Malam ini (8/10), Persipura Jayapura akan menghadapi tuan rumah Semen Padang pada lanjutan babak delapan besar Liga Super Indonesia (LSI). Demi memaksimalkan persiapan tim, tim berjuluk Mutiara Hitam ini sudah berada di Padang sejak hari Minggu (5/10).
Persipura jelas tak bisa bersantai-santai setelah menjamu Persela Lamongan. Dengan jeda pertandingan pertama ke pertandingan kedua yang terbilang singkat [empat hari], jelas harus membuat pelatih Persipura, Jacksen. F Tiago, mengatur jadwal yang tepat untuk istirahat para pemainnya dan latihan untuk menghadapi pertandingan berikutnya.
Waktu istirahat jelas penting bagi Persipura. Karena kala bertandang ke stadion Haji Agus Salim kandang Semen Padang, perjalanan udara sekitar 4.500 km yang memakan waktu sekitar 10 jam ini bisa membuat para pemainnya kelelahan.
Perjalanan panjang dari Jayapura ke Padang tentunya telah memakan banyak waktu istirahat bagi Persipura. Belum lagi mereka pun perlu melakukan recovery training pasca menjalani pertandingan. Di mana hal ini memiliki faktor krusial untuk mengembalikan kondisi para pemain yang kelelahan.
Setelah berlaga di Padang, untungnya Persipura sempat melawat ke kandang Arema Cronus di Malang pada pertandingan ketiga. Bayangkan jika harus kembali bermain di Jayapura, akan betapa kelelahannya para pemain Persipura.
Jeda pertandingan yang singkat ini pun sebenarnya tak hanya bisa mengganggu Persipura, tapi juga semua klub yang bertanding pada babak 8 besar LSI. Karena idealnya, seorang pesepakbola yang baru saja bertanding memerlukan waktu sekitar 48-72 jam atau 2-3 hari untuk bisa kembali fit secara total. Itu pun dengan catatan pemain tersebut tak mengalami masalah seperti cedera.
Masalah ini pun dialami juga oleh para peserta babak delapan besar Divisi Utama. Jadwal pertandingan babak delapan besar Divisi Utama pun hanya memiliki jeda tiga hari sebelum menjalani laga berikutnya.
Selain masalah jeda pertandingan, klub peserta babak delapan besar Divisi Utama pun memiliki masalah pada anggaran biaya mereka. Pasalnya, regulasi kandang tandang membuat setiap tim harus menjalani beberapa pertandingan tandang yang jaraknya cukup jauh.
Seperti PSGC Ciamis, PSS Sleman, dan PSIS Semarang misalnya. Mereka harus terbang ke Papua untuk menjalani laga tandang melawan Badai Pegunungan, Persiwa Wamena. Di mana untuk bisa menyambangi Wamena, dana minimal 200-300 juta harus dipersiapkan tim untuk sejakali jalan.
Memang, beberapa tim sudah cukup siap dan akan menyiasati pengeluaran mereka agar tetap bisa menjalani pertandingan. Akan tetapi, biaya perjalanan ke Wamena tersebut menghabiskan hampir setengah dari anggaran biaya klub per musim.
Yang paling ditakutkan adalah kejadian seperti Persewangi Banyuwangi yang harus dinyatakan kalah WO ketika mereka tak memiliki biaya untuk terbang ke kandang Persigubin Gunung Bintang, Papua. Lalu nasib tragis seperti yang dialami Persidafon Dafonsoro, Persepasi Bekasi, Persenga Nganjuk, dan Persitara Jakarta Utara karena bangkrut dan mundur dari kompetisi pun terus menghantui.
Hal-hal ini seharusnya bisa diatasi oleh PSSI. Misalnya saja dengan menentukan venue turnamen secara terpusat dengan dua tempat sebagai lokasi pertandingan. Pulau Jawa bisa menjadi pilihan tepat untuk menyelenggarakan pertandingan babak 8 besar.
Jika pertandingan terpusat di Jawa, klub-klub peserta tentunya tak akan terlalu merogoh kocek dalam hanya untuk biaya transportasi. Dari Jawa Timur ke Jawa Barat saja hanya menghabiskan biaya sekitar 50-60 juta [seperempat biaya perjalanan ke Papua].
Klub-klub dari luar pulau pun bisa menghemat anggaran pengeluaran mereka. Mereka tinggal menetap di kota tempat penyelenggaraan pertandingan selama kompetisi berlangsung sehingga tak harus melewati perjalanan panjang sebelum menjalani pertandingan. Maka waktu untuk istirahat pun akan lebih bisa dimaksimalkan. Inilah yang biasanya dilakukan saat penyelenggaraan babak 8 besar di masa lampau.
Komentar