Kreativitas Samir Nasri yang (Mungkin) Masih Diperlukan

Taktik

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kreativitas Samir Nasri yang (Mungkin) Masih Diperlukan

Pada gelaran Piala Eropa 2008, seorang pemain muda masuk ke lapangan untuk timnas Prancis, setelah seniornya, Franck Ribery, mengalami cedera tepat pada menit ke-10. Ketika itu, Prancis sedang dalam sebuah pertandingan penting, pertandingan yang menentukan lolos atau tidaknya mereka ke babak delapan besar Piala Eropa 2008. Hasilnya? Prancis kalah 1-2 oleh Italia saat itu.

Meski Prancis kalah dan langkah mereka untuk menuju babak selanjutnya terhenti, karier seorang pemain yang menggantikan Ribery, untuk kemudian dicaci oleh para suporter Prancis karena merasa tegang saat pertandingan tersebut sehingga tidak dapat tampil maksimal, terus berlanjut. Nama pemain itu adalah Samir Nasri, lahir pada 26 Juni 1987.

Ketika itu, Nasri baru saja merampungkan transfer dirinya dari Marseille ke Arsenal dengan mahar kurang lebih 12 juta pounds. Melihat apa yang ia tampilkan saat Piala Eropa 2008, suporter Arsenal pun sempat merasa ragu apakah pemain yang kala itu masih berusia 21 tahun itu dapat tampil cemerlang bersama The Gunners.

Keraguan suporter Arsenal pun sirna. Bersama The Gunners, Nasri berkembang menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki oleh Prancis. Dalam laga perdananya di Liga Primer Inggris bersama Arsenal, ia berhasil mencetak gol kemenangan yang membawa Arsenal menang atas West Bromwich Albion 1-0.

Setelahnya, adalah musim-musim yang membuat dirinya semakin lama semakin matang sebagai pemain. Nasri yang bisa bermain dalam berbagai posisi --gelandang tengah, gelandang serang, dan winger-- menjadi sosok kunci penyerangan Arsenal. Kreativitas, sense of passing, kemampuannya menahan bola, dan dribbling-nya yang mumpuni membuat pemain ini pernah masuk nominasi PFA Player of The Year pada 2011.

Hanya, ia kalah oleh Gareth Bale yang kala itu masih membela Tottenham Hotspur. Namun, ia masuk dalam PFA Team of the Year pada 2011. Tanpa disangka, musim itu adalah musim terakhir dirinya berseragam Arsenal. Musim selanjutnya, ia pindah ke Manchester City, meninggalkan catatan 39 gol dan 21 asis dari 184 penampilannya bersama Arsenal.

Nilai 25 juta pounds menjadi mahar City untuk mengangkut dirinya dari Emirates Stadium ke Etihad Stadium. Musim 2011/2012 ia menjadi bagian dari skuat City yang menjadi juara Liga Primer Inggris setelah melewati sebuah adu kejar yang menegangkan dengan Manchester United. Nasri, bersama dengan David Silva, menjadi kunci penyerangan dari The Citizens kala itu.

Pada musim 2013/2014, ketika City menjadi juara, dirinya kembali menjadi kunci penyerangan City. Kala itu City mampu mencatatkan 156 gol dari semua kompetisi yang diikuti. Lalu, apa yang terjadi pada Nasri musim 2012/2013, 2014/2015, dan 2015/2016?

Pada 2012/2013, Nasri dianggap oleh Mancini bermain inkonsisten. Pada 2014/2015, ia tidak mengantarkan City meraih gelar sama sekali. Pada 2015/2016, cedera membuat dirinya harus menepi lama dari lapangan, meski saat kembali ia mencatatkan penampilan yang cukup baik bagi City.

Sekarang, Manchester City berada dalam arahan manajer baru, Pep Guardiola. Pep, yang akan memulai sebuah sejarah baru di City, tentunya sekarang masih mencari pemain-pemain yang akan sesuai dengan filosofi permainannya. Musim 2015/2016, cedera membuat Nasri kalah bersaing dengan Kevin De Bruyne dan David Silva. Musim depan, City sudah mendatangkan Nolito sebagai usaha mereka memperkuat lini serang mereka. Lalu, apakah nama Nasri akan kembali terpinggirkan seperti halnya yang ia alami musim 2015/2016?

Memiliki kemampuan menguasai bola yang baik, juga umpan-umpan akurat dan tak terduga, dirinya masih mampu bersaing dengan pemain lain dan kembali menjadi sosok kunci City dalam meraih juara. Musim lalu, dalam pertandingan melawan Chelsea, masih terlihat sentuhan seorang Nasri, baik itu dalam menahan bola ataupun menjadi pusat serangan saat City melakukan serangan balik.

Meski suporter City sempat mempertanyakan kenapa Nasri dipertahankan sampai 2019 nanti, suporter juga harus kembali melihat kepada fakta di atas; ia adalah sosok kunci bagi gelar Liga Primer Inggris yang diraih City pada musim 2011/2012 dan 2013/2014. Bahkan, Squawka memberikan nilai yang cukup tinggi bagi dirinya pada musim 2013/2014, yaitu 928, nilai tertinggi kedua di bawah Yaya Toure.

Maka, tak ada salahnya bagi Pep untuk menggunakan jasa Nasri sebagai kunci serangan City. Kreativitas yang ia miliki dapat menjadi sebuah kekuatan bagi “Manchester City yang baru” yang akan diusung Pep. Nasri, yang juga mampu beradaptasi dengan berbagai jenis pola serangan dapat dimaksimalkan dalam berbagai varian serangan yang akan diusung oleh Pep.

Kalau Pep kembali menerapkan possession football, ia bisa menjadi pemain yang pas untuk menahan bola. Jika Pep menerapkan possession football yang lebih direct, ia mampu menjadi pembagi umpan bagi rekan-rekannya yang lain di lini serang.

Namun, dengan adanya De Bruyne dan Silva yang masih fit, Nasri harus bersaing dan menunjukkan kemampuannya kepada seorang Pep sebagai pemain kunci tim, setidaknya pemain yang pernah mengantarkan City juara Liga Primer Inggris dua kali. Ia harus kembali menunjukkan, bahwa kreativitas yang ia miliki setidaknya masih dibutuhkan oleh The Citizens.

foto: Wikipedia

Komentar