Sepakbola Ukraina kembali mendapat efek negatif dari krisis perang yang terjadi dalam negeri. Setelah beberapa waktu lalu pemain âasingâ Shakhtar Donetsk enggan kembali bergabung dengan tim, kali ini 2 tim dari divisi utamanya mengundurkan diri dari liga Ukraina dan lebih memilih bergabung dengan liga Rusia.
Adalah SC Tavriya Simferopol dan SKChF Sevastopol yang telah dinyatakan bergabung dengan asosiasi sepakbola Rusia pada musim depan. Tavriya, juara liga Ukraina pada musim pertama sejak memisahkan diri dari Uni Soviet, musim lalu menempati posisi terbawah klasemen, sedangkan Sevastopol, berhasil duduk di peringkat 9 di divisi teratas liga Ukraina tersebut.
Melihat keadaan ini, Federasi Sepakbola Ukraina (UFF) mempertanyakan keputusan FIFA dan UEFA yang dikabarkan mengesahkan perpindahan dua tim tersebut. UFF sebenarnya berharap FIFA dan UEFA bisa ikut menimalisir terjadinya konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Karena pindahnya Tavriya dan Sevastopol ini bisa memperkeruh keadaan.
âKami tak bisa berbuat banyak, ini di luar kekuasaan kami,â ujar Pavel Tovonen, juru bicara UFF, pada Asosiasi Pers Ukraina. âKami berharap badan yang berwenang ini menindaklanjuti permasalahan ini.â
Kepindahan Tavriya dan Sevastopol ini memang sudah direncanakan keduanya sejak beberapa bulan yang lalu. Namun mereka menunggu pengesahan dari FIFA dan UEFA hasil dari pertemuan antara pihak Tavriya, Sevastopol dan pihak dari FIFA dan UEFA yang diadakan pada 22-23 Maret lalu di Kazakhstan. Begitu sebagian wilayah utara Ukraina telah dinyatakan kembali dimiliki Rusia, dua tim ini pun pindah liga tanpa hambatan.
Hal tersebut kemudian diamini oleh Sergei Stepashin, mantan Perdana Menteri Rusia yang sekarang menjabat sebagai Komite Sepakbola Rusia. Ia mengatakan kepindahan keduanya telah mendapat restu dari FIFA dan UEFA sebagai lembaga yang lebih berwenang. Sehingga tak akan ada sanksi yang akan menimpa Tavriya dan Sevastopol.
Sedikit mengenai perselisihan antara Ukraina dan Rusia di wilayah yang meliputi klub Tavriya dan Sevastopol, kedua tim ini berada di wilayah semenanjung Krimea pada abad ke-18 sudah menjadi memang telah identik dengan peperangan walaupun secara global. Di dekat semenanjung tersebut, tepatnya di Laut Hitam, terdapat markas angkatan laut milik Rusia.
Pada 1883-1886, angkatan militer Rusia berhasil memenangi peperangan melawan kerajaan Ottoman yang didukung oleh Inggris dan Prancis. Konflik yang menewaskan lebih dari setengah juta penduduk ini, merupakan awal dari âpembuka jalanâ Perang Dunia pertama.
Namun kedamaian di wilayah ini pecah bersama bubarnya Uni Soviet pada 1991. Ukraina memilih untuk memerdekakan diri dan Sevastopol termasuk daerah milik Ukraina yang sah secara otonom. Meskipun begitu, 60% dari sekitar 2 juta populasi di semenanjung Krimea  ini mengidentifikasi diri mereka sebagai etnis Rusia. Inilah yang kemudian muncul gerakan Pro-Rusia yang pada akhirnya mengakibatkan perang hingga masa sekarang.
foto: blogs.canoe.ca
[ar]
Komentar