"Full-back" Kesuksesan Lain Taktik Maurizio Sarri Bersama Napoli

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

"Full-back" Kesuksesan Lain Taktik Maurizio Sarri Bersama Napoli

Setelah Piala Dunia 1994, Jack Charlton, mantan pemain dan manajer asal Inggris, mengatakan bahwa full-back adalah elemen paling penting dalam suatu serangan. Substansi dari ucapan Charlton itu diamini Napoli yang selalu mengandalkan full-back ketika melakukan serangan. Napoli memiliki Elseid Hysaj sebagai full-back kanan dan Faouzi Ghoulam di sebelah kiri.

Kedua pemain itu menempati posisi naturalnya, tidak seperti AS Roma yang memaksakan Alessandro Florenzi menjadi full-back kanan. Walau Florenzi bermain baik pada posisi itu, tapi tetap saja tidak ideal untuknya.Soal full-back, masih belum ada kesebelasan Serie-A pada musim 2015/2016 yang sempurna layaknya Napoli. Bahkan Juventus dan AC Milan pun beberapa kali kesulitan mengotak-atik posisi tersebut.

Dan atas Ghoulam dan Hysaj, Napoli memiliki pasangan full-back paling sempurna di Serie-A 2015/2016. Permainan mereka pun sesuai dengan arahan strategi Maurizio Sarri, Pelatih Napoli. Yang jelas, Hysaj dan Ghoulam memiliki peran penting untuk menjaga sisi sayap di lapangan.

Aksi bertahan kedua pemain itu agak beda dengan pemain Napoli yang lainnya. Ghoulam dan Hysaj diinsturksikan lebih agresif kepada lawan. Mereka melancarkan tekanan dengan tekel dan intercept. Aksi itu berbeda dengan pemain lain yang melancarkan tekanan, namun tidak langsung terburu-buru merebut bola, hanya membayangi dan menekan lawan keluar dari zona nyaman penguasaan bolanya. Aksi Ghoulam dan Hysaj diiringi dengan positioning yang cerdas. Setelah melancarkan tekanan, transisi bertahan untuk kembali ke posisinya, atau melakukan serangan, bisa dilakukan secara tepat.

Hysaj atau Ghoulam pun tidak perlu khawatir ketika mencoba menekan lawan. Contohnya adalah jika lawan menyerang melalui sisi kiri, Hysaj akan bergerak untuk menghadang. Sementara itu Ghoulam bersama Kalidou Koulibaly dan Raul Albiol, bek tengah, akan membentuk trisula pertahanan yang rapat. Begitu juga ketika serangan terjadi di sisi kanan, Ghoulam akan berperan seperti Hysaj yang dibantu dua bek tengahnya.

Sementara ketika menyerang, Napoli yang pada dasarnya memakai formasi 4-3-3, akan berubah menjadi 3-4-3. Tiga pemain di lini pertahanan akan ditempati Koulibaly, Albiol dan Jorginho atau Allan Marques. Sementara Ghoulam dan Hysaj naik ke tengah di ke posisi sayap. Mereka mengapit Marek Hamsik dan Allan atau Jorghinho di lini tengah, sehingga Napoli memakai empat gelandang ketika menyerang.

Peran Ghoulam dan Hysaj menjaga keseimbangan di lini tengah Napoli. Hal itulah yang menjadi kelemahan Napoli ketika dilatih Rafael Bentez. Selain kurang konsisten di lini tengah, Napolio era Benitez tidak terlalu baik membangun serangan dari lini belakang. Para gelandangnya pun lebih ditugaskan melakukan aksi bertahan pada waktu itu.

Sementara ketika era Sarri, Napoli sering membangun serangan dari belakang. Sudah pasti Hysaj dan Ghoulam memegang peran penting dalam bangunan serangan tersebut. Biasanya mereka menjadi penerima bola ke tiga jika Napoli memulai serangan dari kipernya, Pepe Reina. Atau dua full-back itu bisa menjadi penerima bola kedua atau pertama, ketika para gelandang Napoli dijaga ketat oleh lawan.

Selain itu, Ghoulam dan Hysaj menjadi bagian penting dalam permainan Napoli di sisi lapangan. Mengingat Napoli sering bermain ke satu sisi dan memancing lawan untuk menekan di satu sisi saja. Kemudian Napoli memindahkan bola ke sisi lain yang jaraknya cukup jauh yang dikoneksikan oleh Hamsik. Pada intinya, Napoli selalu mencari dan menciptakan ruang di sisi lain untuk dieksploitasi. Dengan cara itulah Napoli berhasil meregangkan penjagaan lawan secara vertikal.

Tapi yang paling penting adalah kinerja kedua full-back itu memudahkan lini tengah dan serangan Napoli, terutama membantu peran Lorenzo Insigne dan Jose Callejon sebagai winger. Mereka membuat skenario ofensif yang lebih kuat di masing-masing sisi lapangan. Ghoulam dan Hysaj membuat ruang lain di sisi lapangan ketika Callejon atau Insigne melakukan cutting inside. Serangan melalui kedua sayap Napoli begitu dominan terutama di sisi kiri.

Perhatikan gambar di atas. Marek Hamsik memiliki dua opsi pengiriman bola karena Ghoulam melakukan overlaping, sehingga terjadi ruang baru yang diciptakan Ghoulam karena lawan yang awalnya fokus kepada Insigne, menjadi terbelah karena keberadaan Ghoulam di sepertiga akhir pertahanannya sendiri.

Ketika Insigne menerima bola di sisi kiri, ia pasti menunggu Ghoulam melakukan overlap melewatinya. Pergerakan Ghoulam itu diharapkan bisa memancing penjagaan lain, agar Insigne bebas dari kawalan lawan. Pergerakan kedua pemain itu meman sering membuat lawan (terutama full-back) kebingungan. Yaitu apakah harus mengikuti Insigne, atau mempertahankan posisinya untuk menutup ruang Ghoulam. Tapi lawan lebih sering memilih mengikuti Ghoulam. Tapi pilihan itu justru membiarkan Insigne untuk menciptakan peluang dan mencetak gol.

Ghoulam sendiri semakin tampil mengesankan sejak memperkuat Aljazair pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Sementara Hysaj menunjukan performa yang luar biasa di umurnya yang masih muda. Hysaj yang baru berusia 22 tahun, akan menjadi bintang di dunia sepakbola. Ia berhasil menggantikan Christian Maggio yang menua dan menjadi idola para pendukung Napoli sejak dulu. Maka tidak bisa dipunugkiri jika full-back adalah kunci lain dari kesuksesan Napoli pada musim 2014/2015.

Komentar