Pasti banyak yang mempertanyakan apa indikator âtegangâ dan âseriusâ tersebut? Tidak ada alat untuk mengukur bagaimana sebuah era dalam sepakbola bisa disebut âtegangâ dan âseriusâ.
Tapi ada satu hal yang tidak bisa dibohongi: ekspresi wajah. Ya, ekspresi wajah pesepakbola ketika menjadi bintang iklan jersey bisa menjawab segalanya.
Analis sepakbola asal Inggris, Adam Hurrey, mengemukakan adanya korelasi antara iklan jersey klub dengan citra sepakbola masa kini.
Tentu, sepakbola tak bisa lepas dari jersey. Bahkan, penghasilan utama klub biasanya dari sponsor yang melekat di dada. Belum lagi, nilai sponsor apparel yang makin tinggi dari tahun ke tahun.
Di awal 1980-an, klub sudah mengerti benar bagaimana jersey memengaruhi pemasukan komersial mereka. Klub mengemas jersey dengan semenarik mungkin. Tidak lupa, ruang untuk pengiklan pun juga sudah disiapkan, Â jika sewaktu-waktu ada sponsor yang berminat.
Era Sepakbola Santai
Pada 1981 ketika Umbro menguasai Britania Raya, mereka membuat sebuah iklan jersey yang berisi klub yang mereka sponsori. Bintang iklannya bukan pemain profesional, melainkan anak-anak dengan perlengkapan sepakbola lengkap.
Di antaranya Everton, Newcastle United, Arsenal, Rangers, Celtic, Wolverhampton Wanderers, hingga sang juara, Liverpool.
Anak-anak tersebut terlihat riang gembira sembari tersenyum. Senyuman jujur ini seolah memperlihatkan mereka begitu nyaman dan menikmati. Tidak lupa, Umbro menuliskan tagline di pojok kanan bawah: âThe Choice of Championsâ.
Ini juga diikuti oleh foto timnas Inggris yang mengenakan Umbro. Ketik para pemain menyadari bahwa mereka dapat melakukan hal lebih di luar sepakbola, mereka pun melakukan sesi foto untuk perkenalan jersey. Anggota timnas Inggris ini melemparkan senyum ke kamera.
Sama seperti anak-anak tadi, sesi foto dilakukan di sebuah studio dan sepertinya hanya menggunakan pencahayaan seadanya.Tak ada editing yang berlebihan.
Hal yang sama juga dilakukan Liverpool sebagai pengoleksi gelar juara terbanyak liga Inggris, kala itu. Fotonya nyaris template dengan sejumlah klub lain. Mereka berfoto di stadion yang kosong, tepat saat matahari masih bersinar. Sembari tersenyum, mereka seolah ingin mengatakan: âKamilah, juaranya.â
Anda Dilarang Tersenyum di Premier League
Ketika Premier League bergulir pada 1992, segalanya seolah berubah. Selain Liverpool yang tidak pernah juara liga lagi, ada satu perbedaan yang sangat mencolok dari pengambilan foto saat perkenalan jersey. Pun dengan model jerseynya. Di era ini, lebih banyak baju merah berlogo Manchester United, ketimbang Liverpool.
Hal monumental dari jaman ini adalah tidak adanya pemain yang tersenyum saat  melakoni sesi pemotretan. Mereka seolah-olah ingin mencitrakan sepakbola sebagai permainan yang cool dan sangat maskulin. Hal yang sama juga memengaruhi timnas Inggris. Tak ada lagi senyuman yang terkembang. Mereka seolah jenuh dengan kegagalan mereka di ajang kompetitif. Mereka hanya memandangi kamera, ya sudah, begitulah.
Era yang cukup mencolok adalah celana yang mereka gunakan, sedikit lebih panjang ketimbang sepuluh tahun sebelumnya yang lebih mirip hotpans. Area lengan pada jersey pun dibuat lebih lebar, terkadang juga sedikit panjang, sehingga terlihat seperti memakai baju yang terlalu besar.
Masa-masa Serius
Entah mesti bersyukur atau bagaimana, tapi sepakbola di masa kini, terutama pada abad ke-21, sepakbola terlihat begitu serius. Di sini para pemain seperti mencari ribut dengan memasang wajah yang terlihat kesal. Tampak lebih gagah, memang, tapi tatapan mata para pemain, biasanya, tajam. Seolah-olah hendak menerkam mangsa.
Apa mungkin sepakbola masa kini terlihat semengesalkan itu, sehingga mood mereka di lapangan terbawa ke dalam sesi pemotretan?
Yang jelas, sesi pemotretan jersey away Liverpool ini tergolong epik. Empat pemain yang menjadi model, lebih mirip seperti keluarga serigala dalam film romantis Twilight. Latar belakang mereka tidak menyiratkan satu hal pun yang berbau sepakbola. Bayangkan, latar mereka adalah awan gelap dengan bulan purnama di belakangnya!
Atau lihat bagaimana wajah Bred Friedel dalam jersey Tottenham Hotspur. Ia lebih mirip villain di film X-Men ketimbang menjadi seorang kiper.
Pun dengan Gareth Bale yang juga mirip Wolverine dengan jambang yang belum habis dicukur, dan tangan yang mengepal. Seolah-olah pisau tajam akan keluar dari sela-sela jarinya.
Hal yang mengejutkan, dan sedikit aneh, tentu saja ada di iklan jersey Chelsea. Empat pria yang setengah telanjang mencelupkan dirinya ke dalam tinta berwarna biru. Tubuh mereka pun tertutupi oleh cairan biru. Sama sepeti yang sudah-sudah, tatapan mata para model jersey Chelsea ini tetap tajam, sangar. Tak ada sedikitpun senyum.
Tersenyumlah Wahai Pesepakbola
Kini, sepakbola tak lagi dianggap sebagai hiburan. Mereka memainkannya dengan serius dan tegang. Anda pasti lihat bagaimana para pemain Arsenal memperlakukan rambutnya sebelum bertanding. Mereka memperlakukannya mirip kala sesi pemotretan. Rambutnya diberi gel dan disisir rapi sehingga terlihat begitu kelimis.
Liga Inggris seolah kehilangan para pemain dengan rambut blonde lurus dengan poni yang menutup dahi, sesuatu yang memang sering kita jumpai saat perkenalan kita dengan liga yang termasyur itu. Tapi hari ini? Hari ini tidak ada senyuman yang terkembang di wajah-wajah pemain bola. Semuanya terasa begitu kaku dan tidak masuk akal.
Ayolah para pesepakbola, ini bukan waktunya lagi untuk terlihat cool dan seksi. Seserius apapun para pemain United memperkenalkan jersey Chevroletnya, toh mereka tak akan bermain di Eropa musim depan. Santailah dan nikmati pertandingan.
Disadur dari: babb.telegraph.co.uk
Sumber gambar: Telegraph.co.uk
[fva]
Komentar