Tanggal 11 Juni 1993, tim Jawa Tengah berhasil meraih medali emas cabang olahraga sepak bola Popnas (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) II/1993 di Kota Bandung. Dalam final yang digelar di Stadion Siliwangi Bandung itu, tim Jateng menang 2-1 atas tim Bali. Dua gol kemenangan Jateng diborong Tugiyo pada menit 9 dan 79, sedangkan gol balasan Bali dicetak I Wayan R. Ardika pada menit ke-67.
Sementara itu, tim Jawa Timur memperoleh medali perunggu usai mengalahkan tim Maluku 4-3 melalui perpanjangan waktu. Meskipun tidak mendapatkan medali, Maluku boleh berbangga hati ketika Maluku dianugerahi sebagai tim favorit dan salah seorang pemainnya, Dedy Umarella, menjadi topscorer dengan enam gol.
Popnas I/1993 dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro di Stadion Siliwangi Bandung pada 5 Juni 1993 dan ditutup oleh Wakil Gubernur Jawa Barat bidang Kesejahteraan Rakyat H.M.A. Sampurna pada 11 Juni 1993 di tempat yang sama.
Dalam pertandingan ini mulai muncul bibit unggulan dari kota Semarang yakni Tugiyo. Sosok inilah yang mencetak satu-satunya gol membuat PSIS Semarang menjuarai Liga Indonesia tahun 1999. Golnya ke gawang kiper Persebaya Hendro Kartiko akan selalu dikenang penggemar Laskar Mahesa Jenar.
Ketika bicara tentang Tugiyo, maka orang akan selalu ingat tentang postur tubuhnya yang pendek dan gempal, mirip-mirip seperti Maradona. Tak heran Tugiyo pun dijuluki `Maradona dari Purwodadi`. Tugiyo mengawali karirnya sebagai pemain di diklat Salatiga dan Ragunan. Karena itu dia dipanggil untuk menjadi pemain Jateng pada Popnas yang digelar di Bandung. Performa ciamiknya selama Popnas membuat Tugiyo memperkuat PSSI U-16 ikut turnamen di Iran. Keluar dari diklat Ragunan, Tugiyo mencoba peruntungannya dengan bermain untuk klub PSB Bogor selama dua musim. Lalu kemudian dia hijrah ke PSIS dan menjadi legenda hidup disana.
Komentar