Pada 2009, film The Invention of Lying karya duet sutradara Ricky Gervais dan Matthew Robinson mendapat apresiasi positif dari sejumlah kritikus film. Bukan karena teknik pengambilan gambarnya yang ciamik, tapi karena ide cerita segar yang membuat penontonnya berpikir lebih lanjut setelah menyaksikan keluar dari bioskop.
Cerita dalam The Invention of Lying begitu sederhana. Dalam film tersebut diceritakan sebuah kondisi di mana masyarakat hidup dalam kejujuran, dan kebohongan belum ditemukan. Pertanyaannya adalah benarkah" The Invention of Lying adalah karya dengan ide pertama yang ditemukan (invented) oleh Gervais dan Robinson?
Ketika berbicara mengenai penemuan, kita dihadapkan pada sejumlah masalah yang pelik. Mengapa Christopher Colombus yang menemukan benua Amerika, tapi benua tersebut tidak dinamai ``Colombus"?Â, melainkan Amerika? Mengapa Amerigo Vespucci yang datang ``terlambat"? menjadi dasar dari penamaan Amerika?
Sama halnya dengan peng-agung-an nama Thomas Alfa Edison di buku-buku pelajaran. Kita menganggap Thomas dengan cerita yang mengharu biru: tidak lulus SD, hidup semenjana; adalah pria terhebat dalam soal kelistrikan.
Lantas, mengapa nama Nikola Tesla jarang diperdengarkan? bukankah Tesla dinilai lebih cerdas dan paham kelistrikan ketimbang Edison? Toh arus listrik AC yang ditemukan Tesla lebih berguna ketimbang arus DC yang ditemukan Edison. Lagipula toh penemuan arus DC yang ditemukan Edison tak akan ada jika Tesla tak menemukan arus AC.
Dari cerita di atas bisa terlihat bagaimana seorang penemu, nyata-nyatanya tak selalu menjadi orang pertama yang memiliki ide tersebut.
Pun halnya di sepakbola. Siapa sebenarnya penemu permainan sepakbola?
Inggris? Ya tepat sekali. Maka, jangan pernah bertanya mengapa federasi sebakbola Inggris, tak mencantumkan nama negara, cukup ``Football Association"?Â. Inggris bisa dibilang sebagai penemu permainan sepakbola yang kita kenal sekarang. Tapi Anda tak sepenuhnya benar jika menganggap nenek moyang Ratu Elisabeth lah yang pertama kali menendang bola.
Situs FIFA menyebut awal mula permainan sepakbola berasal dari Tiongkok. Terdapat sebuah permainan tradisional bernama ``cuju"?Â. Permainan ini ditemukan pada abad kedua hingga ketiga sebelum masehi pada masa dinasti Han.
Sepakbola, se-murni apapun itu, pastilah membutuhkan penyesuaian atas teknologi yang makin berkembang. Perubahan ini, meski tak sering, terkadang menjadikannya sebagai penemuan-penemuan baru yang menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan bahkan aturan.
Nomor Punggung
Apa yang ada di pikiran Anda ketika William Gallas mengenakan nomor punggung 10 saat bermain di Arsenal? " Atau ketika Cristiano Lupatelli, penjaga gawang Chievo, menggunakan nomor punggung 10 di jerseynya?
Ya, bahkan hanya dengan melihat nomor punggung saja, kita bisa melihat adanya ketidaksinambungan antara peran pemain dengan nomor yang diusungnya. Bahkan, sejumlah pemain identik dengan nomor punggung tertentu seperti Cristiano Ronaldo dengan nomor `7"? di Manchester United dan Real Madrid.
Lantas, bagaimana ceritanya nomor punggung dapat mewakilkan posisi pesepakbola itu sendiri? Nomor satu identik dengan kiper, nomor tujuh winger, nomor sembilan sebagai penyerang.
Manajer legenda Arsenal, Herbert Chapman disebut sebagai penemu atau inisiator penggunaan nomor punggung di jersey pemain.
Pria yang menjadi pionir penggunaan nomor punggung adalah legenda Arsenal, Herbert Chapman, dalam pertandingan lawan Sheffield Wednesday pada 1928. Lalu, FA menjadikannya sebagai aturan resmi pada 1939. Semua klub yang bermain mesti menggunakan nomor punggung.
Ke-identik-an nomor punggung tersebut sebenarnya terjadi karena formasi yang diusung Chapman: 2-3-5. Ia memberi nomor punggung 1? bagi kiper, 2? dan 3? untuk bek, dan begitu selanjutnya. Hal ini dilakukan agar para pemain lebih awas terhadap posisi di mana ia berada. Pemain nomor 7? bermain di sayap kanan, bukan di sayap kiri, dan begitu pula yang lainnya.
Hingga saat ini, sejumlah tim nasional masih menggunakan nomor 1 hingga 11 untuk pemain inti, dan 12-23 untuk pemain cadangan.
