Upaya Madura United Menyelesaikan Kata Hampir

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Upaya Madura United Menyelesaikan Kata Hampir

Madura United bukanlah klub yang punya sejarah panjang di panggung sepakbola nasional, oleh sebab itulah mereka berusaha untuk mengukir sejarah. Tak tanggung-tanggung, klub hasil kloningan dari Persipasi Bandung Raya FC pada 2016 silam ini punya misi merusak dominasi klub tradisional. Dengan modal materi pemain yang mentereng dan stabilitas keuangan, mereka kerap diperhitungkan sejak pertama mengikuti kompetisi resmi.

Piala Gubernur Kaltim (PGK) 2016 merupakan kompetisi pertama yang diikuti oleh tim ini. Ajang pra-musim tersebut jadi narasi jika Madura United tidak main-main di kompetisi tanah air. Buktinya, mereka berhasil mencapai partai final sebelum akhirnya dikalahkan Pusamania Borneo [sekarang Borneo FC]. Percobaan sukses di PGK cukup menambah rasa percaya diri untuk mengikuti kompetisi resmi berformat Liga. Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 jadi tempat debut selanjutnya klub yang bermarkas di Gelora Bangkalan tersebut.

Maduran United menjadi kejutan setidaknya sampai paruh musim. Mereka berhasil menghimpun 37 poin dalam 17 pertandingan dengan rincian 11 kali menang, 4 kali imbang, dan hanya dua kali kalah serta catatan impresif lainnya dengan mencetak 27 gol di mana mereka jadi tim paling produktif. Tim berjuluk Laskar Sape Kerab ini nyaman di puncak klasemen dan jadi kandidat juara ISC 2016.

Namun, konsistensi hingga pekan ke-25 itu seakan luntur begitu saja mereka justru melempem di putaran kedua sebelum akhirnya finis di peringkat ketiga di bawah Persipura Jayapura dan Arema FC. Kedalaman skuat dan jadwal yang padat menjadi evaluasi yang disodorkan pelatih Gomes de Oliveira pada waktu itu.

“Bagaimana kami bisa bermain maksimal kalau dalam sepekan tiga kali tanding. Ini bukan soal mental. Mungkin kalau dalam perjalanan kami akhir-akhir ini terganggu absennya pemain bergantian dan tidak adanya Bayu Gatra yang bergabung dengan Timnas, mungkin kami masih bisa stabil. Tapi, bukan berarti kami menyalahkan pemanggilan Bayu, karena tanpa Bayu kami masih bisa memiliki pemain lain yang kualitasnya setara,” ungkap Gomez, dikutip dari Bola.

Sebagai tim yang baru lahir dan berstatus debutan, tentu pencapaian tersebut tidaklah buruk. Meski begitu, mereka merasa belum sepenuhnya mengacaukan peta kekuatan sepakbola nasional. Berdasarkan kegagalan mempertahankan label Campione d’Inverno di musim 2016 manajemen Madura United terus berbenah, di musim berikutnya mereka membuat gebrakan baru dengan mendatangkan eks pemain West Brommich Albion dan Stoke City, Peter Odemwingie, yang saat itu berstatus marquee player. Penyerang berpaspor Nigeria itu diduetkan dengan Greg Nwokolo.

Salah satu langkah perekrutan yang cukup positif, selain menarik minat sponsor dan menjadi pusat perhatian publik sepakbola nasional. Madura United asuhan Gomes kali ini kembali tampil trengginas dan agresif pada kompetisi Liga 1 2017. Total 33 gol dalam 26 pertandingan menjadi bukti faktual bahwa produktivitas mereka meningkat, Odemwingie sendiri punya sumbangsih sebanyak 15 gol.

Komposisi line up Madura United musim 2017 memang sebagian besar merupakan pilar di ISC 2016. Jadi tak heran mereka solid dan kembali meraih jawara paruh musim dengan mengumpulkan 32 poin dalam 17 laga (9 menang, 5 seri, dan 3 kalah).

Akan tetapi, masalah klise kembali menghampiri tim asuhan Gomes de Oliveira saat memasuki putaran kedua. Beberapa pemain pilar yang cedera dan perbedaan kualitas antara pemain cadangan dengan susunan pemain utama membuat timnya kembali tercecer. “Saat Peter Odemwingie cedera, kita sulit kembali seperti performa di putaran pertama,” ucap Gomes, seperti dikutip dari Super Skor.

Kali ini mereka tercecer hingga posisi lima klasemen akhir dengan perbedaan 8 poin dengan sang juara Bhayangkara FC. Dari permasalahan kedalaman skuat itulah manajemen mencoba menggodok skenario penyempurnaan sebagai penyelesaian kata “hampir juara” di dua musim beruntun. Mereka berusaha memainkan skenario membangun The Dream Team dengan komposisi 8 pemain asing untuk menopang target mereka.

Empat legiun asing sesuai regulasi yang berisi Marcel Sacramento, Peter Odemwingie, Nuriddin Davronov, Peter N’Koyi rencananya hendak dikolaborasikan dengan empat pemain asing yang sudah di naturalisasi, yakni Greg Nwokolo, OK John, Raphael Maitimo, dan Cristian Gonzales. Bahkan Hamka Hamzah dan Victor Igbonefo pun sempat masuk radar. Namun rencana “The Dream Team” yang diproyeksikan untuk musim 2018 itu buyar.

Marcel Sacramento memilih Persipura Jayapura, pun dengan sang marquee player yang tak kunjung datang ke Indonesia. Patrick N’Koyi pun dipulangkan sebab tak sesuai ekspektasi. Pada akhirnya rangkaian proses pencarian pemain asing selesai dengan menentukan empat nama, yakni Fabiano Beltrame, Zah Rahan Kranggar, dan Alberto de Paula pada pertengahan kompetisi digantikan oleh Mohammadou Samassa, dan Nurrudin Davronov digantikan Milad Zeynedpour.

