Efektifitas Yang Mengalahkan Kreatifitas
Oleh: Khusnul Yaqien
Derby Bandung kali ini menyesakan bagi tim Maung Bandung. Sang saudara tua Persib Bandung dibuat malu oleh saudara mudanya Pelita Bandung Raya lewat kekalahan tipis 1-0, satu-satunya gol dicetak TA Musafri menit 69.
Kedua tim memiliki pendekatan yang berbeda dalam melakukan serangan. Tim tuan rumah PBR cenderung memilih umpan panjang langsung ke jantung pertahanan tim lawan. Sementara Persib  lebih memilih umpan-umpan pendek.
PBR tidak berusaha tampil agresif di daerah pertahanan Persib. PBR lebih memilih menunggu bola memasuki area setengah lapangan pertahanan mereka.
Gambar di atas menunjukkan ketika Persib mulai membangun serangan, semua pemain PBR bergerak turun ke setengah daerah permainan mereka dan menerapkan tiga garis pertahanan berlapis
Posisi bertahan yang ditunjukan oleh PBR menutup ruang para pemain Persib menyerang, meskipun sebenarnya para pemain tim tamu lebih banyak menguasai bola. Hal ini menunjukkan bahwa possession tidak memiliki arti apa-apa tanpa kreatifitas.
Banyaknya aliran bola secara horizontal, harus diikuti  dengan umpan vertikal melewati garis pertahanan lawan.
Possession Game bukanlah sekedar kemampuan tim untuk memindahkan bola antar pemain, tetapi lebih kepada kemampuan untuk memindahkan posisi pemain lawan melalui perpindahan bola.
Sangat dibutuhkan kreatifitas dan kejelian pemain menemukan celah untuk melepas umpan secara vertikal di antara perpindahan bola antar pemain. Dan Persib tak memiliki itu.
Kreatifitas Persib yang Tak Membuahkan Hasil
Lewat Vujovic, Persib  akhirnya bisa menemukan celah untuk menembus garis pertahanan PBR, dengan tetap mempertahankan cira khas Persib membangun serangan umpan pendek.
Â
Terlihat Vujovic mampu menemukan celah, umpannya kepada Ridwan berhasil masuk ke area final third PBR melewati dua garis pertahanan - striker dan gelandang PBR.
Tetapi aksi ini saja tidak cukup, apalah artinya memasuki daerah sepertiga lawan tanpa berhasil menciptakan peluang. Aksi yang dilakukan Vujovic ini haruslah diikuti dengan aksi-aksi lainnya, yang berasal dari skema permainan yang dipahami oleh semua pemain.
Di sinilah pentingnya antisipasi dalam sepakbola. Usai mendapat umpan dari Vujovic, Ridwan memberi backpass kepada Konate. Akan tetapi, skema ini kurang berhasil karena Konate terlambat menyambut bola.
Â
Sebelum Vujovic melepas umpan, Konate masih berada di belakang lawan. Keterlambatan ini menyebabkan pemain lawan dengan mudah memberikan tekanan kepada Konate saat dirinya memegang bola. [Lihat gambar di bawah]
Tugas menekan Konate dilakukan oleh Kim. Dengan mudah Kim melakukan tekanan karena Konate membelakangi gawang lawan pada saat menerima umpan. Imbasnya laju serangan Persib di sepertiga daerah pertahanan PBR terhambat.
Hal ini berbeda pada aksi berikutnya.Belajar dari kesalahan, kali ini Konate memberikan posisi badan yang cukup baik saat menerima backpass dari Djibril. Dengan posisi menghadap gawang lawan ketika menerima bola, Konate bisa segera mengirim umpan terobosan untuk Ridwan.
Â
Umpan ini memudahkan Ridwan mengirim crossing ke area gawang. Meski tak berbuah gol, skema ini adalah upaya kreatifitas Persib untuk menyerang. Sayangnya, kreatifitas seperti ini amat jarang terjadi pada laga itu.
Pengulangan Serangan PBR yang Berbuah Gol
Sementara itu di kubu PBR, menyadari keunggulan kualitas individu yang dimiliki oleh Persib, sang pelatih Dejan Antonic lebih memilih untuk bertahan menunggu momen yang tepat untuk melakukan serangan balik.
Keputusan menunggu di setengah lapangan permainan, secara tidak langsung memancing para backfour Persib naik membantu serangan, terutama dua fullback Persib Toni Sucipto â Supardi yang dipancing setinggi mungkin.
