Indonesia akhirnya tersingkir dari Asian Games setelah dikalahkan Korea Utara dengan skor 1-4. Indonesia hanya sanggup memperkecil margin kekalahan lewat gol Fandi Eko Utomo memanfaatkan bola muntah hasil tendangan jarak jauh yang dilakukan oleh Achmad Jufriyanto atau Jupe.
Analisis Babak I
Di babak I, Indonesia tertinggal 0-3 dari Korea Utara. Gol pertama bermula dari sepakpojok yang mengakibatkan Korut mendapatkan bola liar di sisi kiri pertahanan Indonesia. Umpan silang yang kemudian dilakukan berhasil dikonversi menjadi gol oleh Pak Hwang Kwange-Ryong. Gol lewat free-header ini tercipta hanya selang semenit dari peluang Korut yang juga dimulai lewat umpan silang yang berakhir menjadi free-header.
Indonesia bermain dengan garis pertahanan yang begitu rendah. Kuartet lini belakang bermain di kotak penalti. Ini memaksa poros ganda Jupe dan Dedi Kusnandar juga bermain dalam. Keduanya sering berhimpitan dengan back-four.
Baik Jupe maupun Dedi relatif sanggup melindungi lini belakang. Keduanya beberapa kali bisa menutup upaya Korut untuk melakukan serangan dari tengah. Inilah yang memaksa Korut sering melakukan tendangan jarak jauh dari kotak penalti. Itu dilakukan karena memang Korut sering kesulitan menembus pertahanan Indonesia dari lini tengah.
Selain melakukan upaya percobaan mencetak gol dari jarak jauh, Korut kemudian banyak mengalirkan bola ke sisi sayap, terutama ke sisi kiri pertahanan Indonesia yang dijaga Dani Saputra. Serangan dari sisi kiri inilah yang mendominasi keberhasilan Korut membongkar pertahanan Indonesia. Gol pun dimulai lewat umpan silang dari sisi ini. Dani Saputra harus berjibaku nyaris sendirian melindungi wilayahnya.
Salah satu alasan kenapa Deni kelabakan adalah gagalnya Bayu Gatra memberi perlindungan yang memadai pada Dani. Bayu Gatra seringkali terlambat turun ke bawah, kadangkala malah hanya melihat saja bagaimana Deni berjibaku. Inilah yang terjadi pada gol kedua Korea Utara, yang lagi-lagi lahir dari umpan silang dari sisi kiri.
Imbas dari minimnya perlindungan yang diberikan kepada Dani ini adalah Jufriyanto terpaksa beberapa kali bergerak melebar untuk memberi bantuan pada Dani. Ini pilihan yang beresiko karena begitu Jupe bergerak melebar, maka ada ruang terbuka yang ditinggalkan oleh Jupe.
Saat menyerang, Indonesia sangat kesulitan menguasai bola di pertahanan Korea. Ferdinand Sinaga terisolir di depan. Beberapa kali Ramdani di kanan atau Bayu Gatra di kiri berusaha memasok bola pada Ferdinand melalui pergerakan individual, hanya saja seringkali gagal karena Korea Utara bisa sangat cepat menyusun organisasi pertahanan.
Cara menyerang inilah yang agaknya menjadi skema yang dirancang Aji. Menyiapkan serangan balik melalui kecepatan Bayu atau Ramdani. Sehingga Bayu atau Ramdani agaknya dibiarkan bermain agak menggantung di tengah. Strategi yang sejauh ini tidak berjalan maksimal, justru menjadi kartu mati karena inilah yang membuat Dani Saputra sendirian menjaga wilayahnya -- yang terbukti menjadi awal dari dua gol yang diciptakan Korut di babak pertama.
Analisis Babak II
Tertinggal 0-3 membuat Aji Santoso tak punya pilihan selain lebih berani menginstruksikan anak asuhnya untuk keluar menyerang. Dan untuk itu Aji melakukan beberapa perubahan.
Pertama, timnas Indonesia bermain lebih agresif. Mereka tidak lagi ajeg menunggu jauh di belakang saat lawan menguasai bola. Garis pertahanan dibuat lebih tinggi, sehingga area tengah Korea Utara lebih ditekan. Pressing dilakukan dengan lebih agresif sejak lini tengah, sesuatu yang tidak terlihat sepanjang babak I. Di babak I, Indonesia seperti membiarkan Korea Utara menguasai bola dengan leluasa di tengah, dan lebih memilih menunggu serangan lawan.