Hal tersebut berlaku bagi pemain naturalisasi, hanya Greg yang kemudian bertahan membela Madura United di musim 2018. Sebab Maitimo lebih lama berada di ruang medis hingga akhirnya bersama OK John yang mengalami hal serupa (masalah kebugaran), keduanya dilepas ke Persebaya Surabaya. Pada akhirnya bongkar pasang pemain pun tak memberi jawaban konkrit.

“Ada banyak opsi, ternyata kami dapat Samassa itu pun juga sial. Kami berharap dia bermain 17 game ternyata tidak. Setelah kami meraih hasil positif 8 pertandingan beruntun tanpa kekalahan, saat itu Samassa cedera,” ujar Haruna. Seperti dikutip dari Bola.

Tak hanya di bagian perekrutan pemain. Situasi tidak kondusif juga menjalar ke area kepelatihan. Kepala pelatih, Milomir Sesilja, yang ditunjuk menggantikan Gomes de Oliveira angkat kaki dari Madura. Racikan Milo dianggap mengecewakan manajemen, dalam 11 laga di Liga 1 2018 Greg cs menelan empat kekalahan. Presentase kemenangannya pun rendah yakni hanya 45 persen. Gomes akhirnya kembali didatangkan.

Bisa dikatakan jika musim 2018 jadi musim terburuk Madura United sebab mereka tercecer ke posisi delapan plus kehilangan status campione d’inverno untuk kali pertama sejak mengikuti kompetisi Liga Indonesia.

”Rangkaian perjalanan yang penuh dengan ujian tersebut. Kami sebut sebagai tahun sial bagi Madura United. Tetapi, apapun hasilnya dalam perjalanan selama kompetisi 2018 ini, harus disyukuri,” ucap Presiden Madura United, Achsanul Qosasi, seperti dikutip dari Bola Sport.

Dengan segala hiruk pikuk musim ini, Haruna Soemitro selaku manajer klub pun menyatakan jika Madura United merugi hingga 7 miliar. “Kami sudah kehilangan uang (kehilangan pemain) saja sekitar Rp7 miliar. Kami memiliki kesalahan dan mengakibatkan pada mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak kecil,” ucap mantan ketua Asprov PSSI Jawa Timur itu, dikutip dari Bola.

Geliat Bursa Transfer Madura United

Meski merugi mereka menyadari betul permasalahan tim di tiga musim sebelumnya. Madura United bergerak cepat untuk mengevaluasi. Salah satunya dengan tidak memperpanjang kontrak pelatih yang selama ini familiar dengan Laskar Sappe Kerap, Gomes de Oliveira. Sikap yang diambil manajemen dengan mengganti nakhoda tim cukup dimengerti sekaligus berisiko, Madura United ingin pola permainan berbeda demi menunjang target juara namun mereka harus kembali berprogres dari nol.

Selain mengubah gaya bermain, mereka juga cukup bergegas dalam rekrutmen pemain termasuk mempertahankan pemain lama. "Dari proses kontrak pemain yang telah kami lakukan, ada 4 pemain yang menjadi bagian dari Madura United selama 4 musim beruntun. Slamet Nurcahyo, Asep Berlian, Guntur Ariyadi dan Engelberd Sani. Ada seloroh dari Engelberd, katanya dia biasanya setiap tahun pindah klub, tapi saat bersama Madura United merasa enggan pindah klub lagi," kata Haruna Soemitro seperti dikutip dari Tribunnews yang bersumber pada laman resmi klub.

Satu-satunya kata yang bisa mewakili Madura United dalam segala aspek adalah ‘agresif’. Tidak hanya agresif dalam permainan, di bursa transfer pun mereka menjadi tim paling sibuk mendatangkan pemain baru. Muhammad Ridho, Zulfiandi, Andik Vermansah, Fandri Imbiry, Marckho Sandy Meraudje, Dane Milovanovic dan Jaimerson Xavier berhasil didaratkan ke Pulau Garam.

Khusus untuk transfer Andik dan Fandri, ada semacam penggembosan awal terhadap sang rival yakni Persebaya Surabaya. Andik begitu dekat dengan Persebaya sebelum akhirnya ditikung tetangganya sendiri yang hanya dipisah jembatan Suramadu itu. Sedangkan Fandri, musim lalu sempat menjadi andalan lini pertahanan The Green Force.

Pun dengan transaksi Jaime, secara tidak langsung berdampak pada tim juara bertahan Persija Jakarta yang pada musim lalu mengukir pertahanan terbaik bersama bek berpaspor Brazil tersebut. "Di hari ulang tahun, Madura United resmi mendaratkan Jaimerson Xavier sebagai pemain asing ketiga di skuat Laskar Sape Kerrab," tulis akun instagram @maduraunited.fc.

Menurut Haruna Soemitro, Jaime bukanlah kepingan puzzle terakhir namun dengan kedatangannya aktivitas transfer Madura United dikatakan hampir rampung. "Dengan selesainya proses penandatanganan kontrak dengan Jaime, rekrutmen pemain Madura United sudah hampir selesai," tutur sang manajer, dikutip dari Superball.

Menarik dicermati kata “hampir selesai” yang dilontarkan oleh manajer klub. Akankah ada pemain bintang lagi yang didatangkan dan mewujudkan skenario The Dream Team yang pada musim lalu impian tersebut berantakan? Sebab dengan The Dream Team, penyelesaian misi “hampir juara” di dua musim awal mereka sebagai klub professional bisa lebih realistis.

Komentar