Pondasi-pondasi yang menjadikan sebuah liga menjadi berkualitas adalah persaingan antar klub, keberadaan pemain bintang, finansial klub, dan berjayanya klub-klub itu di kompetisi Eropa seperti Liga Champions atau Europa Leaque.
Berbicara tentang Serie A beberapa tahun terakhir pastilah tidak seseru membicarakan Liga Inggris atau La Liga. Â Terlepas apapun yang tawarkan Bundesliga, jelas itu tidak seseru La Liga dan EPL. Dan ironisnya Serie-A kini kastanya berada di bawah Bundesliga.
Sebenarnya kalau melihat bagaimana jalannya pertandingan-pertandingan Serie A, kualitas dari liga nya sendiri tidak buruk-buruk amat. Di Giornata ke 2 kemarin, ada pertandingan seru antara Parma vs Milan, dan ada Inter Milan yang mencukur Sosasoulo membuat Seria A tetap menarik untuk disimak.
Kalau melihat peta kekuatan beradasarkan skuad klub-klub Serie A musim ini, setidaknya ada tiga calon juara dan enam klub yang akan saling sikut untuk memperebutkan tiga spot Champions League, cukup kompetitif kalau di bandingkan La Liga yang hanya didominasi Real Madrid, Atletico Madrid dan Barcelona.
Pada musim ini di Italia sendiri, Juventus, Roma dan Napoli jelas akan menjadi favorit juara jika berkaca pada hasil di musim lalu. Datang nya Allegri ke Juventus mengubah total poros persaingan di persepakbolaan Italia, dan memberi harapan kepada kompetitor Juventus bahwa peluang juara itu ada.
Namun, meskipun kompetisi Serie A kompetitif, performa memble dari klub Serie A di Champions League dan Europa League menjadi alasan kenapa koefisien liga eropa mereka merosot ke posisi 5 di bawah liga Portugal.
Padahal di bandingkan liga Portugal, Serie A jelas mempunyai sejarah lebih bagus di Eropa. Masalah ini semakin pelik setalah  diperparah dengan gagalnya Napoli dan Torino di kualifikasi Liga Champions dan Europa Leaque. Makin dalam lah kuburan Italia di kompetisi Eropa mengingta terakhir kali klub Italia berjaya di Eropa, terjadi empat tahun lalu, tepatnya 2010 saat Inter Milan menjuarai Liga Champions.
Tak hanya seret prestasi, kekuatan finansial dari klub Serie A pun dari hari ke hari makin seret. Kebanyakan klub berkutat dengan hutang yang membuat mereka harus menjual pemain bintang mereka untuk mendapatkan fresh money.
Beruntung Serie A masih mempunyai harga hak siar yang masih relatif tinggi, meskipun tidak setinggi La Liga dan Liga Inggris. Tetap saja itu tidak membantu klub untuk mendapat sokongan finansial yang kuat, mengingat beberapa klub masih sulit mendapatkan sponsor. Bahkan, musim lalu AS Roma tidak mengikat kontrak dengan apparel Jersey manapun, dan musim ini mereka bahkan tidak mencantumkan nama sponsor di Jersey mereka.
Dan perihal pemain bintang yang bermain di Italia. Kapan terakhir kali klub-klub di Serie A mendatangkan pemain kelas wahid untuk merumput di Italia? Ya, mungkin jawabannya adalah Gonzalo Higuain dari Real Madrid ke Napoli, musim lalu.  Musim ini? Yang datang kebanyakan pemain muda potensial, pemain kelas dua dan pemain tua yang malas untuk pindah dan main di Amerika, seperti Asley Cole, Patrice Evra dan Nemanja Vidic misalnya.
Yang pergi meninggalkan Serie A ? Jelas para pemain bintang yang punya harga tinggi, seperti Mehdi Benatia yang hijrah ke Bayern Munich, Balotelli yang hengkang ke Liverpool, Immobile yang pindah ke Dortmund atau Allesio Cerci yang berganti kostum jadi Atletico Madrid. Karena itu jangan kaget kalau akan banyak pemain bintang lain angkat koper dari Italia.
Kemerosotan kekuatan Italia di tanah Eropa jelas sudah mencapai tahap kritis. Koefisien Serie A di UEFA kini sudah tersalip Liga Portugal, dan kemungkinan besar bakal di susul oleh Ligue 1 yang mulai memperlihatkan tajinya di Eropa lewat PSG dan Monaco.
Serie A jelas mempunyai modal bagus untuk kembali jaya di Eropa, tapi pondasi yang mereka buat selalu oleng di terpa modernisasi yaitu uang jelas mereka tak bisa dapatkan. Bagaimanapun juga serie A nampaknya perlu membuka diri terhadap investor asing. Lewat Inter Milan upaya itu telah dilakukan. Kita tunggu saja, kapan klub-klub Italia lainnya menyusul Inter.
Tulisan ini dikirim oleh Ferry Fadhlurrahman berakun twitter  @FerryFHakim
Komentar