Ketika kita sedang menikmati sepakbola Eropa, di belahan dunia lain, tepatnya di Tanzania, negara Afrika Timur, sebuah klub bernama Azam FC mencuri perhatian khalayak sepakbola Afrika setelah dipastikan lolos ke Liga Champions Afrika.
Klub ini baru berusia tujuh tahun, umur yang masih terbilang seumur jagung untuk sebuah klub sepakbola. Namun bagaimana klub ini terbentuk hingga menjadi kekuatan baru di persepakbolaan Tanzania menjadi cerita tersendiri yang menarik untuk kita simak.
Awalnya, tak ada niatan dari pembentukan Azam untuk bermain di level tertinggi sepakbola Afrika. Azam lahir karena adanya keinginan dari para pekerja sebauh pabrik tepung terigu bernama Mzizima, pabrik yang tergabung dalam perusahaan Bakhresa Group, untuk tetap sehat dengan bermain sepakbola di sela-sela kesibukannya sebagai pekerja.
Namun Abubakar Bakhresa, sang direktur perusahaan, memberikan dukungan penuh pada anak buahnya tersebut untuk menjadikan Azam FC sebuah klub sepakbola. Lantas mereka pun menjadikan Azam FC sebagai klub profesional dan berlaga di liga Tanzania divisi dua dengan pemain yang tentunya bekerja sebagai pegawai pabrik.
Yang terjadi ternyata diluar dugaan. Azam FC yang dibentuk pada tahun 2007, melenggang ke Liga Primer Tanzania, kompetisi teratas Tanzania, pada musim berikutnya.
Sejak pertama berlaga di divisi teratas Tanzania ini, Azam cukup bisa bersaing dengan klub-klub yang sudah lebih lama berkiprah di liga yang berdiri sejak 1997 tersebut. Dan musim ini menjadi puncak dari keberhasilan mereka setelah menjadi juara liga untuk pertama kalinya (dengan rekor tak terkalahkan sepanjang musim) dan menghancurkan duopoli Young Africans FC dan Simba SC, klub peraih 19 dan 18 juara liga.
Namun meski telah berprestasi sejauh ini, Azam lebih ingin persepakbolaan Tanzania lebih bisa bersaing dengan negara-negara Afrika lainnya. Lebih jauh lagi, Azam ingin memberikan kontribusi terhadap kemajuan olahraga Tanzania.
âKami tak hanya menyediakan lapangan kerja, tetapi kami juga ingin memberikan kesenangan untuk pecinta sepakbola di Tanzania,â ujar Nassor Idrissa, pendiri sekaligus sekretaris umum klub. âKami juga ingin memberikan kontribusi untuk pengembangan olahraga nasional.â
Maka dari itu, Azam FC lewat Bakhresa Group-nya telah berinvestasi besar untuk pengembangan pemain muda dengan mendirikan akademi Azam FC. Bahkan tak sedikit pemain muda yang sudah bermain di tim senior.
Pemain termuda tim senior Azam FC, Aishi Manula, masih berusia 15 tahun dan berasal dari akademi Azam FC. Ia bersaing dengan kakaknya sendiri, Aishi Mwadini, untuk berebut tempat utama pada posisi penjaga gawang.
âKlub memberikan saya tak hanya pelatihan sepakbola, tapi juga akomodasi dan pendidikan,â ujar Manula dikutip dari situs resmi FIFA. âSaya tak yakin klub lain melakukannya untuk pemain muda mereka. Dan saya merasa terhormat menjadi pemain yang mendapatkan kesempatan ini.â
âAzam adalah satu-satunya klub di Tanzania dengan fasilitas pelatihan kelas dunia. Saya yakin sebagian besar pemain bermimpi untuk menjadi bagian dari Azam FC dan mendapatkan semua fasilitas tersebut,â tambahnya.
Manula jelas boleh berbangga. Ia nantinya akan menjadi pemain termuda yang bermain di Liga Champions Afrika. âSaya sekarang merupakan anggota tim nasional dan kiper utama tim nasional U-20. Saya siap mewakili klub saya. Lalu melihat skuat yang dimiliki Azam FC, saya percaya kami bisa mengejutkan Afrika.â
Rencana Besar Azam FC
Saat ini, Azam FC berada di peringkat kelima dalam hal popularitas klub di Tanzania. Azam masih kalah popular dibanding Young Africa FC, Simba SC, Mbeya City FC dan Coastal Union FC. Keempat klub tersebut memang telah sudah berdiri sejak lama. âKami tumbuh dengan para penggemar kami. Kami yakin, tak terkalahkan pada musim ini akan membuat banyak penggemar baru mendukung klub,â kata Idrissa.
Tapi hal itu tak terlalu dipusingkan oleh manajemen klub Azam FC. Karena sebenarnya, Azam FC memiliki rencana yang lebih besar. âKami bercita-cita untuk menjadi kekuatan utama di Afrika. Target kami adalah untuk mencapai fase grup Liga Champions dan kami memiliki impian untuk mengangkat trofi tersebut tiga tahun ke depan,â tambah Idrissa.
Untuk meraihnya, Idrissa bersama pihak manajemen lainnya akan berusaha untuk menguatkan identitas klub, agar saat bermain di Liga Champions Afrika, Azam menjadi klub yang diperhitungkan banyak tim.
âKami memilii 13 pemain tim nasional Tanzania dan lima pemain asing berkualitas. Kami siap menghadapi tantangan. Kami tinggal perlu mengkombinasikan kesiapan para pemain dan menciptakan sejarah klub. Saya piker, sebagai klub ini kekurangan sejarah, dan kami ingin membangun hal tersebut,â ujar Idrissa menanggapi timnya yang akan bermain di Liga Champions Afrika.
Ya, tujuan jangka pendek Azam FC adalah ingin bisa bertahan sebagai tim top Tanzania. Lalu menciptakan filosofi bermain Azam sendiri. Membangun akademi dengan fasilitas terbaik pun menjadi impian para pendiri Azam FC. Untuk melakukannya, tentu saja klub perlu mendapatkan keuntungan dari sponsor, penjualan merchandise dan transfer pemain.
âKami menargetkan untuk 15 tahun pertama sebagai tahap penciptaan fondasi klub,â Idrissa menceritakan tentang visi klub. âKami tak pernah berpikir bahwa kami akan menjadi juara secepat ini atau memiliki pendukung yang banyak. Klub ini pun mulai dilirik sponsor. Kita lihat apa yang bisa kita capai pada kompetisi Afrika musim depan.â
Inilah yang terjadi jika sebuah klub dijalankan oleh orang yang kompeten di bidangnya dan memiliki cita-cita untuk menyukseskan klub. Manajemen Azam FC tahu betul bagaimana caranya membangun sebuah klub profesional sejak dari awal terbentuk hingga mencapai kesuksesan.
Pelajaran lain yang kita dapatkan dari Azam FC adalah tim asal Tanzania ini tak berpuas diri meski telah berhasil menjadi yang terbaik di Tanzania. Mereka pun ingin meraih mimpi yang lebih tinggi. Bukan dengan cara yang instan, tapi perlahan demi perlahan dengan membangun landasan yang kuat.
foto: fifa.com
Komentar