Pemerintah Brasil lewat RobocopÂ-nya, masih belum puas untuk menyerang para demonstran lewat kekerasan. Mereka bahkan perlu melemparkan granat kejut, dan gas air mata berkali-kali untuk menangkap satu demonstran saja. Hal ini membuat geram sejumlah pihak, termasuk jurnalis yang menjadi korban kekerasan tersebut.
Apa yang dilakukan Robocop ini merupakan perintah langsung dari Pemerintah Brasil untuk menyingkirkan mereka yang tidak suka dan menentang Piala Dunia. Demonstrasi yang seharusnya menjadi ajang menyuarakan pendapat, kini menjadi ajang unjuk kekuatan dan pameran senjata. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Mungkin, begitu pikir mereka.
Sebesar apapun kekuatan yang digalang para demonstran, tentu tak akan mampu menandingi senjata yang digunakan Robocop untuk menyerang mereka. Padahal mereka juga sadar, senjata yang mereka gunakan untuk menyakiti warga tersebut, adalah hasil dari pajak orang-orang Brasil. Pendemo hanya bisa menyebarkan kekerasan ini lewat media. Karena senjata mereka hanyalah batu dan pecahan kaca.
Bantuan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, mereka menepati janjinya untuk beraksi di Piala Dunia. Jumlah mereka tak bisa diidentifikasi, dan senjata mereka adalah komputer dengan koneksi internet. Ya, mereka menamakan dirinya sebagai Anonymous. Kelompok peretas yang memiliki cabang di seluruh dunia.
Sejumlah situs yang berkaitan dengan Piala Dunia 2014 telah dilumpuhkan. Demikian halnya dengan sejumlah situs Pemerintah Brasil yang berhasil diretas dalam jangka waktu dua hari terakhir ini. Protes mereka juga sama: ketidakpuasan atas besarnya jumlah uang yang dihamburkan Brasil demi Piala Dunia. Dan bisa jadi, ini baru permulaan dari awal terjadinya cyber war.
Anonymous Brasil menamakan serangan ini sebagai âOpHacking Cupâ. Mereka turut menyertakan situs Kementrian Olahraga Brasil sebagai targetnya. Sejumlah situs rekanan dan sponsor FIFA direncanakan akan mulai diserang. Adidas, Coca-cola, Hyundai, Emirates, Sony, Visa,          Budweiser, Castrol, Continental, Johnson & Johnson, Mc Donalds, Marfing Group, OI, dan Yingli dalam beberapa hari ini akan dikacaukan lalu lintasnya. Kelompok
Berdasarkan pernyataan dari Anonymous, mereka akan fokus menyerang Distributed Denial of Service (DdoS) situs-situs tersebut. Serangan DDoS kelihatannya sebagai serangan yang tidak terlalu berbahaya seperti site defacement yang mengakibatkan laman dari situs tersebut menjadi berubah sesuai dengan keinginan si peretas.
Serangan DDoS dapat membuat rusaknya database dari situs yang diretas sehingga membuat admininstrator situs, mesti menutup sejumlah data karena adanya kerusakan tersebut. Tidak jarang pula sebuah situs menjadi down akibat peretasan tersebut dan tidak memungkinkan untuk diakses.
Pihak keamanan akan sulit untuk menangkap otak dari peretas ini karena hacking lewat DDoS kini lebih canggih karena mereka meretas lewat komputer atau jaringan internet orang lain. Caranya adalah dengan menjadikan komputer-komputer tersebut menjadi âzombieâ yang bisa dikontrol sesuka hati.
Dikutip dari Kompas, serangan DDoS pernah terjadi di Amerika Serikat dan merupakan serangan terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Chief Executive CloudFlare (Perusahaan keamanan jaringan internet), Matthew Price, serangan DDoS bisa mencapai 300 Gbps, atau setara dengan 300 miliyar bit data per detik!
Direktur Regional Radware (Perusahaan keamanan serangan DDoS), Adrian Crawley, menyatakan, ia telah melihat serangan terhadap situs FIFA telah dimulai. Ia juga percaya situs penyiaran dan media akan segera diserang dalam waktu dekat ini. Cakupan serangan akan dimulai dalam hitungan jam di seluruh dunia.
Peretas Anonymous murka terhadap Pemerintah Brasil yang menghamburkan banyak uang untuk keperluan pembangunan stadion dan infrastruktur demi Piala Dunia. Mereka malah tidak mengindahkan kebutuhan warga Brasil dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Meski sudah terbiasa dengan serangan peretas, namun tidak menutup kemungkinan sejumlah perusahaan besar tidak akan mampu bertahan dalam serangan besar tersebut. Sangat mungkin Anonymous telah melakukan pengintaian terlebih dahulu terhadap perusahaan besar tersebut. Mereka akan melakukan uji coba peretasan sebelum melakukannya pada perusahaan besar. Sehingga mereka tahu di mana dan kapan waktu yang tepat untuk menyerang.
âPiala Dunia akan berlangsung selama satu bulan. Ini memberikan waktu bagi peretas untuk merencanakan serangan yang akan membuat kerusakan yang hebat. Kami menyarankan bagi setiap perusahaan untuk memindai jaringan mereka sesering mungkin, dan menyelidiki akan terjadinya serangan.â
Serangan lewat DDoS juga menghasiklan kekhawatiran baru. Ini terkait dengan sejumlah data penting di database mereka. Misalnya, Kementrian Luar Negeri Brasil yang memiliki database warga Brasil maupun pendatang yang bisa saja dicuri oleh para peretas ini. Bahkan, menurut sumber dari Kemenlu Brasil, setidaknya terdapat 55 akun surel yang telah diretas. Meski, Anonymous menyatakan mereka telah meretas 333 akun surel.
Selain menyerang lewat DDoS, mereka juga bersiap untuk melakukan deface terhadap sejumlah situs. Mengubah DNS dan mengarahkannya ke situs lain adalah hal yang telah mereka lakukan. Anonymous Brasil terfokus untuk mengarahkan para pengunjung situs ke video yang dibuat khusus sebagai anti-kampanye Piala Dunia.
Teknik apapun yang mereka lakukan, ini akan membuat pihak keamanan situs di seluruh dunia waspada. Besarnya serangan akan menghasilkan dampak merusak yang besar pula.
Langkah yang efektif untuk menyadarkan FIFA dan Pemerintah Brasil bahwa banyak dari rakyat mereka turun ke jalan. Mereka bukan menentan Piala Dunia, melainkan arogannya anggaran Brasil untuk rakyat miskin.
Jika FIFA tidak mendengar, biarlah sponsor mereka yang merasakan dampak dari Piala Dunia itu sendiri. Mereka memiliki nilai tawar yang tinggi untuk menuntut perubahan dan transparansi dari FIFA.
Peretas adalah Robocop versi lunak. Ledakan senjata mereka tak sebesar granat kejut, tapi cukup mampu untuk menggetarkan jantung Pemerintah Brasil yang data-data kerahasiaannya sewaktu-waktu bisa dicuri.
Protes bukanlah sebuah tindakan kriminal, tapi menghajar para demonstran dengan peluru, dan pentungan adalah tindakan kriminal oleh mereka yang kebal hukum. Terlebih korupsi besar-besara yang dilakukan pemerintah Brasil pun adalah bentuk kriminal tertinggi. Kini, para peretas mencuri dan menghancurkan database situs. Ya, itu adalah tindakan kriminal, tapi tanpa kekerasan. Impas?
[video id="mFBa7Dp3F08" site="youtube"][/video]
Â
Sumber gambar: primeiraedicao.com
[fva]
Komentar