan jasanya. Dan karena ini, dalam lima musim terakhir Barkley tak pernah menjalani masa libur karena selalu mendapatkan panggilan untuk bela negara.

Piala Eropa U-17 (2010), Piala Eropa U-19 (2012), Piala Dunia U-20 (2013), hingga Piala Dunia 2014, membuat kaki-kaki Barkley terus berlari sepanjang musim panas, ketika banyak pemain lain libur. Inilah yang membuat manajer Everton, Roberto Martinez, mengatakan bahwa Barkley membutuhkan waktu istirahat.

“Sulit memang menjadi Barkley,” ujar Jagielka mengutip dari The Times. “Anda akan menghadapi dilemma ketika mendapat panggilan untuk turnamen besar kategori U-21. Lalu ketika ia belum cukup beristirahat, ia harus ke (Piala Dunia) Brasil bersama kami [timnas Inggris].”

Barkley saat masuk menggantikan Raheem Sterling di Piala Dunia 2014 melawan Uruguay. (via: zimbio.com)
Barkley saat masuk menggantikan Raheem Sterling di Piala Dunia 2014 melawan Uruguay. (via: zimbio.com)

Meski di Brasil Barkley tak mendapatkan tempat inti, Jagielka berpendapat bahwa panggilannya ke Brasil tetap berdampak pada performanya, khususnya dari segi mental karena ia kerap duduk di bangku cadangan. Hal ini pula yang membuat muncul anggapan bahwa Barkley belum waktunya membela timnas senior. Tenaganya akan lebih berguna untuk timnas U-21.

“Hal tersebut dikatakan manajer kami [Martinez],” masih kata Jagilka. “Percakapan seperti ini memang banyak diperbincangkan agar timnas U-21 dan karir Barkley mendapatkan yang terbaik.”

Barkley (16) saat menjuarai Piala Eropa U-17 pada 2010. (via: mirror.co.uk)
Barkley (16) saat menjuarai Piala Eropa U-17 pada 2010. (via: mirror.co.uk)

Tak sedikit memang pemain muda potensial Inggris yang harus melewatkan kesempatan bermain bersama timnas U-21, di mana ini bisa menambah pengalamannya bermain untuk timnas, hanya untuk duduk di bangku cadangan bersama timnas senior. Selain Barkley, nama lain yang juga mendapatkan perlakuan serupa adalah John Stones, Luke Shaw dan Calum Chambers. Pada akhirnya, ketiga pemain ini tak lagi mendapat panggilan dari Hodgson untuk menghadapi Lithuania dan Italia kali ini.

“Sulit memang bagi Barkley untuk menembus tempat utama di timnas [senior]. Kami memiliki banyak gelandang hebat berposisi sama dengan Barkley yang keluar-masuk timnas. Barkley harus bersabar menunggu kesempatannya datang,” lagi Jagielka berpendapat.

Yang dikatakan Jagielka memang benar adanya. Di masa lalu, ada nama legenda Chelsea yang kini bermain untuk Manchester City, Frank Lampard, dan legenda Liverpool yang baru-baru ini menjadi perbincangan, Steven Gerrard.

Saat ini, ia harus berebut tempat inti dengan James Milner, Michael Carrick, Jordan Henderson, Fabian Delph, dan pemain debutan Ryan Mason. Tak mengherankan jika Barkley dituntut selalu bermain cemerlang ketika kesempatan bermainnya datang.

Statistik sendiri menunjukkan bahwa Barkley bisa menjadi pembeda di lini tengah timnas Inggris. Musim ini, akurasi operannya mencapai 89%, musim lalu hanya 85%. Namun dengan memainkannya, lini tengah tak bisa menjadi solusi karena Barkley bukan gelandang yang produktif untuk urusan mencetak gol pada musim ini.

Dalam 21 pertandingan yang dijalaninya, Barkley hanya mampu mencetak gol. Upaya tembakannya pada musim ini menurun dari tiga tembakan per pertandingan menjadi dua tembakan pertandingan.

Catatan tersebut tak lebih baik dari Carrick bersama United. Unggul dari segi pengalaman, telah memiliki 31 caps bersama timnas. Akurasi umpannya pun menyamai Barkley dengan 89%. Belum lagi performa Carrick belakangan disebut-sebut sebagai salah satu faktor di balik membaiknya performa United, di mana kemudian ia diganjar kontrak baru.

Baca juga:

Ketika Carrick Bertabrakan dengan Vokalis Band Legendaris


Bagimana dengan Henderson? Soal akurasi operan, Henderson kalah dari Barkley, hanya 81,7%. Meskipun begitu, selain unggul soal pengalaman, kapten Liverpool pengganti Gerrard ini sangat handal memberikan operan kunci di sepertiga akhir lini serang lawan. Asistnya yang mencapai tujuh melengkapi torehan lima golnya di Liga Primer musim ini.

Karenanya, Henderson dan Carrick sepertinya masih akan menghuni susunan pemain timnas Inggris yang bermain sejak menit pertama saat melawan Lithuania pada babak kualifikasi Piala Eropa 2016 ataupun menghadapi Italia yang akan mencoba sejumlah pemain imigran pada laga uji tanding.

Meskipun begitu, baik dimainkan sebagai pemain pengganti maupun sebagai penghuni susunan pemain, Barkley tetap dituntut menunjukkan performa cemerlang agar tetap bisa memikat Hodgson. Tapi entah itu karena kelelahan ataupun ekspektasi yang terlalu tinggi, keduanya menjadi alasan tepat dibalik menurunnya performa Barkley pada musim ini. Beban berat untuk seorang pemain muda yang masih bisa berkembang.

foto: thesecretfootballer.com

Komentar