Maradona adalah sosok terkenal yang membuat orang lain terkenal, meskipun itu musuhnya sendiri. Siapa yang tidak kenal nama Claudio Gentile dan Andoni Goikoetxea? Dua nama itu selalu dilekatkan dengan Maradona. Tentu saja kedekatan itu dalam konteks dekat sebagai musuh bukan sebagai kawan.
Siapa yang asing mendengar naman Gentile? Sosok ini adalah pemain bertahan Italia yang mematikan Maradona saat Piala Dunia 1982. Dengan begitu intensifnya hingga Gentile mesti mengawal Maradona selama 90 menit tanpa henti. Ia menyikut, ia menarik, ia mendorong, ia menendang. Maradona menghindar gesit, berputar dan berkelit, namun ia tak bisa bebas sama sekali. Argentina pun ditekuk 2-1, dan Italia melenggang menjadi juara. Untuk membaca secara detail persaingan sengit Gentile dan Maradona anda bisa membacanya disini.
Setahun pasca kejadian versus Gentile, Maradona mengorbitkan satu nama lainnya yakni Andoni Goikoetxea. Dialah Basque satu-satunya yang mematahkan pergelangan kaki kiri si tangan tuhan itu. Kala itu Barcelona menghadapi Atletic Bilbao di Camp Nou. Barca sebenarnya sudah unggul 3-0, namun suatu ketika Maradona mendapat bola tanggung di area tengah, begitu bola didapatnya, Goikoetxea menyerebot melebarkan kaki kirinya dan mengenai kakinya.
Maradona mendengar bunyi seperti kayu yang patah. Alhasil diapun ditandu ke luar lapangan. Operasi harus dilakukan dan dia harus istirahat selama tiga bulan.
Pasca sembuh dari cedera, beberapa pekan kemudian dia harus mesti menghadapi lawan yang sama. Bilbao ditantang Barcelona dalam final Copa Del Rey, pertandingan ini dihadiri raja Juan Carlos. Maradona dalam jumpa pers sudah menegaskan laga ini adalah laga balas dendam. Terutama dendam pribadi dirinya terhadap Goikoetxea.
Dan benar saja pertandingan ini berlangsung tak seperti pertandingan sepakbola biasa. Kekasaran yang ada berujung pada kekerasan dan tawuran massal. Para pemain kedua tim saling menendang di tengah lapangan. Maradona tanpa ampun membabi buta. Ia pakai tangannya menghantam badan Goikoetxea dan lututnya yang dibogemkan ke muka penjaga gawang Bilbao. Bakat berkelahi ternyata melekat juga dalam diri Maradona.
Mengutip seperti apa yang dituliskan John Charles dalam biografinya, Charles menuliskan " Ia adalah manusia kecil yang memiliki kekuatan eksplosif yang bisa meledak kapan saja dan tak gentar menendang beberapa orang yang menghalanginya. Ia tahu aku tidak bisa memojokannya, dan ia menerimanya. Ia pemain besar dan ia tak takut mengatakan hal itu pada siapa saja, di dalam maupun di luar lapangan, Yaitulah Maradona,"
Komentar