Beberapa saat setelah kemenangan Argentina atas Belanda, Neymar turut berkomentar. Ia begitu ingin rekannya di Barcelona, Lionel Messi, mengangkat trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya. Ia beralasan bahwa Messi memang pantas untuk melakukan hal tersebut.
Pernyataan ini membuat sejumlah fans Brasil berang. Sebagai negara yang bertetangga dan memiliki sejarah rivalitas sepakbola yang panjang, mereka tak ingin melihat Argentina juara di tanah sendiri.
Ketika Piala Dunia hampir bergulir sebulan lalu, rivalitas tersebut sudah mulai memanas. Timnas Argentina mendapatkan cemoohan dan ejekan kala berlatih di sesi latihan pertama mereka. Sekitar lima ribu pendukung Brasil, mendatangi stadion Indenpendencia, Belo Horizente. Tujuannya tak lain adalah ingin memberi tekanan mental bagi skuat asuhan Alejandro Sabella tersebut.
Seorang pendukung Argentina pun mencibir atas apa yang fans Brasil lakukan terhadap mereka. Menurutnya, ejekan tersebut tidak akan berarti apa-apa jika Argentina berhasil mengangkat trofi sebulan lagi.
Hal itu nyatanya hampir terwujud. Argentina berhak melaju ke final untuk menghadapi Jerman yang membantai Brasi 7-1 di babak semifinal.
Bek Argentina, Pablo Zabaleta, mengaku ingin membuat iri fans Brasil. âLaga final ini akan menjadi sangat spesial, karena kami bermain di Brasil. Fans mereka telah menjadi musuh kami di Piala Dunia ini. Terkadang, jika Anda bermain di depan orang-orang yang memusuhimu, (biasanya) akan ada kekuatan tambahan.â
Rivalitas Argentina dan Brasil di sepakbola memang begitu panas. Kedua tim memiliki prestasi yang sering kejar-kejaran. Brasil juara lima kali Piala Dunia, sedangkan Argentina dua kali. Di Amerika Selatan, Argentina unggul dengan menjadi juara Copa America sebanyak 14 kali, sedangkan Brasil hanya delapan kali. Di Piala Dunia U-20, tim muda Argentina menjuarai kompetisi tersebut sebanyak enam kali, sedangkan Brasil lima kali.
Begitu pula dari para pemainnya. Brasil memiliki Pele yang dianggap sebagai pemain terbaik di dunia. Sementara Argentina, memiliki Maradona yang tak kalah mengagumkannya.
Di kompetisi liga, klub Argentina tampaknya lebih menonjol dari hal prestasi di Amerika Selatan. Di Copa Libertadores, tim Argentina menang 22 kali, sedangkan Brasil 17 kali.
Di partai final, fans Brasil lebih memilih untuk mendukung Jerman. Padahal, Der Panzer yang membuat malu muka mereka dengan menang 7-1 atas Selecao. Tapi, kekalahan itu akan bertambah sakit jika Argentina yang menjadi juara dunia.
Begitu pula dari pemerintah Brasil. Presiden Brasil, Dilma Rousseff sendiri yang akan memberikan trofi kepada sang kapten, Lionel Messi, dan bukan Thiago Silva.
Pengamat kultur sepakbola Amerika Latin, Oliveira Santos, mengatakan, fans Brasil akan mendapatkan pukulan yang luar biasa jia Argentina yang akhirnya memenangi gelar. Ia mengibaratkan sebuah keluarga membuat pesta, tapi sang tetangga malah mengacaukan dan mengambil semua yang ada. Hal ini pernah terulang saat Uruguay mengalahkan Brasil dalam tragedi Maracanazo tahun 1950 silam. Maracana ditakdirkan memang untuk selalu tempat mengulang dendam dan iri.
Namun, fans Brasil tidak semestinya menyalahkan Argentina karena mampu tampil di babak final. Salahkanlah pelatih mereka yang selalu memainkan skema monoton di tiap pertandingan, sehingga lawan dapat dengan mudah menetralisir serangan dan memanfaatkan celah yang mereka buat.
[fva]
Komentar