Leicester dan Kesebelasan-Kesebelasan Perusak Hegemoni

Cerita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Leicester dan Kesebelasan-Kesebelasan Perusak Hegemoni

Keberhasilan Leicester City menjuarai Liga Primer Inggris musim 2015/16 menjadi babak baru dalam persepakbolaan dunia. Bagaimana tidak, keberhasilan tersebut membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola.

Pembuktian untuk ketidakmungkinan ternyata bukan hanya pernah dilakukan oleh Leicester City dalam sepakbola level atas di Eropa. Di Inggris, nama Nottingham Forest yang diasuh oleh Brian Clough akhir 1970-an pernah melakukannya.

Saat itu, tim asuhan Clough berhasil menjuarai European Cup (yang kini disebut Liga Champions), hanya dalam waktu empat tahun setelah ia menangani tim ini dari divisi dua atau yang kini disebut Football League Championship.

Nah, selain Leicester dan Clough, siapa saja tim yang mampu merusak hegemoni pertandingan sepakbola, yang tanpa disadari hanya diperebutkan oleh klub dan negara besar saja? Berikut yang terjadi dalam 15 tahun terakhir.

Yunani Piala Eropa 2004

Yunani bukan negara yang dikenal memiliki sejarah panjang dalam sepakbola. Meski demikian, jangan pernah meremehkan negara yang menghasilkan banyak ilmuwan ini jika bermain dalam kompetisi sepakbola.

Setelah Panathinaikos berhasil menjadi runner-up Liga Champions pada musim 1971, di 2004 giliran Tim Nasional Yunani mengharumkan nama negara usai menjuarai Piala Eropa 2004. Prestasi ini memang begitu luar biasa untuk ukuran negara sekelas Yunani. Pasalnya perjuangan tim ini di atas lapangan begitu istimewa. Otto Rehhagel yang menangani skuat berjuluk Ethniki di turnamen tersebut berhasil membuat tim ini memiliki kemampuan bertahan istimewa dan fisik yang begitu kuat.

Di pertandingan pembukaan, tuan rumah turnamen ini, Portugal, berhasil dikalahkan dengan skor 1-2. Kejutan berlanjut di laga kedua saat melawan Spanyol dengan bermain imbang 1-1. Di pertandingan terakhir melawan Rusia, Yunani tampil antiklimaks.
Hasilnya tim ini tumbang dengan skor 2-1. Pada akhirnya Yunani lolos ke babak knock out dengan predikat runner up grup.

Di babak knock out, Yunani tampil begitu baik. Pertahanan yang digalang oleh Traianos Dellas dan Michalis Kapsis begitu rapat dan membuat tim ini melaju hingga babak final. Pertandingan terakhir turnamen ini pada akhirnya mirip dengan pembukaan, Portugal vs Yunani. Negara Ratu Helena ini akhirnya keluar sebagai juara setelah mengalahkan Portugal 0-1 lewat gol striker Werder Bremen, Angelos Charisteas.

Wolfsburg Juara Bundesliga 2008/09

Di Jerman sebenarnya ada dua tim yang layak disebut sebagai perusak hegemoni. Yang pertama nama Kaiserslautern, sementara nama kedua yang bisa disebut adalah Wolfsburg. Tapi di sini kami lebih menyebut Wolfsburg lantaran klub ini berusia lebih muda dan tidak memiliki sejarah panjang di papan atas Bundesliga.

Prestasi prestisius Wolfsburg terjadi selang lima tahun dari Yunani. Setelah melewati persaingan yang begitu ketat, lantaran peringkat satu hingga lima hanya berjarak delapan poin, tim non unggulan, Wolfsburg, akhirnya berhasil menjadi juara.

Kesuksesan ini sekaligus menjadi penanda era baru bagi Wolfsburg, yang performanya tidak terlalu membanggakan di musim 2007/08. Gelar ini pun menjadi gelar pertama Wolfsburg sejak bermain di semua kompetisi dalam naungan DFB (Federasi Sepakbola Jerman).

Keberhasilan Wolfsburg menjuarai Bundesliga musim 08/09 memang tidak diprediksi banyak pihak. Pasalnya, tidak ada nama-nama tenar di tim ini. Meski demikian, hal tersebut tidak membuat tim ini tidak bisa melakukan apa-apa.

