Memandang Tendangan Penalti Messi Dari Perspektif Etika

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Memandang Tendangan Penalti Messi Dari Perspektif Etika

Oleh: Fakhrurroji*

Tidak ada perbincangan yang lebih menarik dari kemenangan 6-1 Barcelona atas Celta Vigo ketimbang tendangan penalti Lionel Messi. Peristiwa tersebut terbilang unik karena memang jarang dilakukan oleh pesepakbola lain. Selain itu, gol yang dicetak Suarez dianggap tidak sah karena ia sudah masuk ke garis D sebelum bola ditendang.

Penalti tersebut terjadi setelah Barcelona unggul 3-1 atas Celta Vigo, dan pertandingan pun menyisakan 10 menit lagi. Hingga peluit tanda pertandingan berakhir dibunyikan, Barcelona menang 6-1.

Sejumlah penggemar sepakbola pun terbelah menyikapi hal tersebut. Ada yang menyebutnya sebagai penghinaan karena sebagai pesepakbola profesional, pemain sekaliber Messi, sehebat apapun ia, haruslah tetap menghormati lawannya. Ada pula yang mendukung apa yang dilakukan Messi karena hal tersebut sama sekali tidak melanggar aturan FIFA. Selain itu, sebelumnya ada pesepakbola yang melakukan penalti dengan gaya serupa, sehingga Messi diperbolehkan melakukan hal itu.

Saya bukan pendukung Barcelona, bukan pula penggemar Real Madrid, sehingga tulisan ini diharapkan bisa memberikan perspektif yang jernih dan objektif, khususnya dalam memandang apa yang dilakukan Messi dan Suarez dalam perspektif kacamata etika.

Bahwa perbuatan Messi dan Suarez tersebut tidaklah melanggar peraturan, mungkin saja benar adanya. Setidaknya sampai tulisan ini dibuat, belum ada hukuman ataupun pernyataan apapun dari Federasi Sepakbola Spanyol ataupun FIFA terkait dengan umpan yang dilakukan oleh Messi. Namun, saya sependapat dengan pihak-pihak yang mengatakan bahwa pesepakbola sekaliber Messi tetap harus memberikan hormat kepada lawannya, serendah apapun lawannya. Karena itu kita perlu melihat perbuatan Messi dan Suarez dengan perspektif etika.

Etika berasal dari kata �"ethos�" yang berarti adat istiadat, kebiasaan hidup yang baik, moralitas. Kita tidak bisa menjalani kehidupan tanpa nilai-nilai etis yang kita pegang. Nilai-nilai etis biasanya sudah diterima berdasarkan kesepakatan yang berlaku umum. Dalam konteks etis, hal ini lazim dikenal utilatarianisme, atau mengutamakan kepentingan orang banyak. Nilai etis menetapkan standar perilaku apa yang disebut sebagai perilaku baik dan perilaku apa saja yang disebut tidak baik.

Etika juga berlaku dalam dunia bisnis, di mana kita mengenal adanya etika bisnis yang salah satunya mengatur praktik persaingan bisnis agar tetap berjalan dengan sehat. Perusahaan yang menerapkan etika dalam berbisnis menurut penelitian sejumlah pakar manajemen lebih berumur panjang daripada perusahaan yang tidak menerapkan etika dalam berbisnis.

Kesebelasan seharusnya juga setali tiga uang. Kesebelasan sebesar Barcelona seharusnya memerhatikan masalah ini dan tidak menyepelekannya begitu saja. Bahwa Barcelona adalah salah satu kesebelasan sepakbola terbaik di dunia, itu adalah fakta yang harus diterima. Justru itu, dengan status kesebelasan terbaik, maka Barcelona harus menerapkan standar etika yang tinggi, baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Barcelona harus menerapkan standar etika pada setiap tingkatan organisasi dan kepada siapapun, termasuk �"dewa�" seperti Messi sekalipun.

Messi adalah representasi dari Barcelona. Apapun yang dilakukan oleh Messi akan menjadi rujukan orang dalam menilai seperti apa Barcelona itu; Apakah Barcelona adalah kesebelasan sepakbola yang suka merendahkan dan menyepelekan lawan, ataukah Barcelona adalah kesebelasan yang menghormati lawan?

Mengapa Harus dari Etika?

Jadi, kenapa kita perlu melihatnya dari sudut pandang etika?

Pertama, ada nilai universal yang dijunjung tinggi dalam dunia olahraga, apapun itu cabang olahraganya, termasuk sepakbola. Kita bisa menyebut beberapa di antaranya seperti kejujuran, kebaikan, sportivitas, integritas, menghormati lawan, dan lain sebagainya.

Kedua, bahwa Messi dan Suarez adalah pemain sepakbola profesional yang populer. Apa yang dilakukan oleh Messi dan Suarez akan menjadi contoh teladan bagi orang-orang yang menontonnya. Terlebih lagi kepada anak-anak kecil yang mengidam-idamkan untuk menjadi The Next Messi.

