Wasit asal Italia, Nicola Rizzoli, mengisahkan pengalamannya menjadi wasit final Piala Dunia Brasil beberapa waktu lalu. Baginya bisa memimpin di laga final tersebut merupakan pencapaian terbaik selama kiprahnya sebagai wasit. Menurutnya, memimpin partai final seperti mimpi bagi pria berusia 42 tahun ini.
âMenjadi wasit adalah gairah yang tak ada habisnya. Final Piala Dunia merupakan momen tak terlupakan. Ini merupakan puncak prestasi saya yang memimpikan hal ini sejak 16Â tahun lalu. Usaha saya selama ini tak sia-sia,â ujar Rizzoli ketika diwawancarai Gazzeta dello sport.
Rizzoli juga mengatakan bahwa pada Piala Dunia kali ini ia awalnya hanya menargetkan bisa memimpin salah satu pertandingan semi-final, "Saya berharap untuk berlaga di semi-final. Itu adalah tujuan yang lebih realistis. Lalu saat pengumuman itu, Delegasi Argentina dari FIFA mengatakan 'Rissoli', seolah-olah ia mengatakan dengan logat Bologna. Saya tidak menyadarinya dengan segera. Barulah ketika Andrea [Stefani, salah seorang asistennya] menendang kaki saya, saya baru tersadar bahwa saya lah yang terpilih untuk laga final.â
Ia pun kemudian bercerita tentang insiden yang dialami gelandang Jerman, Cristoph Kramer, pada laga final tersebut. Kramer yang main sejak menit pertama menggantikan Sami Khedira karena cedera saat pemanasan, terlihat linglung setelah bertabrakan dengan Ezequiel Garay. Gelandang berusia 23 tahun itu pun kemudian digantikan Andre Schuerrle.
"Tak lama setelah bertabrakan dengan Garay, Kramer datang kepada saya dan bertanya: 'Ref, apakah ini laga final?', saya pikir dia sedang bercanda, namun ia mengulangi pertanyaan itu dan berkata: âRef, Aku perlu tahu apakah ini benar-benar pertandingan final atau bukan'.â
Rizzoli pun kemudian mendapatkan ucapan terima kasih dari Kramer ketika ia memberi tahu pemain yang membela Borussia MâGladbach itu bahwa saat itu adalah laga final. Karena khawatir, Rizzoli pun menyarankan pada Bastian Schweinsteiger agar Kramer diganti. Tujuh menit setelah itu barulah Jerman menarik keluar Kramer.
Hal lain yang menjadi pelajaran penting bagi Rizzoli adalah tentang teknologi garis gawang dan penggunaan spray untuk batas pagar betis. Ia ingin membahasnya dengan FIGC, Federasi Sepakbola Italia, agar bisa meniru hal tersebut dan digunakan di Serie A musim depan.
"Penggunaan spray ini sangat membantu, begitu pun dengan teknologi garis gawang. Saya rasa ini bisa jadi solusi terbaik disamping wasit tambahan â di Italia menggunakan 5 wasit. Atau setidaknya penggunaan replay, semuanya masih akan didiskusikan.â
Sementara itu, meski telah memenuhi ambisinya sebagai wasit final Piala Dunia, Rizzoli masih belum mau pensiun sebagai wasit. Ia masih ingin berprofesi sebagai wasit setidaknya hingga gelaran Piala Eropa 2016 nanti.
"Dapatkah saya tampil di Euro 2016? Kita lihat saja nanti. Saya akan terus bekerja keras untuk sampai ke sana. Karena rekan-rekan lain seperti Gianluca Rocchi, Paolo Tagliavento dan Daniele Orsato yang usianya lebih muda bisa tampil di Euro bahkan Piala Dunia berikutnya dengan mudah,â ujar Rizzoli mengatakan masa depannya. â Pensiun? Anda pasti bercanda. Menjadi wasit adalah hal yang paling indah dalam hidup saya," tambahnya.
[ar]
Komentar