Thierry Henry, Alan Shearer, Ruud van Nistelrooy, bahkan Andrew Cole, Wayne Rooney, dan Robin van Persie adalah jawaban-jawaban familiar untuk pertanyaan âsiapa penyerang terbaik di Liga Primer Inggris?â Tidak banyak yang memperhitungkan Sergio Aguero. Padahal ia pantas mendapatkan status tersebut.
Tambahan empat gol di pertandingan melawan Tottenham Hotspur pada hari Sabtu (18/10) lalu membuat Aguero berhasil menorehkan 61 gol di Liga Primer. Jumlah tersebut memang terhitung sedikit. Peraih posisi buncit di daftar sepuluh besar pencetak gol terbanyak Liga Primer sepanjang masa saja hanya berhasil mencetak 136 gol. Atas nama Robin van Persie.
Perjalanan pemain asal Argentina tersebut untuk berada di daftar yang sama bersama para legenda seperti Alan Shearer, Andrew Cole, dan Thierry Henry masih sangat jauh. Lagipula belum tentu ia akan sampai di sana.
Tak pernah pula Aguero, yang telah bermain di Liga Primer sejak tahun 2011, berhasil meraih penghargaan prestisius Premier League Golden Boots. Torehan terbaiknya dalam satu musim adalah 23 gol, di musim pertamanya bersama City. Saat itu, penghargaan pencetak gol terbanyak jatuh ke tangan Robin van Persie. Pemain yang saat itu masih membela Arsenal tersebut unggul tiga gol dari Wayne Rooney yang tepat berada di depan Aguero.
Namun ada satu hal yang membuat pria berusia 26 tahun tersebut pantas diperhitungkan sebagai salah satu penyerang terbaik dalam sejarah Liga Primer, jika memang bukan yang terbaik. Aguero berhasil mencetak gol sebanyak itu dalam 96 pertandingan. Dalam 6.573 menit.
Itu artinya, Aguero mencetak satu gol setiap 108 menit. Untuk urusan rasio gol per menit ini, tak ada yang lebih baik dari Aguero. Bahkan Thierry Henry, pencetak gol terbanyak dalam sejarah Arsenal, berada di belakang Aguero. Pria yang kini membela New York Red Bulls tersebut memiliki rataan satu gol per 121 menit.
Seperti pemain-pemain lain yang berada satu era dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi (dan di Liga Primer, Wayne Rooney dan Eden Hazard), Aguero tidak banyak mendapatkan perhatian dari publik. Dari media. Tak masalah, karena baginya itu bukan persoalan. Selama ia masih dapat bermain sepakbola dan bersenang-senang di atas lapangan, ia bahagia.
Itulah yang membuat Aguero pantas dihargai lebih tinggi. Ia adalah sosok yang tidak pernah serius, suka bercanda, dan mengerjai orang bahkan saat pertandingan. Pernah pada suatu ketika, ia mengerjai Jonas Gutierrez.
Ditempel ketat oleh rekan satu negaranya di pertandingan antara Manchester City dan Newcastle United, Aguero mengajak Gutierrez berbincang-bincang ringan. Bertanya kabar dan sejenisnya. Aguero kemudian berkata kepada Gutierrez âada yang memanggilmu di sana.â Ketika Gutierrez menoleh, Aguero membebaskan diri. Gutierrez berang dan berteriak: âAku akan membunuhmu jika kau melakukannya lagi!â Sama berangnya dengan Diego Lugano ketika Luis Suarez mempermalukannya dengan nutmeg di pertandingan antara West Bromwich Albion dengan Liverpool.
Seperti itulah Aguero. FourFourTwo tempat sang pemain mengisahkan cerita tentang Gutierrez tersebut, menyebutnya Sang Pembunuh yang Selalu Tersenyum. Sembari bersenang-senang, Aguero terus mencetak gol. Dan karenanya, ia pantas disebut sebagai (salah satu) penyerang terbaik sepanjang sejarah Liga Primer.
Bukan hanya karena ia memiliki rasio gol per menit terbaik sepanjang sejarah Liga Primer, namun juga karena ia membuat hal tersebut terlihat begitu mudah. Padahal, selama membela City, kesempatan bermainnya selalu saja terbatasi oleh 17 cedera yang telah menimpanya. Dan, sedikit catatan, Joe Hart menyebut Aguero sebagai sosok yang tidak berguna di sesi latihan.
Komentar