FIFA baru saju menunjuk Nicola Rizzoli untuk memimpin laga final Piala Dunia 2014 antara Jerman melawan Argentina senin dini hari (14/7). Nantinya wasit asal Italia tersebut akan ditemani oleh Renato Faverani dan Andrea Stefani sebagai asisten wasit. Rizzoli sendiri sebelumnya telah memimpin tiga pertandingan pada Piala Dunia kali ini: Spanyol-Belanda, Nigeria-Argentina, dan Argentina-Belgia.
Mantan wasit FIFA, Graham Poll, menyatakan FIFA telah lakukan tindakan tepat dengan menunjuk Rizzoli sebagai pengadil pada laga final nanti. Pengalaman Rizzoli dua kali memimpin laga Argentina serta pernah pula menjadi memimpin laga Bayern Munich pada Liga Champions akan membuatnya lebih mudah dalam memimpin pertandingan. Bayern tentunya memiliki sedikitnya enam pemain yang juga menjadi bagian dari tim nasional Jerman.
âRizzoli memiliki CV yang bagus untuk menjadi pengadil pada laga final nanti. Saya berharap ia bisa memimpin laga final dengan mudah seperti yang dilakukan Collina pada final Piala Dunia 2002, bukan seperti mengijinkan pertandingan brutal ala Howard Webb empat tahun lalu,â
Menurut Poll, memiliki pengetahuan tentang pemain yang akan terlibat di laga yang akan dipimpinnya adalah sebuah keuntungan bagi wasit. Pengetahuan tersebut akan membuat sang wasit terminimilasir dari keputusan-keputusan yang bisa merugikan satu bahkan kedua tim.
Hal tersebut diamini oleh mantan wasit terbaik dunia, Pierluigi Collina, dalam buku âThe Italian Jobâ karya Gianluca Vialli dan Gabriele Marcotti: âBeberapa wasit tidak ingin tahu apapun tentang tim yang akan dipimpinnya, dan saya adalah orang yang menentang hal tersebut. Malam sebelum final Piala Dunia 2002 antara Jerman melawan Brasil, saya menyaksikan satu persatu pertandingan kedua tim selama kompetisi berlangsung. Saya ingin mengetahui karakteristik para pemainnya,â ujar Collina yang pensiun menjadi wasit pada 2005 lalu.
Collina punya alasan kuat mengapa wasit perlu melakukan âscoutingâ terhadap para pemain. Dengan mengetahui karakteristik pemain, wasit bisa memprediksi gerakan para pemain kita di lapangan nantinya. Dengan begitu, wasit akan tahu harus ke mana ia akan bergerak. Wasit tentunya harus mencari posisi ideal untuk melihat bola dengan jelas agar bisa melakukan keputusan yang tidak merugikan bagi kedua tim yang sedang bertanding.
âSudah pasti wasit akan selalu bergerak di belakang bola, itu karena wasit bergerak mengikuti pemain. Tapi dengan pengetahuan tentang karakter pemain, wasit bisa menebak apa yang akan terjadi berikutnya di lapangan. Tentunya itu akan memudahkan wasit dalam engambil keputusan,â wasit berkepala plontos ini menambahkan.
âSebagai contoh, jika saya memimpin laga Inter Milan di mana [Sinisa] Mihajlovic bermain, saya tahu ia selalu bergerak di sisi sebelah kiri pertahanan lalu melakukan umpan 4-5 meter pada area kosong untuk dikejar Obafemi Martins. Jika saya tak mengetahui hal itu, mungkin saya akan kewalahan untuk mengejar kecepatan bola karena saya tak secepat Martins. Tapi dengan pengetahuan tersebut, saya bisa mengantisipasinya dengan bergerak mendekati area bola yang akan diarahkan Mihajlovic dengan melihat posisi Martins.â
Namun meski pengetahuan ini sangat membantu wasit, Collina pun tak menyangkal bahwa hal ini tak bisa berlaku bagi setiap pemain, âIni tak bisa berlaku bagi semua pemain,â Collina kembali menjelaskan. âApalagi jika anda menghadapi pemain seperti Francesco Totti atau Ronaldinho. Sangat mustahil untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi ketika bola berada di kaki mereka.â
Inilah yang mungkin menjadi rahasia Collina menjadi wasit terbaik dunia versi IFFHS 6x berturut-turut pada 1998-2003. Dan mungkin ini pula yang menjadi alasan dibalik penunjukkan Rizzoli untuk memimpin laga final oleh FIFA.
foto: independent.co.uk
[ar]
Komentar