Kolombia memang kalah dari Brail, 1-2, pada Sabtu (5/7) dini hari lalu. Kekalahan dari sang tuan rumah itulah yang kemudian memaksa anak asuh Jose Pekerman itu harus pulang lebih cepat. Meski hanya sampai perempat final, toh, kepulangan James Rodriguez dkk. itu tetep mendapat sambutan hangat dari masyarakat Kolombia.
Minggu (6/7) waktu setempat, pesawat dari maskapai Avianca tiba di bandara El Dorado, Bogota, dari Brasil. Pesawat itulah yang membawa skuat timnas Kolombia kembali dari Brasil. âIni adalah penerbangan terbaik dalam hidup saya,âujar Nadia Caracol, pramugari Avianca yang bangga bisa membawa pulang Los Cafeteros.
Di lobi bandara, para pendukung Kolombia sudah menunggu anak asuh Jose Pekerman. Mereka semua, memang, sudah tak sabar menunggu kepulangan Los Cafetros. Bus atap terbuka juga sudah disiapkan. Bus itulah yang sedianya  dipakai untuk mengarak James Rodriguez keliling kota.
âKami sangat senang bisa menunggu di sini (di bandara). Ini adalah tim yang hebat. Dan kami sangat bangga,â kata Eduardo, seorang pendukung Kolombia yang menunggu kedatangan tim pujaannya di bandara bersama putri kecilnya.
Setibanya di luar bandara, seluruh penggawa Kolombia langsung diarahkan ke dalam bus. Sebelum, para pemain masuk ke bus, masyarakat Kolombia menciumi tangan para pemain. Sebagai ucapan terima kasih atas perjuangan Juan Cuadrado cs. selama di Brasil.
âTerima kasih atas doa dan dukungan kalian. Kami semua mencintai kalian,â ujar, James Rodriguez di tengah arak-arakan.
Memang, apa yang dilakukan masyrakat Kolombia, Bogota khususnya, tak bisa dibilang berlebihan. Sebelumnya, kepulangan timnas Aljazair pun mendapat sambutan yang kurang lebih sama dengan apa yang ada di Bogota. Mungkin juga itu sudah menjadi standar operasional dan prosedur penyambutan kontingen yang pulang dari Pial Dunia. Terlebih, tahun ini, adalah pencapaian terbaik Los Cafeteros sejak kali pertama ikut Piala Dunia pada tahun 1962.
Kita, bangsa ini, jelas belum pernah melakukan hal serupa. Karena, memang, timnas kita belum pernah berlaga di pesta sepakbola terakbar di dunia itu. Lantas, kapan kiranya kita bisa seperti Kolombia? Nanti, setelah para politisi kita sedikit âdewasaâ. Ketika timnas dan federasi tak dijadikan alat kampanye untuk mendulang suara oleh para penguasa.
[foto: dailymail & FIFA.com]
(mul)
Komentar