Ketiga, bahwa kejadian ini akan menjadi yurisprudensi atau preseden untuk kejadian-kejadian berikutnya. Jika apa yang dilakukan oleh Messi adalah salah secara etika dan moral namun dibenarkan secara legitimasi peraturan, maka kejadian ini akan menimbulkan kejadian-kejadian serupa. Jika Messi boleh melakukannya, maka saya pun boleh juga melakukannya. Padahal salah (masih asumsi awal) tapi kenapa dibiarkan?

Tapi kan peraturan memperbolehkannya? Memang, jika peraturan memperbolehkannya, maka Messi boleh melakukannya, dan siapapun boleh melakukannya. Tapi kita bukan sedang melihat dari ranah peraturan atau regulasi ataupun hukum semata. Permasalahannya adalah hukum itu sendiri bisa jadi tidak etis. Hukum bukanlah etika. Bahwa hukum dan etika hampir mirip-mirip tujuannya, yakni untuk mengatur prilaku manusia, memang benar seperti itu adanya. Namun etika lebih berdasarkan kepada moral.

Contoh dari hukum yang bertentangan secara etika adalah bagaimana mungkin nenek yang mencuri kayu bisa dipenjara, tetapi koruptor tidak dipenjara? Kurang lebih seperti itulah.

Kembali kepada tendangan penalti Messi dan Suarez, sebelum mulai menilai apakah tendangan tersebut etis atau tidak, kita perlu mengetahui apa motivasi sebenarnya dari Messi dan Suarez melakukan hal tersebut? Apakah karena iseng atau bosan yang disebabkan oleh tidak adanya perlawanan dari Celta Vigo?

Besar kemungkinan secara psikologis inilah yang akan dialami oleh pemain dan tim yang superior terhadap tim lain, sehingga kemungkinan akan timbul dorongan untuk berprilaku aneh. Inilah sebabnya, secara etika dan kemanusiaan kita mencibir apa yang dilakukan oleh Australia ketika pernah membantai lawannya dengan skor 31-0.

Mengapa harus menang dengan skor sebegitu besar? Anda menang 5-0 saja sudah menunjukkan superioritas Anda. Jadi ketika Australia membantai lawannya dengan skor yang tidak ada di olahraga manapun, orang-orang jadi mencibir Australia. Apalagi yang mau dibuktikan? Ataupun ketika tim besar menurunkan para pemain cadangannya demi kepentingan jangka panjang, seringkali dicibir karena dianggap merendahkan lawannya.

Prinsip seperti ini setali tiga uang sebenarnya dengan apa yang dilakukan oleh Messi dan Suarez. Apa sih yang sebenarnya mau dibuktikan oleh Messi dan Suarez? Apa supaya dibilang �"wow�"? Atau sekadar lucu-lucuan?

Menjadi seorang pesepakbola profesional kemudian artinya menjadi teladan atas sikap dan prilakunya baik di dalam dan di luar lapangan. Salah satunya adalah sikap menghargai siapapun lawannya. Coba Anda tanya, jika yang sedang dihadapi adalah Real Madrid, dan bukannya Celta Vigo, menurut Anda apakah mungkin Messi dan Suarez melakukan hal yang serupa? Itu kan sama saja artinya dengan merendahkan lawan.

Kita mungkin juga bisa melihatnya dalam konteks yang sesederhana mungkin, bahwa Messi dan Suarez hanyalah seperti anak kecil yang memang selalu ingin bermain dan hanya ingin bersenang-senang tanpa embel-embel menjadi salah satu pesepakbola terbaik di dunia. Sayangnya, dunia tidak melihatnya sesederhana itu. Messi dan Suarez bukan lagi menjadi anak-anak yang bermain di tanah lapang yang kosong. Mereka bermain di salah satu kesebelasan terbaik di dunia, di salah satu liga sepakbola terbaik di dunia. Yang tidak hanya ditonton oleh warga kampung seperti saya ini, tetapi jutaan pasang mata di dunia. Apa yang dilakukan oleh Messi dan Suarez ini sebenarnya mencoreng reputasi mereka sendiri.

Karena itu, marilah kita melihat tendangan penalti yang dilakukan oleh Messi dan Suarez ini dalam konteks yang tidak menyepelekan harkat dan martabat kesebelasan sepakbola dan pesepakbola lain. Cara paling sederhananya, coba tanya kepada diri Anda sendiri, apakah Anda akan marah jika Anda yang menjadi Sergio (kiper Celta Vigo) jika Anda diperlakukan demikian?

*Penulis merupakan pegawai bank, praktisi corporate communication yang juga pemerhati tata kelola perusahaan dan mencintai sepakbola. Berakun twitter @RojiHasan

Juergen Klopp memilih tidak merayakan kemenangannya secara berlebihan usai membantai Aston Villa 6-0. "Ini bukan saatnya kami bernyanyi dan merayakannya. Ini adalah bentuk penghormatan kami kepada Aston Villa, kesebelasan hebat yang tengah dalam situasi sulit. Kalau ada kesebelasan yang menang 6-0 dan tim lainnya kalah, maka itu tidak menyenangkan untuk mereka," kata Klopp dikutip Independent-Redaksi.

Komentar