Mengapa Manajer (Game) Sepakbola Mengenakan Jas?
Pastilah tidak sedikit dari Anda yang merasa heran mengapa di Indonesia jarang sekali pelatih sepakbola yang mengenakan jas kala mendampingi pemainnya bertanding di sisi lapangan.
Pertanyaan tersebut seharusnya ditujukan pada pelatih atau manajer di Eropa. Mengapa mereka mengenakan jas? Mengapa tidak memakai pakaian olahraga?
Namun, tak ada yang lebih aneh dari seorang manajer âpalsuâ tapi mengenakan jas saat menonton anak asuhnya bermain di partai final. Manajer palsu yang saya maksud di sini adalah gamers Football Manager. Nyatanya, ada ritual dari sejumlah gamers yang mesti mengenakan jas saat tim mereka bermain di partai krusial.
Membandingkan Taktik Bertahan Chelsea dan Arsenal
Dari awal pertandingan, terlihat bahwa Chelsea menurunkan pemain-pemain bertahan utama mereka.
Sementara itu, meski Arsenal menurunkan jumlah pemain menyerang yang lebih banyak daripada Chelsea, tidak mampu menembus pertahanan ketat John Terry dkk.
Hal ini terlihat betul pada statistik akhir pertandingan: Chelsea menembak lima kali, dengan tiga tembakan akurat ke arah gawang, dan dua di antaranya menjadi gol. Sementara Arsenal menembak 10 kali, tetapi tak satupun mengarah ke gawang.
Kemandulan The Gunners ini tidak bisa disalahkan kepada ketidakmampuan penyerang-penyerang mereka dalam melakukan penyelesaian, tetapi lebih kepada kedisiplinan pertahanan Chelsea dari kuantitas maupun kualitas.
Pendekatan Mourinho dalam memenangkan setiap pertandingan hampir selalu sama. Bahkan, melawan Arsenal, ia tetap bisa bermain bertahan dengan disiplin tingkat tinggi meski bertanding di hadapan pendukung sendiri.
Pergerakan Tanpa Bola yang Jadi Unggulan Diego Costa
Bagaimana Chelsea memenangkan pertandingan dengan bertahan? Pertanyaan ini mungkin adalah pertanyaan pamungkas yang selalu keluar di benak kepala kita. Nyatanya, Chelsea tahun ini dalam bertahan masih lah Chelsea yang sama dengan tahun lalu. Bedanya hanya pada Fernando Torres yang kini telah di-upgrade menjadi Diego Costa.
Selain bek-bek Chelsea, Nemanja Matic dan Francesc Fabregas adalah dua nyawa Chelsea di lini tengah. Matic menjadi pekerjanya (produsen), sementara Fabregas menjadi distributornya. Ini adalah kunci Chelsea dalam melakukan transisi bertahan ke menyerang.
Kali ini di depan mereka memiliki sosok penyelesai akhir dalam diri Costa. Namun, anehnya pada pertandingan semalam, Costa berkali-kali dibiarkan tak terkawal.
Pepe Reina dan Puisi "Mbeling" Remy Sylado
Menggeser Manuel Neuer dari posisi penjaga gawang utama adalah pekerjaan yang sulit. Jika Anda tidak percaya, tanyakan saja kepada Roman Weidenfeller atau Ron-Robert Zieler. Kedua pemain tidak mampu meyakinkan pelatih timnas Jerman, Joachim Low bahwa mereka memiliki kemampuan yang lebih baik Neuer.
Kedua nama tersebut, bagaimanapun, lebih beruntung dari Pepe Reina. Berbeda dengan Weidenfeller dan Zieler, usaha Reina untuk rutin berdiri di gawang Bayern sejak menit pertama adalah sebuah mission impossible. Tujuan yang tidak mungkin tercapai. Setidaknya, dalam waktu dekat ini. Sial benar memang nasib Reina. Usahanya untuk menggoyang Neuer semakin sulit saja.
Masalah yang Menghantui Babak 8 Besar di Kompetisi Indonesia
Malam ini (8/10), Persipura Jayapura akan menghadapi tuan rumah Semen Padang pada lanjutan babak delapan besar Liga Super Indonesia (LSI). Demi memaksimalkan persiapan tim, tim berjuluk Mutiara Hitam ini sudah berada di Padang sejak hari Minggu (5/10).
Persipura jelas tak bisa bersantai-santai setelah menjamu Persela Lamongan. Dengan jeda pertandingan pertama ke pertandingan kedua yang terbilang singkat [empat hari], jelas harus membuat pelatih Persipura, Jacksen. F Tiago, mengatur jadwal yang tepat untuk istirahat para pemainnya dan latihan untuk menghadapi pertandingan berikutnya.
Waktu istirahat jelas penting bagi Persipura. Karena kala bertandang ke stadion Haji Agus Salim kandang Semen Padang, perjalanan udara sekitar 4.500 km yang memakan waktu sekitar 10 jam ini bisa membuat para pemainnya kelelahan.
Fakta Rio Ferdinand yang Tak Banyak Orang Tahu
Sambutan meriah dan sorotan dari banyak media didapatkan oleh Roy Keane saat dirinya meluncurkan autobiografi berjudul The Second Half. Wajar, mengingat ia adalah pemain besar dan banyak cerita menarik yang bisa saja tidak akan diketahui oleh dunia jika tidak dituangkan dalam buku tersebut.
Sambutan dan sorotan yang sama tidak didapatkan oleh eks rekan satu tim Keane, Rio Ferdinand. Padahal ia menerbitkan bukunya lebih dulu, sama-sama pemain penting Manchester United pada masanya, dan sama-sama menjanjikan cerita menarik dalam buku yang ia beri judul #2sides tersebut.
Di antaranya adalah alasan kebencian terhadap John Terry, rasa suka yang ia miliki terhadap Joey Barton (iya, Joey Barton yang brutal dan bermulut besar itu) dan Robbie Savage, kisah tentang Pangeran Giggs si penyelamat kentang goreng, serta kritiknya terhadap David Moyes. Berikut cerita-cerita mengenai Ferdinand yang tak banyak orang tau.
Komentar