Dengan keunggulan para pemainnya dalam melakukan serangan balik -  transisi dari bertahan ke menyerang yang cukup baik, PBR benar-benar memanfaatkan kelemahan lawan di sisi lapangan. Filosofi Berpikirlah untuk menyerang ketika bertahan, dan berpikirlah untuk bertahan ketika menyerang betul-betul diterapkan Dejan pada anak asuhnya.  Seperti terlihat pada skema yang tergambar di bawah ini.
Â
Pada saat Persib mengeskplotasi sisi kiri pertahanan PBR, Kim akan berduel dengan Taufiq. Dengan sendirinya Musafri akan turun berada pada posisi kedalaman bertahan di antara lawan dan gawang. Tugasnya mengawasi pergerakan Toni.
Tetapi pada saat Kim mampu merebut bola, kemudian melepas umpan, pada saat itu juga Musafri segera melakukan akselerasi , bahkan ketika bola masih meluncur. Bisa dilihat dari posisi badan Musafri yang condong untuk segera melakukan gerakan larian eksplosif.
Keunggulan sepersekian detik ini memberi peluang Musafri untuk bisa menerima bola di belakang pertahanan lawan dan berhadapan langsung dengan penjaga gawang Made Wirawan.
Aksi â aksi seperti ilustrasi di atas berulangkali dilakukan oleh PBR untuk membuahkan attempt, salah satunya bahkan dikonversi menjadi sebuah gol oleh Musafri.
Gol dan Pengaturan Tempo permainan
Gol yang dicetak Musafri bukan semata karena kecepatan transisi para pemain PBR dalam melakukan serangan, melainkan pengaturan tempo permainan yang gagal dilakukan oleh para pemain Persib.
Â
Setelah menerima serangan balik PBR, Persib masih tetap memaksa untuk melakukan serangan balik cepat kembali melalui Supardi yang bekerjasama dengan Konate di sepertiga daerah pertahanan lawan. Â Upaya Persib digagalkan oleh Hermawan. Lewat Dias Angga, PBRÂ melakukan serangan balik. Dari gambar di atas terlihat dengan jelas jelas jauhnya jarak antara penyerang dan pemain bertahan Persib.
Posisi Supardi yang tertinggal jauh di depan memaksa Vujovic untuk mengisi kekosongan di sayap kanan. Karena jarak yang terlalu jauh dengan bola, Vujovic hanya melakukan delay, menunggu Taufik untuk mengisi posisi Supardi.
Bergesernya Vujovic menyebabkan ada jarak yang cukup lebar antara dirinya dengan Ahmad Jufrianto. Posisi kosong yang ditinggalkan Vujovic ini memaksa Jufrianto bergeser dan melakukan pengawalan terhadap Gaston.
Alangkah baiknya jika Firmanlah yang mengisi posisi Vujovic bukan Jufrianto, Firman dapat berperan menahan jalur lari dari Gaston, sehingga Juprianto tetap melakukan pengawalan terhadap Bambang. Hal itu nyatanya tak terjadi.
Seperti efek domino bergesernya Jupfrianto membuat Toni pun bergeser untuk mengawal Bambang, meninggalkan Musafri di area lemah pertahanan Persib yang nyaris tak ada siapapun menjaganya. Dan golpun tercipta.
Kesimpulan
Persib memang menguasai possession game tapi Persib gagal menembus pertahanan PBR. Beberapa upaya kreatif dicoba sempat dicoba, sayang tindakan itu tidak terskema dengan baik, hingga tak dilakukan secara konsisten selama pertandingan.
Di kubu lawan, PBR menerapkan skema blok pertahanan di area tengah berfungsi memancing para bek Persib terutama fullback naik overlapping ke depan. Situasi ini dimanfaatkan dengan baik, lewat intensitas serangan melalui kedua sayap mereka : Musafri dan David Laly.
Gol yang tercipta merupakan kerjasama dari dua peman ini, umpan crossing dari David Laly mampu diselesaikan dengan baik oleh Musafri. Â Meskipun kendali permainan ada di tangan Persib, tetapi efektifitas membuahkan gol mutlak menjadi milik PBR.
Dikirim oleh:
Penulis pernah bermain di beberapa klub liga profesional indonesia, dan sedang belajar untuk melatih sepakbola yang baik dan benar.
Khusnul Yaqien
@tik_pro
 foto: persib.co.id
Komentar