Pelatih sepakbola memiliki caranya masing-masing untuk mengisi waktu jeda pertandingan istirahat. Ada yang melakukan arahan strategi baru untuk babak kedua, ada yang membiarkan pemainnya beristirahat, ada yang mengevaluasi permainan babak pertama, dan berbagai cara lainnya.
Pada jeda babak pertama ini, para pemain memang diharapkan untuk memulihkan kondisinya agar bisa memulai babak kedua dalam kondisi prima. Pemain memiliki waktu 15 menit untuk bisa mengembalikan kondisi tubuhnya.
Namun pertanyaannya kemudian adalah apa yang sebaiknya dilakukan pemain pada waktu jeda ini agar siap menghadapi babak kedua?
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dilakukan oleh peneliti Northumbria University, Dr. Mark Russell menemukan bahwa banyak pemain yang memulai babak kedua dengan kadar glukosa dalam darah yang rendah. Padahal, memulai pertandingan dengan kondisi itu akan berpengaruh pada penurunan performa.
Untuk itu seorang pemain biasanya akan mengkonsumsi minuman olahraga yang mengandung glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darahnya. Secara logika memang ketika kita membutuhkan glukosa maka kita cukup mengkonsumsinya. Namun ternyata, penelitian ini juga menemukan bahwa mengkonsumsi minuman olahraga saat istirahat tak akan meningkatkan kadar glukosa itu..
Penyebabnya adalah tubuh manusia memiliki satu mekanisme yang bekerja saat kita mengkonsumsi glukosa dalam jumlah banyak. Tubuh kita memiliki hormon insulin yang akan bereaksi ketika darah kita kelebihan glukosa. Insulin akan mengirimkan glukosa pada darah ke sel-sel dalam tubuh.
Karena itulah ketika kita mengkonsumsi banyak minuman berenergi yang mengandung glukosa, tubuh akan bereaksi dengan memproduksi banyak insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap dalam jumlah normal. Padahal ketika itu kita sedang membutuhkan banyak glukosa dalam darah untuk energi.
Namun tubuh manusia juga memiliki hormon lain yang bernama hormon adrenalin. Adrenalin memiliki fungsi yang bertolak belakang dengan insulin.
Saat berolahraga, tubuh kita akan mengkonsumsi banyak adrenalin. Hal ini bertujuan untuk membuat kadar glukosa dalam darah mencukupi sehingga tubuh dapat menghasilkan banyak energi. Selain itu, meningkatkan jumlah produksi adrenalin secara otomatis akan menekan jumlah produksi insulin.
Dari sini muncul gagasan soal melakukan pemanasan aktif saat jeda babak pertama. Dengan begitu tubuh tidak akan menurunkan produksi adrenalin. Dengan begitu, tubuh juga tidak akan meningkatkan produksi insulin meski kita mengkonsumsi minuman berolahraga. Maka, glukosa yang kita konsumsi pun bisa tetap berada dalam darah dan siap diubah menjadi energi.
Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang ini membandingkan antara pemain yang melakukan pemanasan dengan yang tidak, saat jeda babak pertama. Penelitian ini menemukan bahwa pemain yang tidak melakukan pemanasan mengalami penurunan kecepatan sprint dan vertical jump maksimal di babak kedua. Karena itulah disarankan kepada para pemain untuk melakukan pemanasan saat jeda babak kedua.
Hanya saja memang belum ada penelitian yang menggabungkan pemanasan dengan konsumsi glukosa dalam kaitannya dengan performa di babak kedua. Dengan logika sederhana kita bisa melihat bahwa hal ini mampu menjaga jumlah glukosa saat memulai babak kedua. Dengan begitu pemain akan memiliki energi yang cukup untuk menjaga performa sang pemain.
Karena itulah para pelatih juga harus mulai sadar soal pentingnya menjaga kondisi pemain pada jeda antar babak. Menyiapkan strategi baru untuk mengalahkan lawan memang penting. Namun ketika para pemain sudah tidak punya tenaga, strategi sebaik apapun hanya akan menjadi hal yang sia-sia.
Komentar