Pada Piala Eropa 2004, pelatih Portugal, Luiz Felipe Scolari dikritik karena memberi nomor 17? pada Ronaldo. Artinya, Ronaldo tidak akan ditempatkan sebagai pemain inti. Padahal, kariernya tengah menanjak bersama Manchester United, dan digadang-gadang menjadi pengganti David Beckham yang hijrah ke Real Madrid.
Kini, nomor punggung telah menjadi simbol bagi pemain itu sendiri. Tak jarang, pemain ditanya alasannya mengapa mengambil nomor punggung tertentu.
Mario Balotelli misalnya, yang memilih nomor 45? saat hijrah ke Liverpool. Menurutnya, nomor tersebut telah ia gunakan sejak masih bergabung bersama Inter Milan. Selain itu, penjumlahan 4? dan 5? akan menghasilkan angka 9? yang menurutnya sebagai angka keberuntungan.
Selanjutnya: Lampu Penerangan, Pertandingan" di Eropa, Respek ke Penonton, dan Feeder Club.
Lampu Penerangan & Pertandingan di Eropa
Pada 1932, Chapman memasang lampu penerangan di tribun barat stadion Highbury. Penggunaan lampu ini awalnya ditujukan agar skuat Arsenal bisa berlatih pada malam hari.
Penerangan di Highbury sendiri baru digunakan dalam partai persahabatan menghadapi Hapoel Tel Aviv pada 19 September 1951. Karena FA baru memberikan lampu hijau atas penggunaan lampu penerangan pada 1950.
Awalnya, Chapman terinspirasi ketika menyaksikan pertandingan pada malam hari di Belgia. Pertandingan ini pula yang membuat Chapman ingin tim Inggris, berlaga di luar pulau (baca: Eropa). Ide ini tercetus jauh sebelum Liga Champions Eropa bergulir.
Arsenal bermain menghadapi Racing Club of Paris pada 11 November 1930. Pertandingan ini ditujukan sebagai penghargaan pada veteran perang Great War.
Kini, salah satu syarat stadion dengan standar internasional, yakni memiliki pencahayaan yang telah ditentukan, biasanya 800 lux untuk pertandingan liga. Ini pula menjadi salah satu cara agar pertandingan tidak dihentikan dengan alasan "terlalu sore".
Respek Terhadap Penonton
Biasanya, ketika pemain kedua tim berbaris di tengah lapangan, sebelum pertandingan dimulai, mereka akan bertepuk tangan ke seluruh penjuru stadion, dengan maksud menghormati para penonton yang datang.
Tradisi seperti ini juga diperkenalkan Chapman. Ia menganggap suporter yang mayoritas bekerja sebagai buruh, adalah unsur terpenting bagi motivasi sebuah tim. Loyalitas suporter yang diperlihatkan lewat dukungan moral maupun materi, dengan membeli tiket pertandingan misalnya, mampu memperkuat tim itu sendiri.
Maka, jika Anda melihat pesepakbola bertepuk tangan sebelum pertandingan, maka hal tersebut adalah bagian dari tradisi yang diperkenalkan Chapman di Inggris.
Feeder Club
Saat ini mulai jamak klub bekerja sama dengan klub satu sama lainnya. Istilahnya feeder club atau sister club. Istilah terakhir yang disebut biasanya klub besar dengan klub yang setara kualitas baik secara pemain ataupun finansialnya seperti Manchester City dengan New York City FC.
Faktanya, Chapman sudah memperkenalkan feeder club. Pada 1931, Chapman mengambil alih kepemilikan Clapton Orient yang sekarang berganti nama menjadi Leyton Orient. Ia melakukannya bukan tanpa dasar.
Chapman beranggapan pemain muda Arsenal akan lebih baik dipinjamkan ke klub yang berada di strata bawah tapi bermain secara reguler. Atas tujuan itu pula lah, Clapton Orient menjadi tempat penampungan para pemain muda Arsenal.
***
Inovasi Chapman hingga saat ini masih digunakan, bahkan penomoran pada jersey menjadi begitu esensial. Agaknya sulit dibayangkan jika penemuan-penemuan Chapman tersebut dipatenkan. Berapa banyak uang yang mesti dibayarkan FIFA ke rekeningnya.
Ketika FIFA mencetuskan teknologi garis gawang pada 2010, Chapman sudah meminta agar FA menggunakan wasit khusus yang mengawal di sekitar gawang. Tujuannya, untuk memastikan apakah bola sudah atau belum melewati garis.
Jika Chapman masih hidup, tampaknya ia akan memiliki hati seikhlas Tesla. Walau penemuannya digunakan dan menjadi hal yang biasa bagi sepakbola masa kini, ia tak akan banyak bicara.
Chapman adalah salah seorang penemu, pemikir taktik, yang menjadikannya sebagai inovator terdepan di sepakbola.
``We owe it to the public that our games should be controlled with all the exactness that is possible,"?Â- Chapman bicara mengenai goal judges pada 1930.
Komentar