Kedua, Aji mengubah cara bermain poros ganda Indonesia yang diisi oleh Jufriyanto dan Dedi Kusnandar. Jika di babak I mereka cenderung sejajar dan dengan area bermain yang rapat dengan kuartet lini pertahanan, kali ini salah satu dari mereka lebih didorong ke depan. Dedi agaknya diinstruksikan Aji untuk lebih sering naik ke atas untuk memangkas jarak antara lini bertahan dengan Fandi Eko Utomo yang diplot sebagai penghubung.
Ketiga, karena Dedi lebih naik ke atas, maka Fandi Eko pun tidak perlu terlalu sering untuk turun jauh ke belakang. Fandi bisa lebih dekat jaraknya dengan Ferdinand. Saat yang bersamaan, Ferdinand juga kali ini lebih cair pergerakannya dengan sering bergerak ke sisi kiri.
Kombinasi tiga hal itulah yang memungkinkan Indonesia bisa lebih mengimbangi penguasaan bola Korea Utara. Lawan kali ini agak mengalami kesulitan, setidaknya tidak senyaman seperti di babak I saat menguasai bola di lini tengah.
Kombinasi tiga hal itu juga yang memungkinkan Indonesia bisa mencetak gol. Jupe saat itu naik sampai ke sepertiga lapangan akhir Korea Utara (sesuatu yang tidak terlihat di babak I). Pada saat yang sama, Fandi sudah berada di dalam kotak penalti, dengan Ferdinand bergerak agak melebar ke sisi kiri untuk memancing center back lawan. Maka ketika Jupe mendapatkan ruang yang cukup untuk melakukan tendangan jarak jauh, ada ruang yang juga terbuka di jantung pertahanan Korea Utara. Itulah yang dimanfaatkan oleh Fandi Eko yang bisa tiba-tiba muncul ke dalam kotak penalti untuk menyambar bola muntah hasil tendangan Jupe.
Sayang sekali, ritme permainan yang sudah lebih baik ini harus "terbunuh" dengan cepat karena kesalahan lini belakang Indonesia (termasuk Andrytani). Kemelut di depan gawang yang mestinya bisa diamankan oleh Andrytani harus berakhir menjadi gol keempat Korut. Mengherankan kenapa Andrytani tak menggunakan tangannya dan malah berjibaku dengan kakinya. Sweeper-keeper?
Setelah gol itu, Korut lebih santai bahkan masih sempat melakukan pergantian penjaga gawang. Ini memungkinkan Indonesia kembali mendapatkan ritme permainan dan agresifitas yang dibutuhkan untuk menekan lawan.
Pergantian Jupe juga tidak berpengaruh banyak. Alvin yang digeser ke tengah untuk mengisi posisi Jupe bisa dengan bagus menjadi pengganti sepadan. Alvin mendominasi lini tengah, cepat kembali ke belakang, tapi juga percaya diri dalam menguasai bola. Sayang sekali, kinerja Rasyid Bakrie yang masuk menggantikan Jupe tak mampu mengimbangi kinerja bagus Alvin.
Skor 1-4 bertahan hingga peluit akhir. Dan Indonesia pun harus angkat koper dari Incheon, Korea Selatan.
Perlu digarisbawahi taktik yang digunakan Aji Santoso di babak I. Indonesia bermain terlalu dalam, kelewat membiarkan Korea Utara nyaman menguasai bola, dan nyaris tak mempraktikkan pressing. Indonesia memilih menunggu di kedalaman, yang sampai batas tertentu bisa melindungi pertahanan Indonesia dari serangan yang diarahkan langsung ke jantung pertahanan, tapi justru ini membiarkan Korea Utara mengalirkan bola ke sisi sayap. Dani Saputra yang berperan sebagai fullback kiri akhirnya menjadi bulan-bulanan serangan Korea Utara, dan dari sisi Dani itulah dua gol Korea Utara lahir.
Agresifitas yang meningkat di babak II rasanya menjadi terlambat saat sudah tertinggal jauh 0-3.
Komentar