Berbagai kemenangan fenomenal pun mereka buat di musim tersebut. Yakni ketika mengalahkan juara musim 07/08, Bayern Munchen, dan runner up-nya, Werder Bremen, dengan skor 5-1.

Twente Juara Eredivisie 2010/2011

Meski persaingan di Eredivisie tidak seketat kompetisi-kompetisi lain di Eropa, tapi keberhasilan FC Twente menjuarai kompetisi level satu Belanda pada musim 2010/11, tetap menjadi cerita yang menarik.

Setelah sempat memiliki generasi emas pada dekade 70-an, Twente kembali mencoba menata ulang skuatnya. Jalan mereka untuk kembali membuat generasi emas ternyata tidak mudah. Pada tahun 2002, perusahaan yang memiliki klub ini, FC Twente ’65 menyatakan bangkrut, hingga membuat presiden klub, Joop Munsterman, memutar otak untuk mencari sumber dana.

Sinar terang mulai terasa ketika 2008/09 pelatih asal Inggris, Steve McClaren, ditunjuk menjadi pelatih kepala. Kedatangan McClaren membuat tim ini semakin baik. Hasilnya, ia mampu mengantar Twente meraih gelar Eredivisie untuk kali pertama, hanya dalam waktu dua musim, tepatnya pada musim 2009/10.

Beberapa nama pemain pun ikut besar seiring keberhasilan Twente meraih gelar di musim tersebut. Di antaranya adalah, Danny Landzaat, Nacer Chadli, dan Bryan Ruiz.

Montpellier Juara Ligue 1 2011/2012

Selang dua musim dengan keberhasilan FC Twente, giliran Ligue 1 yang mencatatkan juara baru dalam sejarahnya. Tim yang saat itu tercatat sebagai tim peringkat ke-13 dalam urusan mengeluarkan uang untuk membeli pemain, Montpellier, berhasil menjuarai Ligue 1 pertama kali dalam sejarah.

Langkah tim yang identik dengan warna oranye dan biru untuk merebut gelar Ligue 1 ini memang begitu susah. Bagaimana tidak, PSG yang baru saja diakuisisi oleh Qatari Sports Investment di 2011, langsung berambisi untuk menjadi juara.

Perjuangan Montpellier untuk mendapatkan gelar ini memang luar biasa. Di awal musim, tim besutan Rene Girard memecahkan rekor transfer tim dengan mendatangkan Olivier Giroud dengan biaya 2,1 juta Euro.

Kesuksesan Montpellier di musim tersebut diyakini tidak akan bisa terwujud tanpa upaya mereka mengangkat tim dengan pemain-pemain muda. Beberapa pemain muda pun meroket dari tim ini, di antaranya adalah Mapou Yanga-Mbiwa, Younès Belhanda, Benjamin Stambouli, Remy Cabella, dan Olivier Giroud.

Zambia Juara Piala Afrika 2012

Kejayaan di level negara tidak hanya dirasakan oleh Yunani. Di Afrika, Zambia juga membuat catatan pertamanya dengan menjadi jawara Piala Afrika 2012.

Kemenangan Zambia memang begitu mengagetkan. Pasalnya, dari skuat yang mereka tampilkan di kompetisi level teratas bagi negara anggota CAF (Federasi Sepakbola Afrika), tidak ada nama besar yang akrab di telinga. Bayangkan, siapa yang tahu nama-nama seperti Christopher Katongo dan Emmanuel Mayuka.

Kejtutan Zambia mulai terasa ketika mereka memainkan pertandingan perdananya pada turnamen yang digelar di Gabon dan Guinea Equatorial. Di laga tersebut, mereka berhasil mengalahkan tim tangguh, Senegal, dengan skor 1-2. Mereka pun menyapu laga sisa dan menjadi tim yang memetik nilai sempurna di babak grup bersama Pantai Gading dan Gabon.

Di babak perempatfinal, mereka hanya menghadapi Sudan yang juga tidak memiliki nama besar. Laga tersebut berhasil mereka menangkan dengan skor 3-0. Perjuangan Zambia berlanjut di babak semifinal dengan berhasil mengalahkan Ghana 1-0.

Zambia akhirnya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Pantai Gading lewat sebuah pertandingan penuh drama. Kedua tim bahkan harus memainkan laga ketat yang diakhiri oleh drama adu penalti dengan skor akhir 8-7.

Komentar