Hitam dan Putih Timnas Indonesia Bagi Hendro Kartiko

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Hitam dan Putih Timnas Indonesia Bagi Hendro Kartiko

Tidak ada pertemuan yang kebetulan, begitu katanya. Mungkin hal ini terjadi pada Sabtu (21/5) pekan lalu di Kota Jakarta yang sedang diguyur hujan deras waktu itu. Beruntung bagi tim Pandit Football yang tertahan karena hujan di lobi salah satu hotel bintang empat di bilangan Senayan, sebab kami bertemu dengan kiper andalan timnas Indonesia pada era 1990-an sampai awal 2000-an, yaitu Hendro Kartiko.

Kehebatannya menjaga gawang di masa lalu itu ternyata telah dilupakan orang-orang yang berada di lobi hotel saat itu. Ia bisa berjalan dengan santai ke dalam lobi hotel tanpa ada orang-orang yang mengelilinginya untuk meminta foto dan tanda tangan. Hendro bahkan berjalan sendirian dan tampak kebingungan, seperti mencari seseorang. Tapi kami menyadarinya jika orang itu adalah pemain yang hebat dan pernah membantu mengharumkan nama Indonesia di Benua Asia.

Kemudian Hendro duduk di sofa yang tidak jauh dengan tim Pandit Football. Maka tidak ada kesempatan lain untuk berbicara panjang dengannya selain saat itu juga. Ia pun kami sapa dan ditanya tentang kebingungannya. Rupanya Hendro sedang mencari seseorang yang akan menjemput dan mengantarnya ke kamar hotel. Kebetulan waktu itu ia dipanggil karena akan memperkuat Indonesia Primavera Baretti yang akan menghadapi Calcio Legend pada Sabtu (21/5) malam itu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Pembicaraan dengan Hendro pun dimulai. Ia tidak keberatan menceritakan ragam masa jayanya sewaktu masih aktif bermain sepakbola di Indonesia. Kendati ia pernah mengantarkan PSM Makassar dan Persebaya Surabaya juara, serta memperkuat berbagai macam kesebelasan di tanah air, tapi karakternya lebih dikenal sebagai kiper utama Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Lalu pertanyaan pertama apa yang dilontarkan kepadanya? Soal calon-calon kiper timnas di masa depan.

"Setiap individu itu pasti berbeda-beda. Punya style, kelebihan dan kelemahannya sendiri. Jadi kalo aku dibandingin sama kiper-kiper sekarang, zamannya kiper-kiper muda, banyak kiper yang punya kualitas lebih berimbang. Banyak kiper-kiper muda yang muncul di kompetisi kita," ujarnya.

Dari sekian banyak kiper-kiper yang berkualitas saat ini, Hendro menyebutkan kiper seperti Kurnia Meiga, I Made Wirawan, Dian Agus Prasetyo, Jandia Eka Putra, Teguh Amirudin dan masih banyak lagi. Banyak kiper yang ia sebutkan pun karena memang banyak kiper berkualitas bermunculan saat ini.

"Jadi istilahnya kalau memantau kiper-kiper sekarang itu nggak terlalu susah karena banyak. Ya tapi kan semua itu prosesnya disaring lagi di pelatnas," katanya.

Lalu ketika ditanya siapa kiper yang menjadi inspirasi Hendro sebagai penjaga gawang? ia menjawab dengan mantap, "Kalau kiper luar sih aku Peter Schmeichel sama Van der Sar. Kalo lokal, Hermansyah," cetusnya.

Layaknya seorang kiper, Hendro memiliki rasa was-was kepada para penyerang lawan. Sebab penyerang adalah pemain lawan terakhir yang berada di depan gawang seorang kiper. Ketika ditanyai tentang penyerang lokal yang paling diwaspadainya, ia mengaku selalu was-was ketika menghadapi Widodo C. Putro, Rochy Putiray, Pery Sandria, Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas. Sementara untuk penyerang asing, Hendro mewaspadai Vata Matanu, Jacksen Tiago, Cristian Gonzales dan Beto Goncalves.

"Karena cara mereka mendapatkan posisi, terus momennya, bisa langsung berhadapan sama penjaga gawang dan momen-momen itu yang bisa mereka bikin," ujar Hendro.

Kemampuan-kemampuan Penting Seorang Kiper Sekarang

Kendati besar di era 1990-an, namun pola pemikiran Hendro telah berkembang. Ia menyadari bahwa tugas kiper tidak hanya mengandalkan tangan dan kakinya untuk memblokade bola menuju gawangnya saja. Menurutnya, kiper memang harus memiliki tangkapan yang baik, tapi harus bisa menjadi libero kesebelasannya.

"Jadi paling nggak kan skill yang ada itu dia harus punya, kaya passing, keeping, timing kapan waktu keluar atau nggak. Dan itu didapatkan di latihan. Penjaga gawang sebaik apapun tapi kalo organisasinya kurang bagus ya akan susah. Jadi harus terkait antara penjaga gawang dengan pemain," jelas Hendro.

Pria yang lahir di Banyuwangi ini pun merespon tentang peran sweeper keeper yang marak dalam beberapa tahun ke belakang. Peran itu dipopulerkan Manuel Neuer dan Victor Valdes, kemudian diikuti kiper-kiper lainnya seperti Marc-Andre der Stegen, Kevin Trapp dan Hugo Lloris. Ketika ditanya kebutuhan sweeper keeper di Indonesia, Hendro mengatakan jika ingin mengikuti sepakbola modern bisa saja diterapkan.

"Ya kalau mau ikut perkembangan sepakbola sekarang ya memang harus perlu. Sekarang sudah banyak. Tapi dengan banyak yang bermain empat (bek). Paling nggak itulah fungsinya. Kalo dulu pake tiga bek, masih ada sweeper, fungsinya masih kurang. Sekarang empat fungsinya lebih. Makanya kita tidak hanya dituntut hanya lihai untuk menangkap bola, tapi skill kaki juga harus terus dilatih," Jelasnya panjang lebar.

Tapi ia menambahkan jika sweeper keeper di Indonesia perlu banyak reading of the game. Hal itulah yang sering ia ingatkan kepada kiper-kiper Indonesia sekarang. Bahwasanya kendati tidak cuma berdiri di gawang saja, mereka harus menguasai setidaknya 16 meter di areanya. Dalam artianlain tidak bisa keluar sembarangan begitu saja, tapi setidaknya bisa memaksimalkan teknik kakinya ketika ada kebocoran di lini belakang.

Halaman berikutnya, Hitam dan Putih Timnas Indonesia untuk Hendro Kartiko

Komentar