Inilah Alasan Kenapa Inggris Bermain Cepat dan Italia Bermain Lambat

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 56413

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Inilah Alasan Kenapa Inggris Bermain Cepat dan Italia Bermain Lambat

Beberapa gaya bermain sebuah tim telah menjadi stereotipe dalam dunia sepakbola. Sebut saja "Brazillian Football", Italian Football", "England Football", "German Football" dan masih banyak lagi. Dengan pelabelan ini, kita seolah bisa membayangkan gaya bermain tim-tim tersebut.

Setiap negara memang memiliki ciri khas tersendiri dalam permainan sepakbolanya. Iklim, kultur budaya, sosial, dan kondisi ekonomi sedikit banyak telah mempengaruhi gaya bermain sebuah tim. Karena hal inilah sepakbola menjadi terbagi ke dalam beberapa tipe seperti yang sudah dikemukan di awal paragraf.

Inggris memperagakan sepakbola cepat pun bukan karena mereka ingin melakukannya, tapi ada faktor lain yang membuat mereka harus bermain seperti itu. Pada kasus ini, faktor cuaca lah yang membuat Inggris sering menampilkan sepakbola cepat atau yang lebih dikenal dengan sebutan kick n` rush.

"Ini semua karena iklim," ujar Fabio Capello, pelatih asal Italia yang merupakan mantan pelatih Inggris. "Saya pernah berbicara banyak tentang hal ini bersama Andy Roxbrough (manajer asal Skotlandia). Saya melatih usia muda Skotlandia dan ingin mengajarkan hal yang sama dengan apa yang saya ajarkan di Italia. Kemudian saya menyadari angin, hujan, dan cuaca dingin di sana tidak memungkinkan untuk melakukannya (metode Italia). Bagi saya, ini sudah menjadi alasan jelas mengapa Brasil bermain lebih berteknik dari Eropa." tambah Capello.

Memang ada sebuah stereotip yang mengatakan bahwa pemain yang berasal dari iklim lebih hangat secara alami akan lebih unggul dari segi teknik. Ini karena mereka bisa menghabiskan waktu latihan lebih lama di lapangan, lebih lama latihan menggunakan bola.

Gianluca Vialli dalam buku The Italian Job, mengungkapkan dirinya penasaran dengan anggapan ini. Menurutnya, rata-rata temperatur di tiga kota Inggris adalah 10°C, sedangkan di kota Italia rata-rata 13,7°C. Lalu pada bulan September hingga Mei di mana musim liga berlangsung, rata-rata temperatur kota London 9°C, lebih rendah dibandingkan di kota Milan (9,9°C) atau Turin (9,7°C). Perbedaan yang tak terlalu signifikan ini sempat membuat Vialli frustrasi. Karena sebenarnya ia juga menyadari bahwa Inggris itu jauh lebih dingin daripada Italia.

Namun setelah ia sempat dibingungkan oleh pertanyaan ini, akhirnya ia menemukan jawaban yang ia inginkan. Kecepatan anginlah yang membuat Inggris lebih dingin dari Italia.

Rata-rata kecepatan angin per bulan di Inggris adalah 15,3 kilometer per jam, sedangkan di Italia 10,3 kilometer per jam. Angka inilah yang kemudian menjawab semua pertanyaan Vialli. Fakta tersebut membuktikan bahwa angin yang bertiup di Inggris 50% lebih kencang dari Italia.

Berdasarkan penemuannya ini, ia kemudian menyimpulkan bahwa iklim bisa mempengaruhi perkembangan seorang pesepakbola. Walaupun terdengar sepele, tapi menurutnya iklim benar-benar memiliki peran yang sangat besar terhadap pemilihan metode latihan yang nantinya berdampak pada gaya bermain tim tersebut.

Arsene Wenger, pelatih Arsenal pun sependapat dengan anggapan Vialli ini: "Ketika pertama kali saya datang ke Inggris, hal yang membuat saya harus menyesuaikan diri adalah cuaca. Angin di sini mengacaukan. Ini memaksa saya hanya melakukan satu metode latihan. Angin membuat saya harus melatih kecepatan dan pergerakan agar pemain tetap dalam kondisi terbaiknya. Sangat jarang seorang pemain mendapatkan kesempatan untuk bermain tenang dan menunjukkan teknik atau pun menerapkan taktik. Saya harus membuat pemain saya bisa konsisten terus bergerak agar pemain saya tidak kedinginan."

Jika menangkap apa yang diungkapkan Capello, Vialli dan Wenger, sepakbola Inggris memiliki metode latihan yang lebih mengutamakan latihan fisik ketimbang latihan teknik dan taktik. Ini tak lepas dari cuaca Inggris yang sangat dingin memaksa para pelatih Inggris lebih ingin membuat para pemainnya bisa bertahan selama 90 menit dalam cuaca dingin ketimbang melatih teknik dan taktik.

Minimnya waktu melatih taktik membuat Inggris tak "sempat" memikirkan variasi taktik lain. Yang ada hanyalah bagaimana caranya bisa secara konsisten menyerang selama 90 menit. Salah satu jawabannya adalah dengan meningkatkan fisik.

Cuaca dingin mengakibatkan para pemain Inggris dituntut untuk bermain lebih aktif dalam bergerak, berlari, mencari ruang, dan segala hal yang tidak membuat pemain tersebut bermain santai. Jika tidak, maka angin akan membekukan otot para pemain. Sehingga pemain tersebut akan bermain tak maksimal.

Maka dari itu kita lebih sering melihat tim-tim liga Inggris yang bermain dengan cepat. Di EPL kita akan sering melihat tim yang melakukan jual beli serangan karena tak "sempat" memikirkan caranya bertahan. Jarang sekali ada tim EPL yang bermain lamban, menguasai bola di area pertahanan sendiri. Mereka menghindari permainan yang bisa mengakibatkan tempo melamban. Karena tempo lamban akan membuat pemain-pemainnya jarang mendapatkan bola yang akibatnya "kedinginan".

Sangat berbanding terbalik dengan tim-tim asal Italia yang cenderung lebih sabar dalam melakukan penyerangan. Tim-tim asal Italia bisa minding game, menerapkan kapan menggunakan taktik bertahan dan kapan menggunakan taktik menyerang. Alasannya hanya satu, ketika latihan Italia bisa melakukan banyak metode ketimbang Inggris yang hanya memfokuskan fisik.

Komentar